Hutang Budi, Andy Ingin Gowes Sampai Akhir Hayat

| Penulis : 

Andy Hardianto berutang budi pada sepeda. Karena olaharaga tersebut lah ia sampai sekarang bisa kembali pulih. Pada 2010 silam, Andy mengalami kecelakaan saat parasailing di Senggigi, Lombok. Kecelakaan itu membuatnya mengalami Hernia Nukleus Pulposus (HNP), atau saraf terejepit.

Saat parasailing itu, parasut Andy robek dan ia jatuh dari ketinggian sembilan meter. Maka dari itu, dokter menyarankan Andy untuk terapi dengan berenang atau bersepeda.

"Awalnya sampai nggak bisa jalan. Lalu terapi disuruh sepeda statis. Tapi lama-lama bosan juga. Akhirnya turun ke jalan dan ketagihan," kata pria yang juga menjabat Ketua Umum KONI NUsa Tenggara Barat (NTB) itu.

Andy pada dasarnya memang menggemari olahraga. Sebelumnya ia memang aktif bermain tenis. Setelah menggeluti sepeda dan sembuh, Andy juga terjun ke triathlon.

"Saat awal-awal bersepeda itu sakitnya luar biasa. Hanya bisa gowes dua-empat kilometer. Sekarang bisa menempuh jarak ratusan kilometer dan ikut berbagai event," ujarnya.

Dalam kegiatannya sehari-hari, Andy selalu menyempatkan diri untuk berenang 750 meter sampai satu kilometer. Dilanjutkan dengan bersepeda sejauh 50 kilometer hingga 100 kilometer. Kemudian kembali jalan kaki lima kilometer. Kegiatan itu baru terjeda ketika ia memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggal.

Hampir semua event sepeda di tanah air sudah pernah ia ikuti. Andy juga sering mengadakan event sepeda di Lombok. Yang menjadi favoritnya adalah gowes Bima-Mataram dengan jarak mencapai 500 kilometer.

Kegiatan itu sudah dilakukan Andy sejak 2015-2018 lalu. Kemudian masih terhenti dari 2019 sampai sekarang karena ada musibah gempa di Lombok dan pandemi Covid-19.

"Dengan jarak tersebut saya tuntaskan dalam waktu dua hari. Cuaca panas, tanjakan, cukup menantak untuk ditaklukkan," kata pria asal Jember, Jawa Timur (Jatim) tersebut.

Andy Hardianto (kanan) saat gowes bersama sejumlah kolega

Dari sekian banyak event yang pernah ia ikuti, hanya ada satu di mana Andy gagal finis. Yakni saat Grand Fondo New York (GFNY) Indonesia 2017 di Lombok. Saat itu Andy mengalami kecelakaan karena menabrak anjing. Membuatnya dilarikan ke rumah sakit.

"Tiap kali ikut event saya harus bisa sampai finis. Nggak didorong dan nggak loading. Karena kalau podium, sudah nggak mungkin," ujarnya lantas tertawa.

Dengan usia yang genap 58 tahun pada 17 Juni mendatang, keinginannya tidak muluk-muluk. Andy ingin terus bisa bersepeda hingga akhir hayat.

"Karena sepeda saya bisa sembuh dari penyakit. Bisa melakukan kegiatan outdoor, banyak wawasan, dan membentuk daya juang. Juga buat rekreasi, karena di Lombok tidak pernah membosankan," terangnya. (mainsepeda)

Foto: Dokumentasi Andy Hardianto

Populer

Wilier Zero SLR, Senjata Baru untuk Para Kambing Gunung
Cavendish Belum Habis, Mantap Tatap Tour de France
Lebih Ringan, Mulus, dan Universal
reTyre, Semenit Ganti Tapak Ban Sepeda
Main MTB di Bogor, ke Mana Aja?
Ted King dan Keough Juara Dirty Kanza, Acker dan Rusch Menang Edisi 563 Km
Canyon Siapkan Penerus MTB Lux CF?
Adu Koleksi Khusus Sagan, Bardet, dan Cavendish
Adidas dan Colnago: Pernikahan Sneaker dan Cycling
Tuntaskan Bersepeda 500 km Dalam Waktu 21,5 Jam