Selesai sudah training camp selama empat hari di Malaysia yang digagas oleh Azrul Ananda, Principal AASoS (Azrul Ananda School of Suffering). Bersama John Boemihardjo dan tim AASoS, Azrul mendampingi total 35 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Mayoritas sangat puas dan hepi. Meskipun termehek-mehek juga dengan tanjakan-tanjakan Cameron Highlands. Mereka mengaku banyak ilmu yang didapatkan sepulang dari training camp ini. Setiap cyclist akan berbagi cerita seru yang berkesan selama 4 hari bersepeda bersama AASoS. (mainsepeda)
Edi Wibowo (MeDYC - Semarang)
“Saya bertemu teman-teman di bandara Kuala Lumpur, wah ternyata semua cyclist tangguh, membuat saya deg-deg-an. Apalagi medan-nya nanjak semua, makin tertekan saya. Alhamdulillah aman dan tidak seseram yang saya bayangkan. Malah bisa enjoy mengikuti grup meskipun sempat salah strategi di hari pertama. Jujur, Fuad, teman saya yang anti loading adalah motivator saya. Pesan saya cuman satu, cari teman yang positif sehingga kita juga termotivasi. Ada kejadian yang terkenang seumur hidup. Saat mau masuk pitstop dua di Ringlet, saya gowes sendirian, eh malah dikejar anjing liar! Saya berusaha kabur tapi makin dikejar. Karena itu nanjak, akhirnya saya capek. Saya teriakin aja, untung anjingnya tidak kejar lagi,”
Rudy Rustanto (Cepu)
Sudah dua kali anggota Ratjoen Cycling Club Malang ini gowes di kawasan Cameron Highlands Malaysia. "Meskipun rutenya sama tetapi tidak bosan malah saya sangat menikmati. Dingin, udara segar, minim kendaraan dan hampir tidak ada polusi itu yang bikin kangen. Asyiknya lagi, banyak teman baru, pengalaman baru dan ilmu baru setelah pulang dari AASoS Training Camp. Yang paling seru, saat sore hari, Azrul tidak pelit berbagi ilmu dengan me-review ride hari itu. Selain itu, saya juga dapat masukan soal gaya riding saya dari Dani dan Rastra. Dalam hal penyelenggaraannya, menurut saya mendekati sempurna, mulus dan lancar semua. Ditunggu training camp berikutnya,”
Rastra Patria Dinawan (ex Pegasus Continental Cycling Team)
“Sejak saya aktif ikut balapan di tim Pegasus, beberapa kali saya melewati rute ini. Memang tanjakan di rute ini ‘tidak kejam’ tapi bisa ‘membunuh pelan’. Jadi kalo training camp di sini sangat efektif dan efisien. Pasti sepulang dari sini, kemampuan kita akan meningkat,”
Asril Kurniadi (Gresik)
“Alhamdulillah saya lulus empat hari dengan jarak dan elevasi yang awalnya bikin merinding itu. Buat saya, training camp ini sekaligus ajang pembuktian diri atas latihan yang saya lakukan setahun terakhir. Sedikit membanggakan, catatan waktu saya bisa bikin senior yang absen kali ini jadi ‘blingsatan’. Saya geser posisinya di beberapa segment leaderboard Cameron Highlands di Strava. Maaf, bro! Buat saya, paling keren adalah saya merasakan sedikit rute Tour de Langkawi di hari kedua, Sungai Koyan-Tanah Rata dan hari ketiga Ipoh-Tanah Rata!”
Chandra ‘Zippho’ Purnomo (IPSM - Ikatan Penggemar Sepeda Madiun)
“Cameron Highlands ini bikin kangen. Hawanya, tanjakannya dan kelok-keloknya. Empat tahun lalu, saya pernah ke sana dan saat itu saya sering kram dan nuntun sepeda. Tapi kali ini, saya lulus tanpa masalah berarti. Hari kedua saya lelah, tapi karena itu rute balapan Tour de Langkawi, jadi saya semangat harus menuntaskannya seperti pembalap pro! Bahkan hari ketiga, kaki saya sudah tidak lagi terasa apa-apa. Badan yang kedinginan, hanya semangat yang membuat saya sanggup menuntaskan training camp ini. Sepulang dari Malaysia, saya belajar menejemen tenaga agar tidak boros dan merasakan ada tambahan power di kaki,”
Dani Lesmana (Kediri)
“Seru banget. Mulai kepanasan lalu ganti kehujanan eh juga berasa kedinginan. Tapi tetap happy karena banyak teman baru. Saya kebagian menemani grup satu yang anggotanya ‘bandit’ semua. Jadinya nuansanya seperti balapan. Nggak ada santainya tapi masih bisa bergurau, foto-fotoan dan video pakai smartphone. Teman-teman minta ‘ditarik’ terus, saya sih oke aja dan saya senang grup satu mau bersusah payah nempel saya terus,”
Suciono (Sampit)
“Ini pengalaman baru buat saya, cycling di luar negeri apalagi saya termasuk newbie. Sempat loading juga yang dari Sungai Koyan itu, lalu banyak teman-teman bully saya, mereka bilang nggak ada cut off time, jangan mau kalo disuruh loading. Maklum saya tidak ngerti. Akhirnya di hari ketiga yang dari Ipoh saya tahan diri, gengsi donk loading lagi. Jadi meskipun kram lebih dari sepuluh kali tetap aja gowes sampai hotel. Saya kaget banget liat tanjakannya yang landai tapi paaaaaanjaaaaaaang sekali itu. Tadi pagi, gowes dengan teman-teman Sampit, saya berasa kuat banget, narik di depan terus speed rata 35 kmh berasa enteng. Baru saya sadari, inilah hasil training camp!”
