Tujuh bulan lamanya Baramarta Cycling Club (BMRCC) memendam hasrat mengikuti event bersepeda. Setelah ambil bagian di Herbana Bromo KOM Challenge 2020 pada Maret lalu, praktis mereka hanya gowes di sekitar tempat tinggal mereka di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel).
BMRCC adalah kumpulan pehobi sepeda di Martapura yang doyan balapan. Terbentuk sekitar empat tahun lalu, komunitas beranggotakan 40 cyclist ini pada awalnya suka gowes dengan sepeda gunung (MTB). Sekitar dua tahun belakangan, sebagian besar dari mereka "hijrah" ke road bike.
Mulanya hanya Muhammad Riza Fakhroni dan Ahmad 'Coan' Solhan yang menggunakan road bike. Lambat laun semakin banyak member BMRCC yang mengikuti jejak Riza dan Coan. Meskipun ada pula anggota yang masih setia dengan MTB.
"Pindah MTB ke road bike itu lebih mudah. Menurut saya, road bike itu lebih fleksibel. Kita bisa kenceng-kencengan dengan road bike," kata salah satu pentolan BMRCC, Ahmad Rizki kepada Mainsepeda.com.
Sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia, mereka rutin gowes setiap akhir pekan. Rutenya berbeda-beda. Jika ingin endurance, mereka akan gowes di sekitar Kabupaten Banjar. Saat nanjak, mereka memiliki dua tujuan favorit, yaitu Gunung Mawar dan Loksado.
Gunung Mawar terletak kawasan Mandi Angin, Kabupaten Banjar. Tempat ini memiliki tanjakan sepanjang enam kilometer dengan elevasi 500 meter. Sementara Loksado adalah sebuah spot nanjak di Kecamatan Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Sekitar 75 kilometer dari Martapura.
"Loksado ini salah satu destinasi nanjak di Kalsel. Kami menyebutnya paling mengerikan. Kami pernah bikin acara gowes ke sana. Namanya Tour de Loksado," terang cyclist 29 tahun itu.
Saking sulitnya tanjakan ini membuat sejumlah cyclist sengaja membawa sandal jepit saat gowes. Gunanya untuk berjaga-jaga jika harus mendorong sepeda karena tidak kuat nanjak. "Sebab kalau harus dorong pakai sepatu cleat kan licin," canda Rizki seraya tertawa.
Hanya saja intensitas gowes bareng harus dikurangi selama pandemi Covid-19. Jikalau gowes bersama, mereka akan memilih rute yang benar-benar sepi. Selain itu, ada pula member BMRCC yang memilih gowes indoor dengan aplikasi Zwift.
Event gowes terakhir yang diikuti BMRCC sebelum pandemi adalah Herbana Bromo KOM Challenge 2020 pada 14 Maret lalu. Kala itu mereka berangkat ke Surabaya dengan 15 orang. Sebelum nanjak ke Bromo, mereka sempat gowes keliling Kota Pahlawan.
"Bromo KOM memang event wajibnya anak sepeda di Kalsel. Ini salah satu event bergengsi bagi kami di Kalsel. Event ini ibarat "naik haji" bagi para pesepeda. Sepanjang keikutsertaan kami, Bromo KOM memang selalu berkesan," jabarnya.
Setelah hampir tujuh bulan absen mengikuti event, BMRCC memutuskan ambil bagian di Banyuwangi Blue Fire Ijen Challenge 2020 yang akan digelar 17 Oktober nanti. Ada enam cyclist BRMCC yang ke Banyuwangi. Mereka terbang ke Surabaya pada 15 Oktober, kemudian melanjutkan perjalanan lewat jalur darat.
Keenam anggota BMRCC yang mengikuti Banyuwangi Blue Fire Ijen Challenge 2020 antara lain, Muhammad Adetya Dharma, Rahmad Gazali, Ahmad Syarif, Ahmad Rizki, Muhammad Riza Fakhroni, dan Ahmad Solhan. Nama terakhir bertindak sebagai pemimpin rombongan.
Tak sekadar berpartisipasi, BMRCC juga mengincar podium. Mereka mengandalkan Adetya Dharma, cyclist 18 tahun yang sering memperkuat tim balap sepeda Kalsel di sejumlah event nasional. Selain itu, BMRCC juga bertumpu kepada Riza Fakhroni yang tampil di kelas Men 36-40 tahun.
"Kami sudah haus event. Sebenarnya kami banyak ikut event nasional. Tapi banyak yang dibatalkan dan ditunda. Jadi, kami berharap Banyuwangi Blue Fire Ijen Challenge ini bisa mengobati rasa rindu kami," harap bapak satu anak itu. (mainsepeda)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 16
Audionya bisa didengarkan di sini
Foto: Dokumentasi BMRCC