Kalau tidak kenal merek Colnago, berarti Anda belum jadi penggemar sepeda. Merek asal Italia ini merupakan salah satu paling legendaris di dunia, salah satu yang paling sukses dalam sejarah balap dunia. Namun, tidak banyak yang tahu, kalau Colnago masih punya satu "utang." Sejak didirikan pada 1952 sampai sekarang, merek ini belum pernah jadi juara Tour de France!

Merek ini sudah memenangi hampir semua lomba paling bergengsi. Pernah memecahkan rekor-rekor paling bergengsi. Kecuali satu, lomba paling bergengsi di dunia itu. Colnago sudah memenangi puluhan etape, sudah merebut sukses di tanjakan-tanjakan paling bergengsi. Namun, Colnago belum pernah merebut juara overall saat lomba tiga pekan itu berakhir.

Tahun ini, tahun 2020, telur itu bisa pecah.

Bintang muda Slovenia, Tadej Pogacar, kini menjadi tumpuan harapan. Pembalap UAE Team Emirates itu telah memenangi dua etape gunung, menjadi pesaing utama Primoz Roglic dan Jumbo-Visma dalam merebut juara akhir. Setelah 15 etape, Pogacar berada di urutan dua general classification (GC), hanya 40 detik di belakang Roglic. Semua pesaing lain sudah ketinggalan di atas satu menit.

Sejauh ini, hanya Pogacar yang mampu menyaingi Roglic di tanjakan. Tanpa pasukan pendukung kuat, Pogacar mampu terus menempel kereta Jumbo-Visma di tanjakan, lalu tarung man-to-man lawan Roglic menuju finis. Dalam meraih dua kemenangannya, Pogacar mengendarai sepeda Colnago V3Rs rim brake.

Dengan sejumlah etape tanjakan masih tersisa, kans Pogacar untuk merebut gelar masih sangat terbuka. Roglic dan Jumbo-Visma masih harus sangat hati-hati melawan anak muda berusia 21 tahun ini.

Sambil menunggu momen terakhir itu, seorang kakek tua di Cambiago, Italia, tentu punya harapan sangat tinggi. Ernesto Colnago kini sudah berusia 88 tahun. Satu-satunya gelar bergengsi yang tersisa kini kembali di depan mata.

Memulai karir sebagai mekanik pembalap-pembalap terkondang, termasuk "Michael Jordan"-nya balap sepeda, Eddy Merckx, Colnago pasti menginginkan gelar itu. Sepeda buatannya pernah menang, tapi waktu itu masih dilabeli "Merckx." Belum pernah menang sebagai "Colnago."

Tahun ini benar-benar kans terbesarnya dalam sepuluh tahun terakhir. Pada awal 2010-an, dia sempat punya harapan tinggi lewat bintang-bintang Prancis, Thomas Voeckler dan Pierre Roland. Keduanya membela tim Europcar. Voeckler nyaris meraihnya pada 2011, setelah berhari-hari mengenakan yellow jersey. Pada 2012, Voeckler merebut jersey polkadot sebagai juara mountain classification. Tapi ya itu tadi, tetap tak mampu jadi juara overall.

Seandainya tahun ini pecah telur, Colnago mungkin akan merasa hidupnya benar-benar lengkap. Dan dia bisa melakukannya full Italian style. Karena UAE Team Emirates menggunakan grupset dan wheelset legendaris asal Italia pula, Campagnolo. 

Dari Cucu ke UAE

Saya beruntung sudah dua kali ke Cambiago, mengunjungi kantor/museum/gudang Colnago. Pada 2012 dan 2017. Letaknya tak jauh dari Milan. Pada 2012, saya beruntung bisa bertemu langsung dengan sang legenda, yang waktu itu sudah berusia 80 tahun.


Azrul Ananda dan Colnago (kiri) saat bertemu pada 2012

Saya diajak masuk ke ruang kerjanya, dan dengan penuh antusiasme Colnago menceritakan perjalanan karir dan perusahaannya. Bagaimana dia puluhan tahun jadi mekanik, lalu membuat sepeda sendiri. Bagaimana dia selalu mengedepankan kualitas, bukan sekadar penampilan dan gaya.

Waktu itu, saya sempat bertanya, seperti apa masa depan perusahaan ini. Mengingat Colnago sudah kepala delapan. "Maksudnya setelah saya tidak ada lagi?" ucapnya waktu itu.

Waktu itu, Colnago bilang ingin membuat perusahaannya terus berkembang secara sustainable. Tidak meledak-ledak. Waktu itu, setahun dia membuat sekitar 20 ribu sepeda. Yang flagship, alias seri "C," masih dibuat di Cambiago. Tepatnya di basement/garasi rumahnya, yang terletak di seberang kantor dan museum. Kebanyakan sudah dibuat di Asia, khususnya di Taiwan.


Suasana museum Colnago.

Pada saat itu pula, Colnago bilang kalau dia mengkader cucunya, Alessandro, untuk mengambil alih perusahaan.

Tahun ini, 2020, muncul kabar besar. Di tengah pandemi, Colnago mengumumkan kalau telah menjual mayoritas saham ke Chimera Investments LLC, perusahaan investasi asal Uni Emirat Arab.


Sepeda yellow Thomas Voeckler yang akhirnya tetap gagal jadi juara overall.

Menurut pengumuman akuisisi itu, Ernesto Colnago masih akan menjadi "Godfather" dan mentor pengembangan produk-produk ke depan. Tradisi Colnago dalam mengutamakan kualitas akan terus dipertahankan.

Colnago sendiri disebut bisa mempersiapkan proses pensiun. Dan alangkah istimewanya bila di tahun yang sama, 2020, Colnago melepas perusahaannya dengan meraih gelar yang selalu dia idam-idamkan: Merebut yellow jersey terakhir dan juara overall di Tour de France. (azrul ananda)

Populer

Cara Brompton Singapura Angkat Isu Perubahan Iklim
Selalu Dukung Toko Sepeda Lokal Anda!
Sudah 15 Tahun, Anies Baswedan Setia dengan Schwinn Skyliner
Cervelo P5x Lamborghini, Hanya Ada 25 Biji
Pakai Skinsuit, Cara Paling Instan untuk Cepat
Delapan Brompton Paling Diburu
Ini Dia Enam Kafe Sepeda Keren di Indonesia
Menang TT, Lutsenko Gagal Gusur Pöstlberger di GC
Menaikkan Gengsi Sepeda Lipat dan Brompton
Lakukan Pengecekan Ini sebelum Bersepeda (Hanya Butuh Satu Menit)