Ya, Balapan Gravel Butuh Pakai Aero Bar!

| Penulis : 

Dirty Kanza di Kansas, Amerika Serikat, bukan balapan biasa. Lomba gravel ini menuntut setelan sepeda khusus. Bukan hanya untuk menaklukkan jalan berkerikil tajam, tapi juga untuk bertahan sejauh 322 km, atau bahkan 563 km!

Berikut setelan-setelan dasar untuk tampil di Dirty Kanza, plus sepeda-sepeda para juaranya di tahun 2018!

 

SEPEDA CROSS ATAU GRAVEL

Dirty Kanza, yang sudah digelar sejak 2006, merupakan balapan gravel paling bergengsi saat ini. Para produsen sepeda dan komponen pun menggunakan even ini sebagai ajang unjuk gigi dan eksperimen. Khususnya di kategori gravel atau all-road, yang sekarang sedang booming penjualannya di dunia.

Lebih dari 2.000 peserta pun turun dengan sepeda-sepeda keren, tempat bertemunya merek kondang road bike dengan MTB. Pilihan utama adalah sepeda khusus gravel, seperti Trek Checkpoint, 3T Exploro, Open UP, atau Specialized Diverge. Tapi, banyak juga yang memakai sepeda Cyclocross yang dilengkapi perangkat untuk long distance, seperti Cannondale SuperX.

Trek Checkpoint milik Jens Voigt, salah satu peserta Dirty Kanza 200 2018.

 

BAN 40 MM ATAU LEBIH

Nyaman adalah speed. Tidak bocor membuat perjalanan lebih cepat. Kurang lebih itu prinsip utama pemilihan ban untuk Dirty Kanza. Nick Legan, penulis buku Gravel Cycling dan peserta Dirty Kanza, menyarankan peserta untuk memakai ban minimal 40 mm. “Di atas gravel, nyaman berarti speed. Ada penelitian yang membuktikan kalau getaran membuat otot lebih cepat lelah,” tandasnya.

Ban WTB ukuran 700-40 jadi pilihan salah satu peserta Dirty Kanza.

 

CLIP-ON AERO BAR

Ini sesuatu yang aneh tapi nyata hasilnya. Clip-on aero bar biasanya hanya terpasang di road bike, untuk even-even triathlon di jalanan aspal mulus. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, aero bar jadi seperti aksesori wajib di Dirty Kanza!

Pemenang laki-laki dalam dua tahun terakhir menggunakannya. Yaitu Mat Stephens (2017) dan Ted King (2018).

Sepeda Cannondale SuperX Hi-Mod milik Ted King menggunakan aero bar.

Stephens menegaskan, karena panjangnya Dirty Kanza (206 mil atau 331,5 km), semua aksesori yang membantu membuat bersepeda lebih efisien akan berguna. Di jalanan yang lurus panjang, walau itu off-road, tetap lebih efisien pakai aero bar. Apalagi Kansas dikenal dengan angin yang berhembus kencang.

“(Dengan aero bar) saya hemat sejumlah watt (energi) sepanjang hari. Dirty Kanza adalah menaklukkan 200 mil. Segala hal kecil berguna pada akhirnya,” jelas Stephens.


CANNONDALE PARA JUARA

Ted King dan Kaitie Keough meraih juara Dirty Kanza 200 2018. Keduanya sama-sama menunggangi Cannondale SuperX Hi-Mod, sepeda cyclocross karbon yang dilengkapi aksesori khusus untuk Dirty Kanza.

Cannondale SuperX Hi-Mod andalan Kaitie Keough untuk merebut juara satu Dirty Kanza 200 2018. 

Milik Ted King, eks pembalap WorldTour, memakai wheelset ZIPP 303 karbon dengan ban tubeless Maxxis 40 mm. Dia memakai grupset SRAM Force 1x, dengan satu chainring 44t di depan dan sproket 10-42. Quarq Dzero power meter terpasang di chainring depan. Oh ya, sepeda ini dipasangi aero bar.

Cannondale SuperX Hi-Mod milik Ted King dilengkapi wheelset Zipp 303 dengan ban tubeless Maxxis ukuran 40 mm dan grupset SRAM Force 1x.

 

SALSA JUARA 563 KM

Tahun 2018 ini, ada Dirty Kanza XL yang menempuh jarak lebih ekstrem, 563 km. Tampil sebagai juara perdana laki-laki adalah Matt Acker. Setelan sepedanya lebih ekstrem dari para peserta Dirty Kanza “normal.” Maklum, dia harus bersepeda lebih dari 25 jam untuk jadi juara!

Sepeda merek Salsa Warbird milik Matt Acker, juara satu Dirty Kanza XL mempunyai setelan yang lebih ekstrem dibandingkan sepeda milik peserta Dirty Kanza "normal" 

Sepeda Salsa Warbird itu dilengkapi dengan ford depan bersuspensi Lauf. Pilihan wheelset adalah Ailerons dipadu dengan hub dari Industry Nine. Acker juga memakai single chainring di depan plus Quarq power meter. Ya, Acker juga memakai aero bar di depan!

Sebagai peserta lomba superjauh, berbagai tas dan aksoseri menghiasi (memenuhi?) frame milik Acker.

 

QUEEN OF PAIN BAWA DINAMO

Setelah bersepeda 28 jam, Rebecca Rusch melengkapi prestasinya di arena gravel, menjadi juara Dirty Kanza XL perempuan pertama. Pembalap 49 tahun berjulukan “Queen of Pain” ini sebelumnya sudah tiga kali juara Dirty Kanza 200.

Tahun 2018 ini, Rusch menunggangi Niner RLT 9 RDO. Dia juga memakai grupset 1x dari SRAM, dengan Quarq power meter. Yang terbaru, dia memakai wheelset khusus gravel karbon terbaru dari Enve, G-23, dipadu ban Maxxis 38 mm.

Tunggangan Rebecca Rusch, sepeda merek Niner RLT 9 RDO dengan grupset SRAM 1x dilengkapi Quarq power meter dengan wheelset Enve karbon khusus gravel dipadu ban Maxxis 38 mm.

Yang paling unik, Rusch memakai dynamo hub di roda depan buatan Sinewave Cycles. Tentu saja tujuannya bukan untuk curang. Melainkan untuk men-charge berbagai perangkat elektronik sambil melaju di jalanan berbatu. Mulai komputer, lampu-lampu, hingga beberapa kamera GoPro yang dia bawa! (mainsepeda)

Dinamo di hub depan buatan Sinewave Cycles berfungsi untuk mencharge segala perangkat elektronik milik Rusch.

 

 

 

Populer

Bananabotcage , Bawa Pisang Semudah Bidon  
Pesona Selo “Ring of The Fire”, Sensasi Menanjak Membelah Merapi dan Merbabu
Bosan Gowes di Jalan? Ke Laut Aja…
FSA dan Ritchie Sembunyikan Kabel di Semua Sepeda
Meriah Menanjak dengan 15 Warna Jersey
De Rosa SK Pininfarina: Logo Baru, Frame Aero Baru
BMC Rilis Sepeda Gravel URS, Andalkan Micro Travel Technology
Sekejap Ubah Manual Shifting Jadi Elektrik
Inilah Sepeda dan Komponen WorldTour Team 2018
Cervelo P5x Lamborghini, Hanya Ada 25 Biji