Gravel bike adalah kategori sepeda paling hot di dunia saat ini. Khususnya di negara asalnya, Amerika Serikat. Di negara yang begitu mendewakan mobil dan jalan bebas hambatan itu, memang lebih aman bagi para cyclist untuk gowes di jalan-jalan makadam dan alternatif. Karena itulah lahir kategori baru tersebut.

Saat liburan keluarga baru-baru ini, saya ingin merasakan betul sensasi “nggravel” alias naik gravel bike di Negeri Paman Sam. Kebetulan saya mengunjungi beberapa negara bagian, jadi bisa merasakan medan-medan yang berbeda.

Saya pun membawa Wdnsdy Journey, sepeda gravel yang sangat fleksibel. Saya membawa dua set wheel. Satu wheelset Fulcrum Zero Disc dipasangi ban Schwalbe G-One 40 mm untuk medan off-road, satu set lagi Enve SES 3.4 Disc dipasangi ban Continental GP5000 28 mm untuk medan yang lebih banyak aspal tapi masih ada light gravel.

Dengan senjata siap untuk segala kemungkinan, saya pun menyempatkan gowes di empat negara bagian yang kami kunjungi. Yaitu Oregon (Kota Portland), California (kawasan Los Angeles), Nevada (sekitar Las Vegas), dan Arizona (kawasan Grand Canyon dan Bryce National Park). Masing-masing wilayah menawarkan sensasi yang berbeda. Berikut perjalanan di setiap negara bagian tersebut:

NGGRAVEL DI PORTLAND, OREGON 

(Wdnsdy Journey dengan Fulcrum Zero Disc dan ban 40 mm)

Portland merupakan salah satu kota paling ramah lingkungan di dunia. Sekaligus “Mekkah”-nya sepeda di Amerika, tempat banyak produsen sepeda, komponen, dan aksesori berpusat. Kami punya banyak teman gowes di sini. Khususnya Dan Norman, seorang teman lama yang selalu siap menjadi guide.

Pada hari pertama, Norman membawa saya ke rute “pemanasan.” Jarak hanya 50 km, total menanjak “hanya” 860 meter. Setelah bertemu di sebuah kedai kopi mini di pusat kota, kami berangkat ke arah utara, menuju Saltzman. Kami disambut dengan tanjakan sepanjang 5,8 km, dan 1,5 km-nya terdiri atas permukaan tanah dengan bebatuan kecil.

“Tanjakan ini merupakan tanjakan favorit cyclist di Portland. Sebab dalam kondisi sedang fit, kami selalu mencari tanjakan yang bisa diselesaikan dalam waktu sekitar 20 menit untuk tes FTP. Tanjakan ini cocok untuk itu,” jelas Dan Norman.

Dari situ, perjalanan berlanjut ke Springville, melewati beberapa tanjakan pendek di kawasan hutan, naik-turun di kawasan perbukitan, sebelum balik lagi ke kota.

Keesokan harinya, Dan Norman memberi menu lebih banyak gravel. Dia menyebut rute ini “Hell of the North Plains.” Sebuah loop yang panjangnya 85 km dan menghubungkan beberapa kawasan pertanian.

Rute ini terdiri atas 20 persen aspal, 10 persen tanah dan rumput, lalu 70 persen gravel. Yang 70 persen itu berupa jalan bebatuan kecil dan sedang.

Untuk mempersingkat waktu, kami naik mobil dulu menuju North Plains, sebuah kawasan pedesaan sekitar 40 km di barat Portland. Di sebuah kawasan parkir, kami bersiap-siap. Kami lantas gowes ke arah barat daya, ke arah Greenville. Hanya 5 km di atas aspal, kami langsung disambut jalanan gravel melewati kawasan pertanian jagung dan gandum.

Beberapa kali kami disuguhi tanjakan dengan kemiringan 18 persen. Dengan permukaan kerikil, tanjakan itu menjadi lebih tricky untuk dilewati. Sehingga 18 persen jadi terasa seperti 23 persen. Turunan lebih menantang. Harus skillful supaya tidak lepas kendali saat beberapa kali “ngepot” di tikungan.

Ketika masuk kawasan hutan liar di sekitar Kansas City (bukan Kansas City di Missouri), beberapa kali kami harus melewati single track. Di mana lebar jalan hanya cukup untuk satu sepeda. Dan beberapa kali kami tersesat, masuk jalan buntu.

“Hal paling menyenangkan saat naik gravel bike adalah ketika kita tersasar. Karena tidak semua jalan tercatat di Google Map. Sehingga mencari jalan pulang adalah salah satu seninya,” tutur Dan Norman. Lolos dari hutan, kami ke arah Buxton untuk makan siang, sebelum akhirnya kembali ke North Plains.

Ini rute yang sangat menyenangkan. Melewati jalanan yang sepi tanpa lalu lintas. Tak heran bila orang Amerika sangat mencintai segmen baru gravel bike!

KEBUT-KEBUTAN DI LOS ANGELES AREA

(Wdnsdy Journey, Enve SES 3.4 Disc ban 28 mm)

Saat berada di Los Angeles, California, saatnya memasangi Wdnsdy Journey saya dengan wheelset road yang berkarakter aero. Yaitu Enve SES 3.4 dengan ban 28 mm. Siap melewati rute-rute jalanan aspal, melaju bersama rekan-rekan roadie di kawasan LA.

Pagi itu, kami kumpul di toko sepeda Serious Cycling di kawasan Thousand Oaks. Ada tiga rute yang ditawarkan sang manager toko sekaligus road captain. Yaitu rute pendek 50 km, medium 75 km, atau panjang 140 km. Mayoritas dari 30-an peserta memilih rute panjang. Termasuk tiga cyclist perempuan.

