Etape 20 Tour de France 2020 akan selalu dikenang oleh Primoz Roglic (Jumbo-Visma). Hanya finis di posisi kelima di balapan time trial di La Planche des Belles Filles, membuat rider asal Slovenia itu kehilangan gelar juara Tour de France tahun lalu.

Setelah menguasai jersey kuning selama sebelas hari, Roglic pada akhirnya hanya finis di posisi kedua. Ia kalah dari juniornya sesama pembalap Slovenia Tadej Pogacar (UAE Team Emirates). Dalam wawancara dengan surat kabar Prancis L'Équipe, Roglic menyebutnya sebagai kekalahan brutal.

"Itu adalah kekalahan yang brutal, dan lebih brutal untuk orang-orang di sekitar saya. Saya selalu melihat ke depan dan tidak memikirkan hasil. Sekarang saya melihat posisi kedua di Tour de France, yang saat itu sangat membuat frustrasi, sebagai sesuatu yang menyenangkan," akunya.

"Saya mengatakan kepada tim bahwa kami menang dengan menunjukkan betapa kuatnya tim. Tentu saja, kami tidak mendapatkan kemenangan terakhir itu. Akan tetapi, terkadang Anda menang dan terkadang kalah. Ketika Anda telah melakukan semua yang Anda bisa, Anda harus menerimanya," imbuh Roglic.

Setelah hasil mengecewakan di Tour de France itu, Roglic memenangkan Liège-Bastogne-Liège dan juara di La Vuelta a Espana. Roglic mempertahankan mahkotanya di Spanyol dengan strategi balapan yang berbeda dengan di Tour de France.

Roglic mengakui bahwa gaya atau strategi balapan yang diterapkan Jumbo-Visma di Tour de France memang kurang menyenangkan. Sebab mereka terlalu banyak menghitung sebagai sebuah tim dan kurang mengandalkan naluri. Karena terlalu mengontrol, membuat mereka tak sadar ada penumpang gelap.

"Tim lain menertawakan kami karena kami adalah bus dan lawan kami duduk di belakang bus itu. Kami mendorong mereka ke antrean setiap hari. Tapi itulah strategi yang kami pilih. Kami tidak memiliki sprinter, jadi kami merasa bertanggung jawab untuk mengontrol balapan. Kami tidak melakukan ini di Vuelta," terangnya.

Roglic juga berbicara tentang perannya sebagai leader tim Jumbo-Visma di Tour de France tahun ini. Pembalap 31 tahun itu menilai dirinya sebagai pribadi yang "kurang vokal". Apalagi ia berasal dari olahraga individu, yakni ski jumping.

"Saya berasal dari olahraga yang benar-benar individual. Saya masih harus belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin dan bagaimana menjadi terbuka. Saya menganggapnya sebagai tantangan untuk menjadi lebih baik, untuk meningkatkan diri. Itu cara saya untuk belajar," jelasnya.

Roglic tak memasang target muluk-muluk tahun ini. Ia hanya ingin sedikit lebih cepat daripada musim lalu. "Saya berharap bisa menjadi 0,5 persen lebih baik. Itu cukup membuat saya sangat bahagia," katanya singkat. (mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 29

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: Cor Vos

Populer

Selalu Dukung Toko Sepeda Lokal Anda!
Cervelo P5x Lamborghini, Hanya Ada 25 Biji
Pakai Skinsuit, Cara Paling Instan untuk Cepat
Sudah 15 Tahun, Anies Baswedan Setia dengan Schwinn Skyliner
Menang TT, Lutsenko Gagal Gusur Pöstlberger di GC
Delapan Brompton Paling Diburu
Menaikkan Gengsi Sepeda Lipat dan Brompton
Lakukan Pengecekan Ini sebelum Bersepeda (Hanya Butuh Satu Menit)
Wilier Zero SLR, Senjata Baru untuk Para Kambing Gunung
Mads Pedersen Pernah Gagal di Sepak Bola dan Bulu Tangkis