Tidak terasa, musim cycling 2019 sudah mendekati akhir. Grand tour penutup tahun ini, Vuelta a Espana, sudah akan bergulir mulai Sabtu ini, 24 Agustus. Berlangsung tiga pekan hingga Minggu, 15 September mendatang.
Seperti biasa, grand tour di Spanyol ini akan menjadi lomba dengan rute yang kejam. Total ada delapan finis di tanjakan tinggi, dan para pemburu juara overall sudah harus menghadapi beberapa di pekan pertama.
Masalah rute selalu jadi cerita sendiri di “La Vuelta.” Karena profil etape-etapenya selalu membuat orang merinding, bahkan demam. Khususnya mereka yang takut tanjakan. Tapi tahun ini, cerita utamanya bukanlah rute yang kejam. Tahun ini, cerita utama adalah “open war,” perang terbuka karena tidak ada bintang utama atau unggulan utama!
Dalam beberapa hari terakhir, tim-tim telah memfinalisasi susunan pembalapnya. Beda dengan beberapa tahun terakhir, relatif tidak ada “megastar” di barisan peserta tahun ini.
Team Ineos (dulu Team Sky) misalnya. Mereka mengandalkan duet dua generasi, dan lebih memberi kesempatan untuk “mencoba” daripada memburu gelar general classification (GC).
Tiga pembalap GC utama tim bakal absen. Chris Froome masih dalam proses pemulihan. Egan Bernal dan Geraint Thomas, yang baru saja finis 1-2 di Tour de France, masih diistirahatkan.
Jadinya, tim Inggris ini mengandalkan pembalap muda Inggris, Tao Georghegan Hart (24 tahun), lalu menduetkannya dengan sang veteran asal Belanda, Wout Poels (31). Dengan susunan ini, Team Ineos pasti bukan unggulan utama.
Yang jadi pertanyaan, adakah tim atau pembalap lain yang layak disebut unggula utama? Mungkin tidak!
Movistar kembali menurunkan pasukan tangguh. Juara Giro d’Italia 2019, Richard Carapaz, akan tampil. Ditemani Nairo Quintana, mantan juara Vuelta dan Giro yang baru saja menuntaskan Tour de France. Hadir pula sang juara dunia, Alejandro Valverde.
Richard Carapaz (Movistar).
Secara climbing, tim ini super. Kendalanya masih sama, bisakah mereka tidak kehilangan waktu di dua etape time trial. Yaitu team time trial di etape pembukan dan individual time trial di awal pekan kedua, total sepanjang 60 km? Plus, Movistar selalu kesulitan membagi tugas bila ada lebih dari satu kapten! Dan lagi-lagi mereka punya tiga kapten!
Nairo Quintana (Movistar).
Astana juga menurunkan tim tangguh. Peraih podium tahun lalu, Miguel Angel Lopez, akan menjadi kapten utama. Didampingi salah satu pembalap paling sukses tahun ini, Jakob Fuglsang. Tapi, keduanya sama-sama belum pernah menang grand tour.
Tim EF Education First juga punya jagoan, Rigoberto Uran. Didukung climber kuat Amerika, Tejay van Garderen. Sama dengan Astana, semua belum pernah menang grand tour.
Tim tanggung lain: Mitchelton-Scott. Tim ini tahun lalu menang lewat Simon Yates. Tahun ini, Yates tidak hadir. Sebagai gantinya, tim Australia ini berharap Esteban Chavez bisa menggebrak dan meraih sukses pertamanya di arena grand tour.
Lalu ada UAE Team Emirates. Punya Fabio Aru, yang pernah menang La Vuelta pada 2015 tapi kemudian terus melorot performanya. Mereka juga punya Tadej Pogacar, juara Tour of California 2019, tapi dia masih sangat muda (20 tahun).
Tadej Pogacar ( UAE Team Emirates).
Setelah tim-tim di atas, kita harus menyebut tim yang sekarang sedang melejit ke atas. Bahkan, tim ini sedang menyusun fondasi untuk menjadi penantang utama Team Ineos dalam beberapa tahun ke depan. Tim itu adalah Jumbo-Visma.
Di Tour de France 2019, mereka finis ketiga lewat Steven Kruijswijk. Sebelumnya, di Giro d’Italia 2019, mereka juga naik podium, finis ketiga lewat Primoz Roglic. Andai Roglic punya dukungan tim lebih di pegunungan, dia mungkin bisa juara.
Nah, Roglic telah istirahat panjang, mempersiapkan diri khusus untuk La Vuelta. Walau bukan murni unggulan utama, mungkin pembalap Slovenia ini punya kans terbesar untuk menang Vuelta.
Primoz Roglic (Jumbo-Visma).
Dia jago climbing. Lebih penting lagi, dia jago time trial. Dan lebih krusial lagi, Jumbo-Visma akan mendampinginya dengan pasukan pendukung lebih kuat. Steven Kruijswijk dan George Bennett ditugasi sebagai domestique utama. Kemudian ada climber senior, Robert Gesink, untuk membantu mengawal di pegunungan.
Dengan susunan ini, kemungkinan Roglic tidak akan sendirian lagi saat harus bertarung di tanjakan-tanjakan terberat. Dan itu memberinya kans lebih besar untuk jadi juara!
Dalam persiapan panjangnya, Roglic juga tentu mencoba membenahi kekurangan pribadinya saat Giro d’Italia. Usai lomba itu, Roglic pernah bilang: “Setelah perang, kita pasti semakin pintar untuk melakukan sesuatu yang berbeda, semakin pintar tentang apa yang harus kita lakukan untuk menjadi lebih baik.”
Bagi penggemar balap sepeda, tidak ada unggulan utama mungkin bisa dianggap sebagai sebuah kekurangan. Tapi mari kita mencoba berpikir berbeda. Bahwa tidak ada unggulan utama justru bisa menjadikan La Vuelta sebagai grand tour yang lebih seru lagi.
Dan pertarungan akan dimulai dengan TTT sejauh 24 km di Torrevieja, Sabtu ini! (mainsepeda/bersambung)