Ada berbagai cara dalam merayakan ulang tahun. Paling umum adalah makan-makan bersama kawan. Berbeda dengan Makassar Cycling Club (MCC). Mereka mengadakan “pesta” ulang tahun mengundang komunitas lain. Bahkan komunitas luar Sulawesi-pun diundangnya.
MCC mengajak 67 cyclist yang terbagi dari Surabaya 8 cyclist, dari Papua 8 cyclist, dari Kalimantan ada 4 cyclist, dari Manado ada 4 cyclist dan dari Palu ada 1 cyclist. Sisanya dari anggota MCC.
Makan-makan? Tentu! Tapi lebih dari itu, 67 cyclist ini diajak “jalan-jalan” menikmati pemandangan dan rute eksotis Sulawesi Selatan selama dua hari. MCC menggelar acara pertama mereka, Gran Fondo Toraja.
Hari pertama, 27 Juli, berangkat dari Makassar menuju kota Pare-Pare. Jarak 156 km ditempuh dalam waktu sekitar 6 jam (moving time 4,5 jam) dan dibagi menjadi 3 pitstop. Rute hari itu relatif “ringan” karena rute datar. Tapi meski begitu, musuh utamanya adalah angin yang datang dari depan maupun samping. Maklum, cyclist harus menyisir pantai.
Berangkat dari Claro Hotel Makassar, melewati kota Maros, Pangkep, Segeri, Barru, dan tiba di Pare-Pare tepat jam 13.00.
“Inilah yang kita namakan kebersamaan. Dengan adanya turing begini, anggota kita bisa makin kompak. Yang gowes maupun tidak gowes semuanya bersama menyukseskan acara GranFondo Toraja yang mengusung tema besar Merajut Nusantara,” bilang Liem Tjong San, ketua MCC.
Beruntung, salah satu anggota MCC yaitu Benny Adjudin memiliki hotel Delima Sari di kota Pare-Pare ini. “Pare-Pare ini adalah kota persimpangan untuk ke daerah lain di Sulawesi Selatan, jadi lumayan ramai dan berkembang. Ada pelabuhan juga. Dan ada patung Habibie-Ainun di alun-alun kota,” bangga Benny.
Keesokan harinya, Minggu, 28 Juli, seluruh cyclist bersiap menghadapi “tantangan” yang sesungguhnya. Yakni menuju Tana Toraja. Berangkat jam 6.30 pagi dari Pare-Pare, seluruh cyclist yang mengenakan jersey buatan SUB Jersey Surabaya itu melewati kota Pinrang, Enrekang, Makale dan Rantepao.
Total jarak 159 km dengan menanjak hingga ketinggian 1.887 meter. “Di sinilah menu utama turing kali ini. Dengan pemandangan yang memukau sepanjang perjalanan dan tanjakan yang tidak curam tapi konstan. Ditambah harus sabar karena cuaca yang cukup panas,” bilang Daru Pudji Utomo, ketua panitia Gran Fondo Toraja.
Menariknya, Daru mengajak seluruh cyclist untuk makan siang di sebuah rumah makan dengan menu aneka macam ikan sambil menikmati pemandangan indahnya Gunung Nona di kawasan Enrekang.
Setelah itu perjalanan climbing dilanjutkan menuju gerbang Kabupaten Tana Toraja sejauh 30 km. Lantas menuju kota Makale dan masuk hotel Misiliana di kota Rantepao, Tana Toraja.
Malam harinya, MCC menutup acara turing ini dengan makan malam bersama di hotel diiringi dengan musik dan canda tawa. “Ini yang kita sebut semangat persaudaraan, solidaritas, dan persahabatan. Itulah motto MCC. Dari bersepeda kita bisa bersahabat dengan siapapun dari kota manapun. Dan kami mewujudkannya dalam perayaan ulang tahun ke-26 MCC ini,” tutur Liem Tjong San.
Keesokan harinya, sebelum kembali ke Makassar dengan bis, banyak cyclist yang tak melewatkan obyek wisata di kota Rantepao.
“Sengaja kami pilih hotel di kota Rantepao karena di sini ada obyek wisata terkenal yaitu Negeri di Atas Awan dan Pantung Yesus Memberkati yang bisa dikunjungi oleh cyclist,” bilang Daru.
Tjahja Soebakti, cyclist asal Nabire, Papua langsung bangun pagi dan mengejar waktu untuk tidak melewatkan “negeri di atas awan” yang berada di kawasan Lolai. “Banyak yang bilang belum sah ke Tana Toraja jika belum mengunjungi negeri di atas awan dan Patung Yesus Memberkati,” tutur Tjahja.
Sejatinya, even gowes ulang tahun ini adalah even besar pertama selama MCC berdiri sejak 30 April 1993.
“Jadi mohon maaf kami belum membuka pendaftaran untuk umum. Infrastruktur menuju Tana Toraja masih banyak jalan yang rusak. Juga akomodasi di Tana Toraja yang belum banyak hotel dengan banyak kamar,” tutur Daru.
Selain itu, ekspektasi dari MCC adalah tetap terjaganya keakraban dan kebersamaan sehingga suasana kekeluargaan sangat kental di “pesta” kali ini.
Tak menutup kemungkinan, turing serupa akan diadakan di ulang tahun MCC berikutnya. “Kami mempunyai satu filosofi dalam bersepeda yaitu ingin menjadikan hobi ini sebagai sarana untuk mempromosikan Indonesia khususnya daerah Sulawesi Selatan,” tutup Liem Tjong San yang tak lupa mengucapkan terima kasih kepada para sponsor yakni Maybank, Sari Group, Isoplus, Astra Isuzu, LaKopi, Claro Makassar, Strive, Physiopreneur Makassar, dan Rusdi Gallery. (mainsepeda)
Liem Tjong San (helm hitam).