Wajah-wajah sumringah terlihat dari para peserta, sesampainya di hotel di Cameron Highlands, markas Azrul Ananda School of Suffering (AA SoS) Malaysia Training Camp 2018. Mereka –total 35 orang-- terlihat semangat, walau sejak dini hari sudah dihajar penerbangan dan perjalanan darat berjam-jam naik pegunungan.
Beberapa memang muntah-muntah dulu karena tak tahan naik mobil meliuk-liuk naik gunung, tapi kemudian bahagia lagi.
Mereka lumayan puas dengan pemilihan base camp. Sebuah hotel peninggalan kolonial Inggris yang bertetangga dengan perbukitan. Sejuk dan tentram. Suara burung bersautan setiap pagi dan menjelang malam. Tinggal jalan kaki, kita bisa ke tengah kota Tanah Rata, cari makanan enak dan murah-murah (khususnya makan steam boat!).
Soal hotel ini, Abah Asril Adenan (Gresik) sempat kecewa. Karena sampai check out beberapa hari kemudian tak kunjung menemukan remote AC. Tiap malam dia harus sembunyi di balik selimut tebal, menutupi badannya yang kurus khas cyclist dari hawa dingin.
Terus terang, di hotel memang tidak ada AC-nya. Hawa dingin itu menyelinap dari relung jendela dan pintu. Sudah dingin dari lingkungannya! Kan di pegunungan!
Secara keseluruhan, even ini tergolong luar biasa. Berawal dari obrolan santai dengan Principal AA SoS untuk bikin sekolah bandit tapi ramah. Inilah jawabannya, perjalanan training camp berbasis pelajaran pernah ikut program-program serupa ke Eropa dan Amerika, bersama Rapha dan Trek Travel.
Selama empat hari tiga malam peserta berada di Cameron Highlands, sekitar tiga jam perjalanan darat dari Kuala Lumpur, antara 29 Maret hingga 1 April.
Setiap hari, peserta dikelompokkan menurut habitatnya. Karena olahraga sepeda bukan menuntut senioritas, melainkan seberapa ketat jadwal dan menu latihannya. Dan apa pun kelompoknya, semua tetap harus punya mental istimewa. Faktor fighting spirit bisa membantu saat kondisi sedang down.
Kelompok dibagi tiga. Yang paling cepat minim support di depan, bisa mandiri dan bakal saling membantai. Kelompok kedua paling banyak, tapi cukup cepat, hanya butuh dikawal satu mobil support. Lalu kelompok ketiga yang paling butuh dukungan, dikawal dua mobil support. Plus mobil double cabin khusus mengantar saya maju-mundur mengabadikan wajah-wajah sengsara mereka menanjak!
Salah satu driver kami menyebut pembagian ini dengan istilah “MotoGP, Moto2, dan Moto3.”
Yang salut, kelompok ini sangat disiplin. Setiap pagi berangkat termasuk on time. Saat waktu kumpul brifing setiap akan makan malam juga on time. Saat brifing itu, peserta juga bisa bertukar ilmu bagaimana supaya bersepeda lebih baik, menaklukkan rute dengan lebih efektif.
Soal metode sekolah kedisiplinan, kebetulan saya hafal gaya “Kepsek” Azrul Ananda. Karena sejak 1999 sudah kenal dia lewat hobi Formula 1. Selama lima tahun belakangan ini, sepeda telah mengisi kasta hobi paling atas di benaknya. Dan dia selalu totalitas tanpa batas dalam segala hal yang ditekuni.
Agak ngobrol keluar jalur ya. Lihat foto jepretan pakai hape di kamar mandi. Kebetulan saya satu kamar dengan dia. Lihatlah, jemuran bib, jersey, sarung tangan, kaus kaki, bidon, sepatu, jaket, kaca mata, dan strap monitor jantung, semua tergantung rapi. Setiap habis sepedaan, dia selalu mencuci sendiri semua perlengkapan. Agar selalu siap dipakai kembali. Ini butuh disiplin tinggi.