Sandi Dian Ervani (BRCC - Banyuwangi)
“Jempol tiga saya berikan pada AASoS Malaysia Training Camp. Ini merupakan pengalaman berharga saya gowes di negaranya Upin dan Ipin. Hehe…. Rute-rutenya mantap, hari pertama dari Sungai Koyan ke Ringlet melatih kesabaran diri saya meskipun nafas ngos-ngosan juga. Hari kedua dari Ipoh ke Tanah Rata, saya senang banget bisa ikut ‘ngebreak’ rombongan dua bersama Azrul. Gowes menutup hari ketiga ‘so sweet’ karena landai dan tidak jauh. Overall saya puas, hepi dan kepingin lagi,”
Fuad Soemedi (Jakarta Cycling Team)
“Saya dapat pelajaran baru sepulang dari Malaysia yaitu ‘Sifat pembelajaran adalah memenuhi rasa ingin tahu dan ingin bisa’. Itulah yang saya rasakan selamat empat hari mengikuti AASoS Training Camp Malaysia. Ingin tahu bagaimana rasanya gowes di Malaysia dan ingin bisa menyelesaikan seluruh ‘menu’ training camp. Pengalaman menyedihkan saya alami saat stop di salah satu pompa bensin, eh ternyata uang ringgit saya terbawa oleh teman yang sudah loading mobil dan balik ke hotel, padahal saya udah kelaparan. Untung saya bertemu Tatang yang bersedia minjemin uangnya untuk beli makan dan minum. Lalu lanjut gowes lagi. Lebih sedih lagi hari terakhir saya nggak bisa gowes karena anting RD patah, serasa terbanglah nyawa dari tubuh ini, sedih nggak ketulungan. Tapi saya tetap senang bertemu teman baru dan tim AASoS keren,”
Yoga A Wijaya (Barong Cycling Club - Bali)
“Bangga banget bisa jadi bagian dari AASoS Malaysia Training Camp. Bersepeda bersama cyclist yang lebih senior, melahap rute menantang dan menyenangkan bersama-sama. Banyak sekali pelajaran baru yang saya dapatkan. Contohnya saat di kamar bersama John, beliau banyak memberi masukan pola latihan dan pola makan yang benar untuk menaikkan performa bersepeda kita. Jika teman-teman pribadi maupun AASoS mau bikin training camp di Bali, saya siap jadi tuan rumah,”
Guntur Priambodo (BRCC - Banyuwangi)
“Asyik banget, empat hari nggak mikir lainnya. Hanya mikir gowes saja. Juga seru karena bisa kumpul teman sehobi sekaligus ajang reuni. Berkenalan dengan cyclist baru dari kota lain bisa buat tambah teman. Secara lokasi Cameron Highlands memang cocok untuk training camp. Banyak akses menuju puncak. Bisa buat alternatif latihan dengan jalur berbeda. Menurut saya, rute-rute ini untuk cyclist newbie lumayan berat, untuk cyclist medium sih oke. Untuk saya pribadi, kurang tinggi nanjaknya hehehe……”
Raymond Siarta (Surabaya)
“Momen yang pas untuk saya pribadi mengikuti training camp di Cameron Highlands Malaysia ini. Melatih endurance dan kesabaran karena paaaannjaaanngg meskipun nggak ada tanjakan tinggi. Ini bisa jadi modal latihan saya sebelum even Bromo KOM Challenge. Kali ini agak berbeda daripada tahun lalu. Jumlah peserta lebih banyak membuat saya bertemu teman baru. Melihat mereka mati-matian berjuang menuntaskan rute hari demi hari, ada yang kram tetapi tetap gowes, ada ayah dan anak saling menyemangati dan ada yang gowes menggunakan crank besar ketika nanjak. Semuanya membuat semangat saya terlecut kembali. Maklum, semangat saya mulai kendor karena saya jenuh dengan rute yang itu-itu saja jika gowes di Surabaya. Terima kasih AASoS yang sudah kembalikan semangat saya,”
Sony Hendarto (IPSM – Ikatan Penggemar Sepeda Madiun)
“Saya merasakan, endurance itu sangat penting. Latihan bersepeda itu seperti menabung. Jarang latihan sama artinya dengan jarang menabung. Maka hasilnya tubuh kita akan mudah bonking (kehabisan energy). So, pelajaran berharga dari training camp kali ini adalah harus latihan endurance. Juga pelajaran kehidupan saya dapati saat training camp bersama AASoS ini. Ada penjual nasi lemak di Brinchang asal India, bertetangga dengan encik pemilik depot chinese dan mereka berbincang santai dan guyub dengan ibu berjilbab. Indahnya keberagaman dalam kesatuan,”
