Dalam usia 20an tahun Mufti Faisal Hakim harus berjuang melawan kanker limfoma. Mufti harus menjalani kemoterapi selama setengah tahun. Hebatnya, berselang beberapa bulan setelah pulih dari kanker, Mufti sudah kembali gowes hampir 250 kilometer dari Bandung ke Pangandaran.

Layaknya masyarakat pada umumnya, Mufti sudah bersepeda sejak kecil. Sepeda menjadi tunggangannya sewaktu sekolah dasar. "Kebetulan rumahku berjarak 3 kilometer dari sekolah. Jadi kalau berangkat-pulang sudah 6 kilometer sendiri," ungkapnya.

Setelah absen selama hampir delapan tahun, ia kembali gowes sekitar 2013, saat kuliah jurusan ekonomi di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Ketika memulai gowes kembali, Mufti mendapat pinjaman sepeda gunung (MTB) dari pamannya, Imran Husnayan.

Sejak saat itu Mufti dan Imran sering gowes bareng keliling Kota Kembang. Mufti mengayuh pedalnya setiap akhir pekan, Sabtu dan Minggu. Rute Simpang Dago-Warung Bandrek dan Tebing Keraton menjadi favoritnya. Ketika itu Tebing Keraton belum seramai sekarang. Jalannya masih kecil dan berbatu.

Mufti mulai menjajal road bike pada 2014. Merek sepeda asal Belgia, Scott speedster menjadi tunggangan barunya. Intensitas gowesnya pun meningkat. Ketika kawan-kawannya menggunakan sepeda motor atau mobil, Mufti sesekali bersepeda untuk menjangkau kampusnya.

"Gowes adalah cara saya untuk men-challenge diri sendiri," tegas cyclist kelahiran Bandung itu. "Selain itu, dengan bersepeda saya bisa jalan-jalan jauh dan melihat pemandangan. Jadi berolahraga juga sambil mencari kenyamanan," imbuh analis di Bank Mandiri itu.

Mufti terbang ke Belanda pada 2016. Ia mendapatkan beasiswa kuliah S2 di Erasmus University Rotterdam. Kebiasaan bersepedanya pun berlanjut di Negeri Kincir Angin. Ia membeli Koga Miyata. Sepeda buatan Heerenveen, itu menjadi tunggangannya pulang-pergi ke kampus.

"Sehari sekitar 16 kilometer untuk berangkat dan pulang kuliah. Bersepeda membuat kondisi fisik saya terjaga dibanding orang-orang yang naik trem atau subway ke kampus. Selain itu juga lebih hemat," bilangnya.

Member Mandiri Cycling Club ini mulai merasakan gejala kanker sejak 2017. Pada saat itu ia acap kali batuk dan terkadang merasa sakit di dada. Bukan hanya itu, ketika pulang ke Indonesia pada Agustus 2017, berat badannya turun hingga delapan kilogram. Ia pun mulai memeriksakan kondisinya ke dokter.

Berdasarkan hasil computed tomography (CT) scan, ada sebuah tumor di rongga antara tulang dada dengan paru-paru. Ukuran tumornya yang cukup besar inilah yang membuatnya sering batuk. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Mufti memutuskan untuk melakukan thoracotomy pada September 2017.

Selepas menganalisis jaringan yang diambil dalam operasi itu, dokter menginformasikan bahwa Mufti mengidap kanker limfoma atau kanker di kelenjar getah bening. Ia harus melakukan kemoterapi selama enam kali. Dalam sekali kemoterapi, ia harus menghabiskan waktu lima hari di rumah sakit.

Mufti absen gowes selama masa penyembuhan ini. Sebagai gantinya ia sesekali jogging di sekitar komplek. Itu pun dengan catatan kondisinya betul-betul kuat. Selain itu, Mufti selalu mengonsumsi makanan bergizi dan sering berjemur di pagi hari. Rutinitas ini dilakukan hingga berakhirnya kemoterapi pada awal 2018.

Kemoterapi yang ia dijalani berbuah hasil positif. Lambat laun kondisinya mulai membaik. Mufti mulai gowes kembali pada masa recovery. Bak gayung bersambut, dokter pun menyarankan Mufti untuk berolahraga, di samping makanan bergizi dan tidur yang cukup.

"Saya punya passion tinggi dalam olahraga sepeda. Dalam masa recovery itu saya sangat ingin bisa bersepeda seperti biasanya," akunya.

