Yang namanya manusia pasti tidak sempurna. Kalau pun ada, itu hanya di dalam lagu. Demikian juga cyclist. Walau sudah berhati-hati, ada saja kecerobohan yang bisa dilakukan. Seringkali, akibatnya bisa merugikan diri sendiri. Tapi tidak tertutup kemungkinan kecerobohan itu membawa kebahagiaan untuk teman-temannya. Bahkan bisa membuat tawa spontan teman-teman yang melihat.
Bentuk kecerobohan ada macam-macam. Salah satu yang paling sering terjadi adalah kelupaan. Lupa itu juga banyak macamnya. Kali ini, saya ingin membahas satu contoh dulu.
Menurut Anda, ketika event, teman Anda bisa lupa apa? Kalau versi saya sangat menggelikan dan saya tidak tahu harus menjawab apa selain tertawa. Ceritanya lebih dari lima tahun lalu. Saat ikut sebuah event. Seorang teman dengan tergopoh-gopoh datang pada saya.
"Kamu bawa cadangan tidak?" tanyanya.
"Lho, cadangan apa? Ban?" tanya saya balik. "Atau mungkin wheelset cadangan? Saya ada tapi saya titipkan ke mobil panitia," tambah saya.
"Bukan," jawab dia.
"Lalu apa? Gel? Makanan?" tanya saya lagi.
"Bukan," jawabnya lagi.
Kemudian, yang terlupakan itu terungkap.
"Kamu bawa cadangan sepatu nggak?" tanyanya.
Hah? Mana ada cyclist bawa cadangan sepatu. Kalau pun bawa belum tentu sama ukurannya. Sekali lagi, saya hanya bisa tertawa keras ketika dia bilang butuh sepatu. Kok bisaaaa lupa bawa sepatu...
Selain itu, ada lagi jenis ceroboh yang cerdik. Waktu itu, kami beramai-ramai menanjak di pegunungan. Pada saat itu, seperti biasa, saya paling belakang. Tapi saya tidak sendiri. Ada beberapa teman lain yang bersama di barisan belakang.
Ketika kelompok kami baru sampai di puncak, kelompok yang depan sudah turun gunung. Karena masih lelah, tentu saja kami menepi dulu di warung yang ada di atas itu. Satu-satunya warung di puncak itu.
Saya baru mau menuju warung itu, ketika saya melihat Om Anu (bukan nama sebenarnya) keluar sambil mengomel sendiri. Saya heran kenapa. Dia bilang, kopi di warung itu mahal sekali. Masa secangkir kopi harganya sekian ratus ribu.
Karena Om Anu sudah begitu bad mood, akhirnya saya menanyakan ke ibu penjual warung. "Bu, apa betul teman saya harus bayar kopi sekian ratus ribu?" tanya saya.
"Nggih," jawab sang ibu. Artinya iya. "Kolowau kanca-kancane dereng bayar," tambahnya menjelaskan.
Oalaaah, ternyata itu alasannya mahal. Ya jelas saja segelas kopi itu mahal. Karena rombongan yang sudah turun ternyata belum bayar semua! Ya terpaksa Om Anu amal di puncak gunung. Wkwkwkwk...
Sepedanya kecapekan. Dinaikkan gerobak biar bisa istirahat
Saya hanya bisa menyarankan supaya tidak terulang. Tidak semua orang bawa uang ketika bersepeda!
Di peristiwa yang lain, kembali menyangkut sepatu. Sudah jadi pengetahuan banyak kalau sepatu ber-cleat itu licin. Apalagi ketika berjalan di lantai keramik yang baru dipel. Saya pernah melihat teman saya terpeleset sambil membawa nampan. Sakitnya sedikit, tapi malunya pakai banget.
Tetapi, barusan saja saya mendengar kabar teman saya yang sudah duduk di meja saja masih menumpahkan minumannya. Karena saking konsentrasinya makan roti kempit.
Selama ceroboh itu ada lucunya, saya akan terus mendukungnya. Tapi ceroboh yang bikin celaka sangat harus dihindari dan dicegah. Salah satu yang paling penting: Helm.
Iya. Masih helm. Karena masih banyak kita lihat orang bersepeda bagus, tapi hanya bertopi tanpa helm. Memang belum tentu jatuh saat bersepeda. Tetapi memakai helm adalah langkah awal kita bila ingin serius bersepeda dengan aman. Sekian. (Johnny Ray)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 13
Audionya bisa didengarkan di sini