Vee Gusti (Jakarta)
“Wuih… buat saya ini pengalaman paling seru! Akhirnya saya bisa bersepeda di luar negeri! Buat saya, training camp itu adalah ‘belajar dari awal lagi, jadi student’. Bukan jor-joran power di awal. Banyak cerita lucu yang saya alami selama training camp. Didit memberi semangat saya agar bisa menyalip cyclist cowok, jelas saya semangat karena dibilang di depan ada turunan. Eh, ketika belok bukannya turunan malah nanjak yang berkelok dan paaaannjaanngg, langsung lemas deh kaki ini. Heheh…. Saya cuman nggak kuat dengan cuacanya apalagi kalo harus meluncur turun dengan hawa dingin. Secara keseluruhan saya puas dan happy dan mau diajak AASoS training camp lagi!”
Adiputra Sejati (Laris Cycling Club - Klaten)
“Saya adalah peserta paling newbie di dalam dunia sepeda. Baru enam bulan bersepeda. Dengan ikut AASoS ini saya sangat termotivasi melihat teman-teman lain bersemangat meskipun medan berat dan cuaca tidak menentu. Tapi tim AASoS seperti Tio, Dedi dan Yan selalu memberi saya semangat agar bisa finish. Sekarang saya paham, bersepeda tidak bisa instan dan butuh latihan rutin. Harus keluar dari zona nyaman agar bisa bertahan di medan tak terduga seperti di Malaysia,”
Herry Prasetyo (Bangers - Jombang)
“Keseluruhan acara empat hari ini sangat menarik. Pesertanya juga rata-rata kuat semua, jadi sadar kalo saya perlu latihan lebih giat lagi. Rute asyik didukung pemandangan indah bikin teman-teman Jombang ngiler dan pingin ikutan training camp tahun depan,”
Royke Hendra (Manado Cycling Mania)
“Super fun! Rutenya sip banget menantang dengan jalan mulus, lebar, udara bersih dan sejuk. Nyaman banget! Bisa mengekor di peloton pertama yang isinya ‘bandit’ semua dan bisa bertahan adalah tujuan saya. Meskipun akhirnya copot juga, tapi paling tidak saya bertahan agak lama. Rasanya luar biasa bangga! Tahun depan, akan ikut lagi. Pasti!”
Victor Tamoni (Raden Patah Cycling Club - Ngawi)
“Gowes empat hari berturut-turut bukan hal yang ringan. Apalagi ini gowesnya di Malaysia. Tetapi dalam empat hari itu banyak teman baru dan banyak ilmu yang membuat saya tetap semangat untuk gowes menaklukkan Cameron Highlands,”
Yohan Kristanto (Laris Cycling Club - Klaten)
“Begitu dapat kabar ada AASoS Malaysia Training Camp saya langsung daftar dan saya ajak anak saya, Adiputra. Saya Ingin mengajari dia disiplin dalam hidup melalui sepeda. Saya juga ingin memotivasi dia, bahwa bersepeda itu harus latihan yang benar seperti di training camp ini. Hasilnya, dia terkesan dan pulang Klaten jadi makin bersemangat! Menurut saya, Cameron Highlands nggak kalah bagus dengan negara Eropa yang pernah saya datangi dan bersepeda di sana. Hawa sejuk, pemandangan bagus, minim mobil dan polusi. Sekarang malah Adi yang mengajak saya untuk ikutan training camp AASoS tahun depan,”
Slamet Santoso (IPSM – Ikatan Penggemar Sepeda Madiun)
“Saya punya dua agenda saat memutuskan untuk ikut AASoS Malaysia Training Camp. Ini merupakan comeback saya bersepeda setelah dua tahun off bike. Juga sebagai pemanasan sebelum mengikuti even tanggal 14 April di Solo. Saya ‘babak belur’ seperti cyclist pemula lagi. Tapi saya senang, bisa ketularan semangat teman-teman cyclist muda. Dan jujur, saya kangen Cameron Highlands setelah empat tahun lalu saya bersepeda di sana. Hawanya, nanjaknya dan makanannya!”