Rute panjang adalah Thousand Oaks-Moorpark-Thousand Oaks. Jarak persisnya 145 km dengan menanjak total 2.100 meter (setara menanjak ke Wonokitri, Bromo, tapi dibagi-bagi dalam beberapa tanjakan).

Berhubung yang ikut rata-rata adalah avid cyclist, maka kecepatan pagi itu lumayan kebut-kebutan. Mungkin mereka pagi itu ingin merontokkan peserta tamu dari Indonesia ini. Tapi ini bukan masalah. Apalagi cara gowes mereka rapi dan aman, berbaris satu-satu dan selalu menjaga jarak aman.

Bagaimana pun, keselamatan adalah yang utama. Karena jalanan di kawasan LA memiliki lalu lintas lumayan ramai. Tidak jarang kami disalip mobil-mobil super seperti Ferrari dan Lamborghini.

Kawasan LA sendiri sebenarnya memiliki banyak variasi rute. Bahkan ada pegunungannya. Jadi, bagi yang lagi liburan di sini, LA adalah opsi seru untuk gowes.

NGGRAVEL DI LAS VEGAS, NEVADA

(Wdnsdy Journey dengan Fulcrum Racing Zero Disc ban 40 mm)

Dari Los Angeles, saya dan keluarga naik mobil sekitar tiga jam ke arah timur. Menuju Las Vegas di negara bagian Nevada. Saya cukup kaget juga, ternyata di kota judi yang tak pernah tidur ini ada lebih dari satu lusin toko sepeda. Dan banyak di antaranya adalah toko sepeda high end!

Red Rock Canyon.

Setelah konsultasi dengan salah satu staf di Las Vegas Cyclery, saya dianjurkan gowes ke Red Rock Canyon. Katanya, ini adalah rute favorit cyclist Las Vegas. Karena jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar 24 km dari kota dan total menanjaknya sekitar 700 meter.

Red Rock Canyon adalah sebuah taman nasional yang memiliki jalan scenic (indah) sepanjang 21 km. Kanan kirinya padang gurun dengan bebatuan merah. Jalannya naik-turun. Ternyata, jalan inilah yang sering digunakan untuk tes FTP atau latihan time trial oleh para cyclist Las Vegas. Dan gowes ke sini sangat memuaskan. Banyak foto indah dan eksotis bisa kita dapatkan!

 

Red Rock Canyon.

Red Rock Canyon.

Red Rock Canyon.

Red Rock Canyon.

GOWES DI KAWASAN GRAND CANYON

(Wdnsdy Journey dengan Fulcrum Racing Zero Disc ban 40 mm)

Arizona terletak di timur Nevada. Negara bagian ini memiliki banyak taman nasional. Dua yang terkenal adalah Bryce Canyon dan –yang paling kondang-- Grand Canyon.

Di Bryce Canyon, sejauh mata memandang semuanya indah dan dramatis. Hari itu, sebenarnya saya hanya gowes santai. Total hanya 10 km dengan menanjak total 250 meter. Tapi, badan terasa begitu lelah dan napas ngos-ngosan. Bahkan sempat mimisan. Maklum, letaknya di ketinggian 3.281 meter di atas permukaan laut! Udara tipis!

Bryce Canyon.

Pengalaman lebih menyenangkan di dapatkan di Grand Canyon South Rim, kawasan wisata paling populer di sana.

Saya dan keluarga menginap di Kota Tusayan, sekitar 12 km dari kawasan Taman Nasional Grand Canyon. Karena banyak RV (rumah mobil) yang parkir di Tusayan, pemerintah membuatkan jalan khusus sepeda yang menghubungkan Tusayan dengan Grand Canyon. Namanya Arizona Scenic Trail.

Bryce Canyon.

Jalan sepanjang 12 km dengan nuansa hutan ini permukaannya sangat mulus, tapi juga memiliki bagian-bagian yang tidak diaspal alias gravel. Ketika masuk kawasan Grand Canyon, sepeda hanya boleh digowes di jalan beraspal. Ketika masuk kawasan “scenic point” alias kawasan turis berfoto, dengan alasan keselamatan sepeda harus dituntun. Maklum, jurang Grand Canyon kedalamannya mencapai 1,5 km!

Grand Canyon.

Ini enaknya lagi naik gravel bike. Kita menggunakan pedal dan sepatu MTB, sehingga jalan kaki di bebatuan tetap nyaman dan aman.

Total, hari itu saya gowes sejauh 52 km, menanjak total 551 meter. Hampir sepanjang jalan adalah pemandangan indah.

Dan setelah gowes di berbagai medan di empat negara bagian di Amerika, saya semakin paham kenapa orang sana begitu cinta gravel bike, sepeda balap yang bisa diajak off-road. Dengan gravel bike, kita bisa menikmati lebih banyak rute, lebih banyak pemandangan! (john boemihardjo)

Grand Canyon.

 

 

 

 

Populer

Solo Cycling Community, Antara “Gorengan” dan Dua Misi Wali Kota
Modifikasi Yeezy Boost Jadi Clipless  
Mark Cavendish Bertahan di Dimension Data dan Naik Sepeda BMC
Lima Tips agar Baterai Garmin Tahan Lebih Lama
Dicari, Penakluk Gunung Fatuleu Bersama Kupang Road Cycling
Sebentar Lagi, Era Ban Airless dan Anti Bocor?
Lebih Ringan, Mulus, dan Universal
Mokumono, Frame Dari Plat Monokok Terinspirasi Mobil
Merah-Putih dan Wireless, Sepeda Sang Juara Dunia MTB Tujuh Kali
Pinarello Grevil+, Terjun All-Out di Arena Gravel Bike