Ronald Simanjuntak pernah hidup di dua dunia. Ia pernah menyelami dunia basket dengan menjadi manajer tim Pelita Jaya. Semasa masih aktif bermain, Ronald juga pernah ambil bagian di Kompetisi Bola Basket Utama (Kobatama) pada akhir 90an. Lepas dari Basket, Ronald punya dunia baru, yakni sepeda.

Ronald menghabiskan waktu sembilan tahun sebagai manajer Pelita Jaya. Ia mengundurkan diri dari jabatannya sekitar empat tahun lalu, tak lama setelah Ronald membawa tim asal Jakarta ini menjuarai Indonesia Basketball League (IBL) musim 2017.

Di sela-sela aktivitasnya sebagai manajer tim basket itu, Ronald mulai berkenalan dengan road bike. Sebenarnya, Roland sudah pernah menjajal berbagai jenis sepeda. Mulai dari downhill, cross country, hingga BMX. Setelah berbagai petualangan itu, Ronald menambatkan hatinya ke road bike sejak 2014.

"Yang komporin untuk pakai road bike salah satunya ya Mas Azrul Ananda. Juga teman-teman saya yang dulu bermain MTB kemudian pindah ke road bike," aku Ronald.

Saking cintanya kepada road bike, Ronald selalu membawa sepeda saat mendampingi tim bertanding di luar kota. Ia menyempatkan bersepeda di pagi hari selama satu hingga dua jam. Kemudian pada sore atau malam hari, ia fokus mendampingi tim bertanding.

Ronald bercerita, mulanya ia bersepeda hanya sekadar untuk berolahraga. Bersepeda juga tak memakan waktu. Dalam waktu sekitar dua jam saja, ia bisa gowes sejauh 60 kilometer. Tak hanya itu saja, bersepeda juga efektif menurunkan berat badan. Ia mengaku turun delapan kilogram setelah beberapa bulan gowes.

Riwayat cedera saat bermain basket membuat Ronald memilih bersepeda sebagai olahraga yang aman dan nyaman untuk lututnya. Lambat laun bersepeda tak lagi sekadar olahraga. Aktivitas ini telah menjadi gaya hidup sehat bagi pria yang berulang tahun tiap medio Juli itu.


"Sepeda membuat kita selalu bangun pagi. Membuat hidup lebih teratur. Badan juga lebih segar, kerja lebih fresh, dan menjaga berat badan. Dengan bersepeda, saya juga dapat jalan-jalan ke mana-mana," sebut pria yang akrab dipanggil Pacok itu.

Berbagai event bersepeda telah diikuti. Salah satunya Bromo KOM Challenge. Pada akhir pekan lalu, Ronald dan kelima rekannya menuntaskan perjalanan sejauh 1.000 kilometer. Gowes berlangsung 28-31 Januari dengan target 75 jam. Artinya, mereka harus menyelesaikan tantangan ini pada Minggu (31/1) pukul 08.30.

Dalam gowes 1.000 kilometer ini, Ronald dan kelima karibnya, yakni Romy Pangestu, Gia Amalia, Rayza Tisnohadi, Xtoredy, dan Safi'i Nafsikin, menyusuri sejumlah kota di wilayah Jogjakarta dan Jawa Tengah. Mereka menyisir wilayah selatan Jawa hingga ke jalur pantai utara (Pantura).

Sebelum gowes 1.000 kilometer dilakukan, ia berlatih intens mulai awal Januari. Ronald gowes tiga kali sepekan dengan jarak minimal 100 kilomer di Bintaro Loop. Ia menghabiskan waktu sekitar tiga jam setiap sesi latihan. Saat agenda gowes makin dekat, ia menambah porsi latihan dengan bersepeda di atas 150 kilometer saban weekend.

Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Ronald berangkat Kamis (28/1) pagi-pagi dari salah satu hotel di Jogja. Mulanya, ia memasang target gowes 350 kilometer setiap hari. Akan tetapi, ada sejumlah kendala yang membuat perjalanan mereka tidak semulus yang telah direncanakan.

Ia hanya hanya mencapai jarak 295 kilometer pada hari pertama. Kemudian menggenapinya menjadi 600 kilometer di hari kedua. Ketika waktu tersisa 24 jam, mereka masih memiliki 400 kilometer yang harus diselesaikan. Sayang, target 75 jam tak bisa diwujudkan. Ronald dan rekan baru memasuki garis finis pada Minggu pukul 14.30.

Ronald Simanjuntak bersama kelima karibnya gowes 1.000 Km akhir pekan lalu

Ronald tak kecewa meski gagal mencapai target waktu yang ditentukan. Berhasil gowes 1.000 kilometer dengan total elevasi lebih dari 7.700 meter menjadi pencapaian tersendiri untuknya. "Menyelesaikan tantangan 1.000 kilometer ini rasanya luar biasa," ungkap salah satu pentolan Jakarta Cycling Community (JKTCC) itu.

Ada banyak kendala yang mereka hadapi sepanjang perjalanan. Mulai dari kendala teknis seperti ban bocor, medan yang berat, jalan yang berlubang, serta harus bertemu dengan kendaraan-kendaraan besar. Guyuran hujan deras membuat tantangan ini makin berat.

"Gowes ini sangat menantang, apalagi dengan cuaca yang kami alami. Selain itu, kami juga tanpa tim supporting. Jadi ketika terjadi masalah teknis ya harus diselesaikan sendiri. Seperti touring, sepeda kami juga penuh barang bawaan," ucapnya.

Secara khusus Ronald mengacungkan jempol kepada Safi'i Nafsikin, seorang newbie yang belum setahun gowes. Safi'i bahkan belum pernah ikut event gowes berjarak di atas 100 kilometer. "Ia sebenarnya antara tercebur dan terpaksa. Tapi akhirnya kuat juga," kata Ronald seraya tertawa. (mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 29

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: Dokumentasi Ronald Simanjuntak

Populer

Resmi! Factor Bikes Kembali Masuk WorldTour
Pesona Selo “Ring of The Fire”, Sensasi Menanjak Membelah Merapi dan Merbabu
Hindari Takut, Bagi Tiga Segmen
Sepatu Kurang OK? Gunting dan Lubangi ala Pembalap Pro
Diumumkan 17 Desember, Tanjakan Horor Ini Dikabarkan Masuk Rute Vuelta 2020
Herbana Konsisten Jadi Title Partner Bromo KOM Challenge
Wow, Spengel Rilis Wheelset Berlapis Emas!
Akhirnya Bisa Gowes Bareng Lagi
BMC Sponsori AG2R Citroën Hingga 2023
Superman Lopez Berkuasa di Meribel, Roglic Mulai Memperlebar Jarak