Grand tour pembuka 2018, Giro d’Italia, resmi dimulai Jumat ini (4 Mei) di Jerusalem. Sehari sebelumnya, seluruh tim peserta telah mengikuti seremoni pembukaan dan perkenalan. Tentu saja, Christopher Froome (Team Sky) menjadi pusat perhatian.

Bukan hanya karena dia sekarang merupakan bintang terbesar, tapi juga karena dia mengikuti lomba 21 etape ini meski kasus Salbutamol-nya belum tuntas.

Di balik acara perkenalan yang meriah ini, pada dasarnya memang hanya ada satu pertanyaan besar yang ditujukan ke penyelenggara. Bukan soal politik, bukan soal kontroversi penyelenggaraan even cycling megah ini di Israel. Melainkan soal status Froome.

Seandainya Froome menjadi juara Giro d’Italia tahun ini, apakah gelar itu akan dicopot bila nantinya UCI (federasi dunia) menyatakan pembalap Inggris itu melanggar pemakaian obat asma?

Sebab, pada 2011, situasi ini dihadapi Giro d’Italia saat superstar Spanyol, Alberto Contador, tampil. Contador jadi juara tahun itu, tapi kemudian gelarnya dicopot karena terbukti salah dalam kasus Clenbuterol pada Tour de France setahun sebelumnya.

Menanggapi ini, ada jawaban menarik.

Pertama, dan ini sudah berkali-kali disampaikan, Salbutamol bukan obat terlarang seperti Clenbuterol, jadi secara teknis bukan “doping.” Tes urin Froome saat Vuelta a Espana September 2017 lalu memang menunjukkan pemakaian Salbutamol berlebih. Tapi, itu tidak otomatis mengakibatkan sanksi. Jadi, Froome bebas berlomba sambil menunggu penyelidikan dan persidangan. Apalagi dia sudah sejak lama dikenal sebagai pengidap asma.

Sambutan meriah saat penyambutan Chris Froome di seremoni pembukaan Giro d'Italia 2018.

 

Kedua, bos RCS selaku penyelenggara Giro d’Italia, Mauro Vegni, menyebut sudah mendapat kepastian dari Presiden UCI David Lappartient kalau gelar Froome tidak akan dicopot andai dia menang tahun ini.

“Saya sudah bicara dengan presiden UCI, dia telah memastikan saya bahwa keputusan soal Froome belum diketahui sebelum Giro, atau sebelum Tour de France. Saya tegaskan kepada dia, kalau Froome menang Giro, maka dia akan memiliki gelar itu. Saya bilang ke David bahwa saking lamanya keputusan, maka segala diskualifikasi seharusnya dibuat efektif  setelah tanggal keputusan,” tutur Vegni.

“Dia (Lappartient, Red) meneegaskan kepada saya bahwa tidak akan ada masalah besar untuk Giro,” tambah Vegni.

Komentar Vegni ini lantas mengundang tanggapan dari UCI, yang menjelaskan kalau keputusan soal Froome bukanlah dari sang presiden, melainkan lewat badan khusus. Meski demikian, perkembangan ini memberi angin positif kepada Froome.

Team Sky sendiri terus menghindari pertanyaan-pertanyaan soal ini. Froome tetap pada jawaban-jawaban sebelumnya, bahwa dia merasa tidak melanggar dan fokus menghadapi Giro (plus Tour de France) tahun ini. Pembalap 32 tahun ini juga yakin bakal dibebaskan dari segala masalah.

Giro d’Italia 2018 dimulai dengan tiga etape di Israel, dimulai dengan etape time trial sejauh 9,7 km di Jerusalem Jumat ini. Froome adalah seorang jagoan time trial, sehingga dia punya kans memenangi etape pembuka dan mengenakan maglia rosa alias pink jersey pertama lomba. (mainsepeda)

 

Foto-foto dan video: Giro d'Italia, Getty Images.

Populer

Selalu Dukung Toko Sepeda Lokal Anda!
Ibu Bhayangkari yang Mencintai Pegoretti
Giro d’Italia 2020: Berawal dengan Etape Virtual di Zwift?
Anggap Sepeda Lipat Jelek, Ciptakan Roda Lipat
Inikah Tahun Richie Porte Juara Tour de France?
Kuat Berkat Indoor Training
Seperti Melihat Lukisan Gunung saat SD
Penyelenggara Baru, Rute Senangkan Sprinter
Stem Ini Bisa Panjang-Pendek dan Merunduk
Race Beneran untuk Yang Serius, Peloton “Normal” untuk Penghobi