Niki Terpstra kembali membuat kejutan di dunia cycling. Pada 2014, dia merebut balapan Monument paling bergengsi, Paris-Roubaix, dengan cara mengejutkan para unggulan dan melarikan diri sendirian. Minggu 1 April lalu, pembalap Quick-Step Floors itu mengulangi trik yang sama, merebut kemenangan Monument keduanya di Tour of Flanders, Belgia.
Memasuki lomba 267 km tersebut, Terpstra memang masuk daftar harus diawasi, tapi bukan unggulan. Timnya, Quick-Step Floors, memiliki senjata-senjata lain yang lebih ditakuti lawan. Misalnya Zdenek Stybar atau juara Flanders tahun lalu, Philippe Gilbert.
Mungkin karena itu, para unggulan lain tidak terlalu memusingkan Terpstra. Mereka lebih sibuk saling mengawasi satu sama lain. Khususnya Peter Sagan (Bora-Hansgrohe).
Peter Sagan (Bora-Hansgrohe) hanya mampu finish enam besar.
Dengan hanya 30 km tersisa, di tanjakan berbatu Kruisberg, Terpstra melarikan diri mengejar tiga pembalap breakaway di depan. Kemudian, di tanjakan berbatu berikutnya, Oude Kwaremont, Terpstra menyalip Dylan Van Baarle (Team Sky), Mads Pedersen (Trek-Segafredo), dan Sebastian Langeveld (EF Education First-Drapac).
Praktis, dengan hanya 19 km tersisa, Terpstra sudah melakukan gerakan “skak mat.” Pedersen mencoba mengejar tapi tak mampu mendekat. Kelompok unggulan mencoba mengejar, tapi juga tak sanggup mendekat. Bahkan tak sanggup mendekati Pedersen.
Peter Sagan sempat mencoba mengejar sendirian, walau akhirnya memutuskan kembali ke kelompok unggulan.
Pada akhirnya, Terpstra menang, disusul Pedersen, plus Philippe Gilbert. Dua unggulan utama, Sagan dan Greg Van Avermaet, hanya finis di urutan enam besar.
“Rasanya sulit dipercaya,” kata Terpstra, 33 tahun. “Ini begitu luar biasa. Saya selalu memimpikan lomba-lomba ini, (Flanders) dan Roubaix. Dan sekarang saya telah memenangi keduanya. Ini mimpi yang jadi kenyataan,” tambahnya.
Mengaku bukan andalan utama Quick-Step Floors, Terpstra ternyata sempat minta izin kepada tim saat lari sendirian. Ketika Philippe Gilbert bilang “Go with that banana!”, barulah Terpstra tancap gas seratus persen ke garis finis.
Di belakangnya, Pedersen juga mengundang banyak pujian. Masih berusia 22 tahun, banyak yang mulai sadar kalau juara nasional Denmark ini punya potensi jadi bintang masa depan.
Sedangkan Peter Sagan mengajak tim-tim lain untuk lebih “kompak” dalam membendung Quick-Step Floors.
Pemenang Tour of Flanders 2018. Dari kiri - Mads Pedersen (Trek-Segafredo), Niki Terpstra (Quick-Step Floors) dan Phillipe Gilbert (Quick-Step Floors)
“Quick-Step adalah tim yang baik karena mereka punya banyak pembalap di level yang baik. Mereka bisa memainkan beberapa kartu. Tim-tim lain harus bisa lebih berkolaborasi,” kata juara dunia tiga kali sekaligus juara De Ronde –julukan Tour of Flanders-- 2016 tersebut.
Sekarang, tim-tim lain itu punya sisa satu lomba besar untuk membendung Quick-Step Floors. Paris-Roubaix akan diselenggarakan pada Minggu, 8 April. Bisakah Peter Sagan pecah telur di sana? Ataukah tim-tim lain kembali sibuk menjaganya, membebaskan Quick-Step merebut kemenangan? (mainsepeda)
HASIL TOUR OF FLANDERS 2018
1. Niki Terpstra (Belanda), Quick-Step Floors
2. Mads Pedersen (Denmark), Trek-Segafredo
3. Philippe Gilbert (Belgia), Quick-Step Floors
4. Michael Valgren (Denmark), Astana
5. Greg Van Avermaet (Belgia), BMC
6. Peter Sagan (Slovakia), Bora-Hansgrohe
7. Jasper Stuvyen (Belgia), Trek-Segafredo
8. Tiesj Benoot (Belgia), Lotto-Soudal
9. Wout van Aert (Belgia), Verandas Willems-Crelan
10. Zdenek Stybar (Rep. Ceko), Quick-Step Floors