Empat Tips Solo Ride di Era Corona

| Penulis : 

Pandemi Covid-19 memberi tekanan khusus untuk para penghobi sepeda. Pada umumnya, seorang cyclist akan bersosialisasi dengan teman sehobi. Secara periodik mereka akan bertemu, gowes bareng, dan biasanya berakhir dengan makan atau ngopi bersama.

Sekarang, kita lupakan sejenak masa-masa indah itu. Sekarang fokus kita adalah memotong rantai penyebaran virus ini. Karena orang yang terinfeksi pun bisa terlihat sehat tanpa ada gejala sakit.

Menghentikan komunikasi secara serta-merta dan tidak gowes di udara terbuka pasti berat. Dan membosankan. Beberapa daerah masih mengizinkan cyclist untuk keluar rumah (dengan syarat dan ketentuan), dan di beberapa negara bersepeda justru menjadi salah satu alternatif agar tidak berdesakan di sarana transportasi publik.

Solo ride artinya bersepeda sendirian. Bukan bersepeda ke Solo. Nah, Solo ride menjadi usaha cyclist untuk membunuh rasa bosan "terpenjara" di rumah. Di masa sekarang ini, solo ride punya tujuan khusus. Berikut beberapa hal yang perlu diingat untuk ber-solo ride di masa-masa karantina mandiri ini.

 

1. Sepeda dan Kelengkapannya
Karena bersepeda sendiri, kita perlu menyiapkan sepeda kita dengan baik. Bila ada masalah di jalan, tidak ada teman yang membantu. Walau ada orang lewat, saat ini biasanya mereka enggan membantu karena harus menjaga jarak. 

 

2. Rute
Karena bersepeda sendiri dan untuk menghindari infeksi virus, maka rute yang dipilih adalah rute-rute yang jauh dari keramaian. Kalau bisa jangan ke daerah yang sulit dijangkau. Jadi bila sepeda mengalami masalah, tidak sulit mencari pertolongan. Kadang, rute cyclist itu jauh dan tidak umum, hanya sesama cyclist (atau copet) yang paham.

 

3. Santuy dan Tidak Mampir
Sekali lagi, untuk menghindari bertemu orang banyak, sebaiknya kita tidak mampir-mampir. Baik ke tempat biliar, pub, maupun tempat makan. Sebaiknya rute dimulai dan diakhiri di rumah sendiri. Dan karena ini gowes sendiri, maka pace-nya pun santuy menurut kekuatan napas dan kaki kita sendiri. Yang penting tidak membuat lelah berlebihan yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun.

 

4. Melawan Bosan
Salah satu momok bersepeda sendiri adalah melawan bosan. Tidak ada yang dikejar, tidak ada yang mengejar, dan tidak ada yang menemani. Membuat waktu seakan menjadi lambat.

Saya punya seorang teman, kalau bersepeda rutenya selalu tidak umum dan dia cenderung bersepeda sendiri. Selalu punya alasan. Misalnya nggak tau ada rute ramai-ramai, atau datang terlambat sehingga terpaksa gowes sendirian. Saya selalu bilang ke dia: "Kamu cyclist anti-sosial. Yang lain ke kanan kamu ke kiri."

Tidak disangka, saya sekarang pun dituntut seperti itu. Menjaga jarak dengan orang lain. Bukan hal yang menyenangkan!

Beberapa hal di atas kiranya bisa memberi para pembaca perspektif gowes sendiri di era pandemi ini. Bila dimungkinkan, goweslah sendiri di "pain cave" masing-masing lebih baik. Pasang sepeda di trainer, lalu gowes sendiri sampai modar. Lebih tidak ada risiko tertular, walau mungkin ada bosannya.

Yang penting kita tetap harus bugar, bebas dari virus, dan berharap pandemi ini segera berakhir. (johnny ray)

Populer

Solo Cycling Community, Antara “Gorengan” dan Dua Misi Wali Kota
Modifikasi Yeezy Boost Jadi Clipless  
Mark Cavendish Bertahan di Dimension Data dan Naik Sepeda BMC
Lima Tips agar Baterai Garmin Tahan Lebih Lama
Dicari, Penakluk Gunung Fatuleu Bersama Kupang Road Cycling
Sebentar Lagi, Era Ban Airless dan Anti Bocor?
Lebih Ringan, Mulus, dan Universal
Mokumono, Frame Dari Plat Monokok Terinspirasi Mobil
Merah-Putih dan Wireless, Sepeda Sang Juara Dunia MTB Tujuh Kali
Pinarello Grevil+, Terjun All-Out di Arena Gravel Bike