Kolom Sehat: Ketika Dunia Ini Di-Reset

| Penulis : 

Kalau enam bulan yang lalu saya bilang, "Setelah ini Anda semua akan dilarang bersepeda ramai-ramai di luar rumah." Atau, "Setelah ini kalian akan dianjurkan untuk di rumah saja tidak boleh keluar rumah." Anda mungkin akan menganggap saya sudah tidak berakal sehat atau kena efek obat terlarang.

Sekarang, kenyataannya, itu yang terjadi.

Sekarang, kita sangat dianjurkan --kalau tidak boleh dikatakan "harus"-- di rumah terus sampai pandemi ini bisa tertangani dengan baik.

Ada yang masih cuek dengan anjuran ini. Ada yang sudah sangat aware. Tidak lama lalu, saat masih bisa gowes bersama, seorang teman yang kebetulan seorang dokter, sudah menceritakan bahwa ini bukanlah hal yang bisa dianggap sepele.


Penulis saat gowes bersama Om Dokter.

Tingkat penularannya yang begitu cepat sangat mencengangkan.

Pemerintah pun menyerukan pencegahan secara menyeluruh agar masyarakat luas terhindar dari terjangkitnya virus ini. Hal yang paling dianjurkan adalah gerakan "Di Rumah Saja." Alhasil, sekolah, kantor, tempat wisata, dan tempat-tempat orang berkerumun dihentikan.

Roda aktivitas sehari-hari umat manusia terpaksa dihentikan. Bahkan event-event olahraga berskala dunia seperti Olimpiade ditangguhkan.

Hidup ini seperti di-reset. Layaknya permainan video game.

Ada yang bilang, ini karena bumi sudah overpopulated, sehingga bumi sedang mencari cara untuk menyeimbangkan kehidupan ini. Dengan cara yang sangat masif dan tanpa memandang siapa kita.

Efek negatif pandemi ini telah banyak dibahas di berbagai forum, grup WA, dan berita-berita. Lalu bagaimana dengan sisi positifnya? Menurut saya tetap ada.

Dulu, ada beberapa kelompok cyclist yang biasa bersepeda dari matahari belum terbit sampai terbenam. Dari gelap sampai gelap lagi. Kenapa begitu lama? Mungkin ada masalah di rumah yang dihindari. Dengan keadaan sekarang, para cyclist itu dipaksa untuk tinggal di rumah dan "menyelesaikan" masalahnya di rumah.

Semoga sekarang semua masalah itu bisa selesai ya friends. Kalau tidak, ya pindah rumah saja. Wkwkwkwk...

Kebanyakan cita-cita orang lulus kuliah biasanya adalah bekerja yang mapan, membeli rumah, lalu menempatinya. Kenyataannya, rumah hanya ditempati ketika hari sudah larut sepulang kerja.

Pagi-pagi juga sudah ditinggal untuk bekerja. Nah, sekarang, waktunya kita nikmati waktu di rumah. Sekarang adalah harinya orang yang dianggap nerd, gamer, dan anti-sosial. Cyclist yang doyan game, bisa memainkan procycling manager sampai terbentuk tim khalayannya yang hebat dan menjuarai semua event bergengsi .

Bagi cyclist yang ingin kuat, bisa memakai trainer di rumah dan berlatih sampai alatnya rusak. Nanti, ketika hari-hari karantina ini berlalu, dia bisa menunjukkan hasil latihan dengan bangga.

Kalau saya? Saya akan menikmati hari-hari ini untuk mencoba beberapa makanan kaleng pemberian keluarga dan teman. Mana yang rasanya pas dengan lidah saya.

Sementara bersepeda di trainer hanya sebagai syarat dan pencitraan. Bagi saya, jangan sampai kelelahan dan harus banyak makan. Karena kelelahan dan kekurangan makan akan mengurangi daya tahan tubuh.

Meski demikian, semoga virus ini segera teratasi dan kita bisa gowes dan bertemu di jalan lagi. Sekian. (johnny ray)

Populer

Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal
Alaphilippe Gagalkan Rekor Valverde
Giro d’Italia 2018: Debut Sepeda dan Aksesori Baru
Dan Martin Pimpin Para Climber di Mur-de-Bretagne
Dylan Groenewegen Pecah Telur di Hari Terpanjang
Geraint Thomas Rebut Yellow, Chris Froome Urutan Dua
Geraint Thomas Menang Sprint di Alpe d’Huez!
Apakah Kita Butuh Disc Brake dan Gravel Bike di Indonesia?
Ini Dia Enam Kafe Sepeda Keren di Indonesia
Andre Greipel “The Gorilla” Masih Ambisi Tour de France