Ibu, keluarga, dan sahabat punya andil besar dalam kesembuhan Mufti. Mereka lah yang mendorong serta membangkitkan semangat Mufti untuk bersepeda kembali. "Saya bersyukur punya teman-teman yang cocok dengan saya. Baik dalam bersepeda maupun di luar sepeda," ujarnya.

Ketika kembali aktif bekerja di Jakarta, Mufti mulai menemukan paradigma baru tentang olahraga ini. Ia kian serius dan mulai belajar teknik-teknik bersepeda. Kebetulan ia bertemu teman-teman anyar dari komunitas Samber Gledek. Mufti merasa satu visi dengan mereka.

"Teman-teman saya di Samber Gledek ini bisa diajak gowes santai. Mereka juga kuat ketika gowes bersama peleton," bilang cyclist 27 tahun itu.

Bersepeda membuat Mufti kembali bergairah. Ia terus berlatih untuk memulihkan kondisi serta berusaha menjadi cyclist yang lebih tangguh. Agustus 2018, sekitar enam bulan setelah sembuh, Mufti mengikuti touring Bandung-Pangandaran bersama komunitas gowes Lintang ITB. Panjang rutenya hampir 250 kilometer.

Keputusannya mengikuti touring ini membuang lingkaran terdekatnya gempar. Ibunya pun sempat melarang dan khawatir. Maklum, Mufti baru setengah tahun pulih kanker. "Tapi saya memang addict dengan bersepeda. Saya juga suka perjalanan jarak jauh dengan sepeda. Jadi tetap berangkat touring," bilangnya.

Begitu bahagianya Mufti saat kembali duduk ke pelana. Bersepeda jarak jauh pula. Gowes Bandung-Pangandaran ditempuh dalam dua hari. Gowesnya sangat santai. Rombongan touring juga sempat bermalam di Tasikmalaya. Mufti teramat girang karena berhasil menyelesaikan touring pertamanya tanpa kendala apa pun.

Intensitas latihannya semakin meningkat pada awal 2019. Mufti rajin gowes pagi-pagi. Beberapa jam sebelum ngantor. Ia juga sempat mengikuti sebuah event bersepeda di Bali bersama teman-teman di komunitas Mandiri Cycling Club. Mufti berhasil finis tanpa hambatan.

Pada akhir 2019 lalu ia juga mengikuti challenge Rapha Festive 500. Ia sempat gowes Jakarta-Bandung lewat Purwakarta. Sekali lagi, tantangan ini bisa dilalui dengan mulus dan lancar. Sebagai penyintas kanker, Mufti kini lebih mewawas diri. Ia semakin tahu kemampuannya dan latihan apa yang cocok untuknya.

"Jika melakukan latihan teratur, diimbangi makanan yang bergizi dan tidur yang cukup, saya pikir bersepeda amat sangat membantu. Bukan hanya tentang fisik, tapi juga jiwa yang sehat. Untuk orang-orang seperti saya yang penyintas kanker, itu adalah hal yang sangat penting," jabarnya.

Teruntuk mereka yang sedang berjuang melawan kanker, Mufti memberikan semangat dan berujar bahwa penyakit ini bisa dilawan. Selain karena kuasa Tuhan, menurut Mufti, mereka harus percaya bahwa suatu saat mereka akan sembuh dan beraktivitas normal lagi.

"Ketika sudah sembuh, kita harus menjaga kesehatan. Tinggalkan hal-hal buruk. Dan kenali badan Anda. Sebab badan akan memberikan respon terkait aktivitas Anda. Untuk yang bersepeda karena kardio, ayo belajar tentang heart rate dan latihan body weight," pesannya.(mainsepeda)

Episode Ketiga Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray:

Foto: Dokumentasi Mufti Faisal Hakim

Populer

Pesona Selo “Ring of The Fire”, Sensasi Menanjak Membelah Merapi dan Merbabu
Bananabotcage , Bawa Pisang Semudah Bidon  
WX-R Vorteq Tokyo Edition: Pinarello Jadi Terkesan Murah
Sentuhan Baru Cannondale di EF Education First Pro Cycling
Sebentar Lagi, Era Ban Airless dan Anti Bocor?
Bosan Gowes di Jalan? Ke Laut Aja…
FSA dan Ritchie Sembunyikan Kabel di Semua Sepeda
Liv EnviLiv Disc Brake, Sepeda Aero Khusus Perempuan
Meriah Menanjak dengan 15 Warna Jersey
De Rosa SK Pininfarina: Logo Baru, Frame Aero Baru