Karena itu, jangan kaget kalau semua peserta yang baru saya kenal saya sarankan untuk mempelajari hal-hal kecil seperti ini. Bagi cyclist, disiplin tinggi sangat penting. Baik jam berkumpul, apalagi disiplin saat touring untuk menjaga peloton utuh dan aman.
Dan sekali lagi saya salut, kelompok tahun ini sangatlah disiplin. Pagi jam 05.00 atau 05.30 selalu sudah kumpul di lobi hotel dan masuk mobil van sesuai kesepakatan. Sebelum start selalu brifing singkat dan berdoa bersama. Begitu finis sampai hotel lagi, sepeda langsung naik lagi ke atas truk untuk keesokan harinya.
Ada begitu banyak hal yang bisa dipelajari dalam training camp ini. Selain menguji kemampuan dan bertukar ilmu, juga semakin menyadari pentingnya setelan sepeda yang benar. Bahwa komponen mahal belum tentu cocok dengan harganya. Paling kecewa ketika memakai komponen mahal, tapi ternyata justru rusak membuat kita gagal finis.
Mengenai rute, hampir semua peserta menjawab luar biasa asyik dan cantik. Pada hari pertama, ketika mabuk naik mobil meliuk-liuk naik ke Tanah Rata, banyak yang galau diberi tahu kalau rute itu merupakan salah satu yang harus dilewati naik sepeda. Tapi begitu diberi tahu lagi kalau itu rute Tour de Langkawi (lomba paling bergengsi di Asia Tenggara), mereka menjadi bangga!
Mengenai seberapa sulit rute yang harus ditempuh, pada akhirnya disampaikan kalau rute mungkin tidak semudah yang terlihat di atas kertas atau yang disampaikan. Mengingat orang yang beda kemampuan akan memandang rute dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Gampang buat A, mungkin sulit setengah mati untuk B.
Mengenai persepsi rute ini, dalam salah satu brifing disampaikan tagline AA SoS yang menarik: “Lebih baik dibohongi daripada ditakut-takuti.”
Soal cuaca lain lagi. Peserta kenyang dapat segala macam cuaca. Sejuk, hujan dingin, dan panas lembab. Dua dokter yang ikut gowes, Abah Fuad Soemedi dan Edi Wibowo, tak kuasa menuruti permintaan teman-teman untuk menurunkan suhu panas.
Hal-hal unik juga ditemui di jalan. Pada suatu ketika, salah satu kelompok tertahan kemacetan mobil di tanjakan yang sempit. Mereka mengira ada kecelakaan hebat. Ternyata, kemacetan diakibatkan oleh aksi sepasang anjing asyik “on fire” di tengah-tengah jalan.
Menyadari ini semua hanya bisa geleng-geleng kepala. Salutnya, tidak ada pengemudi mobil yang mau mengganggu keasyikan pasangan anjing tersebut! Membiarkan kesenangan mereka berlanjut sampai happy ending sebelum menyuruh minggir!
Sebagai tukang foto, saya pun puas tahun ini. Ada mobil double cabin khusus untuk saya duduk di bak belakang. Tapi pelajaran untuk tahun depan, saya harus memakai pelindung lutut dan siku ala skateboarder. Karena saat melewati tikungan tajam atau tanjakan curam, saya sering terbanting-banting di bak.
Dengan pengalaman ini, banyak peserta ingin ikut lagi di acara serupa, bahkan mengajak rekan-rekan lain untuk bergabung. Semoga saja nanti makin ramai, dan itu berarti cycling juga makin ramai. Menurut saya, itu tidak ada negatifnya. Segala siksaan bisa jadi menyenangkan kalau teman-temannya memang menyenangkan.
Dan semoga foto-foto saya terus bisa menyemangati mereka untuk terus mengayuh sepeda! (dewo pratomo)