Jalan datar, jalan menanjak, atau jalan rolling. Rute seperti apa yang Anda sukai? Tentu masing-masing punya selera sendiri-sendiri. Ada yang suka menanjak karena menantang. Ada yang suka datar karena suka ngebut. Ada juga yang bisa menikmati kemacetan di tengah kota. Ada yang menyebut rute datar atau pendek itu rute cemen atau cupu. Jadi seseorang bisa dianggap lemah bila di dalam grup meminta rute yang pendek.

Sudah berapa lamakah Anda bersepeda? Seberapa rutin? Seminggu berapa kali? Sendiri atau berkelompok? Rasanya lebih enak kalau berkelompok bukan? Nah, seperti apa komposisi kekuatan di kelompok Anda?

Menurut saya, yang juga sudah diamini oleh beberapa teman, mau se-cupu apa pun rutenya, rute itu bisa berubah jadi "neraka" tergantung siapa teman bersepedanya.

Saya contohkan seperti ini: Pada hari Minggu itu, biasanya yang datang dari Surabaya menanjak ke arah Trawas atau Tretes. Tapi, hari Minggu itu saya ingin recovery ride. "Hanya" sampai Pandaan saja, tidak sampai menu utama menanjak yang biasa dilewati teman-teman.

Pandaan ini termasuk menu medium buat teman-teman saya. Jadi, saya percaya diri pasti bisa digunakan juga untuk recovery. Karena ada yang bilang ini termasuk "cemen." Total dari tempat kumpul hanya 40 km, "menanjak" hanya 200 meter. Ada yang bilang ini "jalan miring," bukan tanjakan. Total PP hanya 80 km, yang bagi kelompok teman-teman saya tergolong pendek.

Nah, ketika saya sampai ke tempat kumpul pukul 05.20 pagi, ternyata tidak ada teman yang saya kenal. Saya jadi bingung. Saya ini terlambat atau terlalu cepat.

Setelah itu hadir beberapa teman. Tapi anggota kita tidak seperti biasanya. Tidak genap. Akhirnya, teman saya menelepon teman yang lain. Ternyata, dia sudah berangkat, sekitar lima menit sebelum saya datang.

Akhirnya, kami pun memutuskan segera start untuk menyusul yang sudah duluan berangkat itu. Karena merasa tertinggal, wajar kalau kami tancap gas. Dan karena ada salah satu personel "cicak turbo" ikut di grup saya, dia pun menarikkan kami gas pol, rem nyaris blong.

 Johnny Ray dan Abah Asril Kurniadi (empat dari kiri) bersama personel cicak turbo (jersey merah marun)

Setiap kali menyalip peloton lain, kami bertanya apakah teman kami tadi sudah lewat. "Apakah Om Anu sudah lewat?" tanya kami. Ternyata, Om Anu sudah di depan. Jadi kami tancap gas lagi.

Gowes yang seharusnya recovery pun jadi "rekoperih." Yang penting kita harus memaksakan diri dan kaki untuk mengejar yang di depan. Akhirnya, setelah 20 km, kami menemukan Om Anu. Dia sedang sendirian. Masih ada lagi yang di depan. Jadi, pengejaran kembali berlanjut. Sampai di Pandaan.

Angan-angan untuk bisa menikmati hari Minggu yang ber-feeling good seperti di lagu telah sirna. Lelahnya hari itu mengalahkan naik ke gunung dengan pace normal.

Moral dari cerita ini ada dua. Satu, rute pendek belum tentu cemen atau cupu. Yang kedua, jangan pernah datang terlambat. Mengejar rombongan itu melelahkan. Padahal, rombongan yang dikejar itu hanya pace biasa. Kamilah yang mengejar yang bersepeda dengan pace Patas. (johnny ray)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 29

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto:

Populer

Wilier Zero SLR, Senjata Baru untuk Para Kambing Gunung
Cavendish Belum Habis, Mantap Tatap Tour de France
Lebih Ringan, Mulus, dan Universal
reTyre, Semenit Ganti Tapak Ban Sepeda
Main MTB di Bogor, ke Mana Aja?
Ted King dan Keough Juara Dirty Kanza, Acker dan Rusch Menang Edisi 563 Km
Selalu Ada Cerita Lucu dan "Dusta" di Setiap Gowesnya
Rule #1 sampai #3, Pokoknya Harus Turuti Aturan!
Kalau Anda Merasa Lelah dan Lemah, Ikuti Aturan Nomor 5
Canyon Siapkan Penerus MTB Lux CF?