Ajie Jimmy Chandra (Green Fly - Jakarta)
“Biasanya saya bikin tour keluar negeri acara turing moge. Nah, bersepeda ini adalah hobi baru saya setahun terakhir. Dapat info ada acara turing sepeda di Malaysia dalam bentuk training camp, langsung saja saya join. Saya ingin belajar bersepeda yang benar sehingga mendukung kesehatan lutut saya. Saat di Malaysia, teman-teman dari Surabaya, Semarang, Banyuwangi dan lainnya terus memberi support dan semangat ke saya agar kuat. Dan mereka bersedia sharing ilmu bersepeda. Seru bangetlah pokoknya, apalagi sproket 32 saya tidak berfungsi, jadi saya ‘terpaksa’ pake sproket 28 dan saya berhasil finish. Kado berupa ‘topi merah’ dari Azrul itu jadi kenangan terindah,”
Celine Cecylia (Kraft - Kediri)
“Ini acara cycling yang terorganisir dengan baik yang pernah saya ikuti. Menurut saya, rute yang kita lalui lumayan berat dan menantang. Apalagi dua hari diguyur hujan. Tapi itu semua bukan halangan saya untuk menyerah. Rute harus tuntas! Pemandangan alamnya luar biasa indah, apalagi udaranya begitu menyenangkan. Ini yang membuat rute gowes yang seharusnya berat jadi ringan dan tak terasa akhirnya finish juga,”
Mahesa Alfa (Bangers Jombang)
“Ini adalah pengalaman berharga yang tidak boleh terlewatkan! Awalnya saya berpikir ini adalah ‘piknik’ bersepeda. Jadi sepedaan santai di Cameron Highlands Malaysia. Tapi bayangan saya pudar, ini benar-benar training camp alias camp latihan! Beruntung saya kerap latihan endurance, jadi saya sangat menikmati mengikuti empat hari menanjak ala AASoS ini. Pemandangan indah, rute menantang dan saya temukan ‘saudara baru dalam sepeda’, semua inilah yang membuat saya enjoy dan rileks sehingga rute tak terasa berat lagi. Malah pulang ke Jombang bawa banyak kenangan luar biasa,“
Tatang Marthadinata (Surabaya)
“Harus jadi ‘mata pelajaran’ tahunan Azrul Ananda School of Suffering! Lokasi yang nggak jauh dari Indonesia, pasti bikin cyclist tertantang menaklukkannya,”
Faizal Leksmana (Surabaya)
“Tanjakan dan tikungan rute gowes saat dijalani dengan mobil terasa menakutkan. Tetapi ketika saya menjalaninya dengan sepeda, feel-nya beda, fun banget. Tidak seram sama sekali. Pengendara mobil di Malaysia juga bisa menghargai cyclist, itu yang menyenangkan,”
Erwin Tumewu (Manado Cycling Mania)
“Antara excited pingin ikut dan takut nggak kuat, apalagi rutenya dilewati balap kelas internasional. Wah pasti berat. Untung Royke terus meyakinkan saya untuk ikut training camp di Malaysia ini. Akhirnya saya ikut. Eh, sekarang malah ada ‘hutang’ yang harus ‘dibayar’ tahun depan. Saya tidak ikut gowes hari terakhir karena bangun tidur merasa kedinginan. Setelah Roy balik hotel dan cerita bahwa jaraknya cuman 30-an km dan tidak berat, wah menyesal banget. Sebelumnya, hari kedua gowes, saya sempat mencoba ngikut grup “bandit”, akhirnya “matilah” saya. Untungnya, Azrul tidak pelit sharing ilmu. Beliau mengatakan bahwa kita harus tahan di 80 persen FTP (Functional Threshold Power) apabila kita ingin endurance bisa panjang untuk long ride. Hari berikutnya saya ikut grup dua bersama beliau dan aman hingga finish. Intinya, harus bisa menejemen emosi diri. Tahun depan lagi, yaaa !”
Isna Fitriana (Surabaya)
“Banyak teman cyclist cowok bilang kalo rutenya berat, apalagi buat cewek seperti saya. Jadi suatu kebanggan buat saya bisa melewati training camp yang rutenya menyiksa dan menguji kesabaran ini. Akhirnya saya resmi memiliki gelar 4M : Macak, Masak, Manak dan Mancal! Hehe… biasanya kami cewek wangi parfum, tapi 3 malam di Malaysia, saya dan Vee saling bantu membantu mengoleskan minyak tawon demi kaki agar tidak sakit!”