Kolom Sehat: Harga Diri Cyclist

| Penulis : 

Sabtu lalu, tanggal 7 November, saya dan teman-teman AA SoS mengikuti lomba-lombaan. Lomba yang diadakan di tanjakan Jatijejer, Trawas, Mojokerto. Kami menamainya "Lucky Archipelago Hero Race 2020."

Lomba ini diikuti 40 cyclist yang kemampuannya bervariasi. Mulai para cicak yang kuat merambat naik, hingga kelompok saya dan teman-teman yang menolak degradasi. Walau barisan belakang, kami semua menolak untuk jadi paling belakang. Menolak untuk didapuk menjadi pemakai topi merah.

Lomba ini dinamai "Lucky" sekaligus untuk mengenang teman kami yang telah tiada karena kecelakaan lalu lintas ketika bersepeda.

Tentu ada yang bertanya. Pialanya apa? Hadiahnya apa? Jawabannya tidak ada. Tidak ada piala. Tidak ada hadiah. Malahan, lomba-lombaan ini direkam video dan diunggah ke YouTube (channel Mainsepeda), lengkap dengan komentar saya dan Om Aza. Komentar kami penuh celaan dan asal-asalan, supaya seru. Toh yang balapan teman-teman kita sendiri, yang sudah biasa saling mencela. Tiada tempat untuk cyclist yang gampang baper.

Tidak jarang, harga diri seorang cyclist terletak pada sepeda yang dia tunggangi dan/atau kekuatannya dalam mengayuh sepeda. Di kelompok kami, soal sepeda sudah tidak terlalu diperhitungkan. Bahkan, bila "kepantasan" sepeda tidak berbanding lurus dengan "kekuatan," justru akan mendapat bully tambahan.

Begitu video itu ditayangkan, banyak sekali tanggapan dari pemirsa YouTube. Pasti kebanyakan kagum dengan kemampuan para pemenang di depan. Tapi, ada beberapa cyclist luar kota yang bertanya ke kami: "Kapan ada lagi? Saya mau ikut."

Wah, ternyata acara iseng ini mampu membuat darah balapan mereka mendidih. Wajar mungkin, karena sudah sekian lama tidak ada wadah bertarung bagi para penghobi serius ini.

Kami belum tahu apakah acara seperti ini akan diadakan lagi atau tidak. Walaupun bayak yang menyatakan minat untuk ikut. Belum lagi peserta yang sudah ikut, banyak yang minta tanding ulang. Seperti ujian, yang kalah minta remidi, demi memperbaiki posisi.

Selain hal-hal tersebut, harus ditegaskan bahwa ini hanyalah balapan iseng kami. Sulit mengadakan acara serupa dengan peserta lebih banyak dari yang ini.

Bagi kami, yang penting bukan siapa yang menang. Tapi keseruan ketika kami mengikutinya. Ditambah lagi komentar bernada celaan yang membuat pesertanya sangat menghibur. Mungkin, bila lomba ini serius dan hanya diikuti oleh cyclist dengan FTP 250 watt ke atas, lomba ini malah akan menjadi "dingin." Kami tidak ingin seperti itu.

Nomor satu adalah kegembiraan yang kami tunjukkan, agar bisa ditularkan ke kelompok atau komunitas lain. Walau menanjak dan bertanding, kami tetap bahagia. Tetap happy.

Walau berlomba dan berlatih demi harga diri, sebaiknya kita tetap menjaga diri dengan baik ketika bersepeda. Walau mungkin yang membaca bosan terus diperingati, tapi peringatan itu diperlukan agar kita selalu saling menjaga.

Jadi, tetaplah bersepeda demi menjaga harga diri! (Johnny Ray)

Balapan Lagi! Azrul Ananda-Johnny Ray Komentari Lucky Archipelago Hero Race

Populer

Cara Brompton Singapura Angkat Isu Perubahan Iklim
Selalu Dukung Toko Sepeda Lokal Anda!
Sudah 15 Tahun, Anies Baswedan Setia dengan Schwinn Skyliner
Cervelo P5x Lamborghini, Hanya Ada 25 Biji
Pakai Skinsuit, Cara Paling Instan untuk Cepat
Delapan Brompton Paling Diburu
Ini Dia Enam Kafe Sepeda Keren di Indonesia
Menang TT, Lutsenko Gagal Gusur Pöstlberger di GC
Menaikkan Gengsi Sepeda Lipat dan Brompton
Lakukan Pengecekan Ini sebelum Bersepeda (Hanya Butuh Satu Menit)