Akhirnya. Setelah lama menyiapkan dan menunggu, kami bisa memulai event sepeda resmi baru untuk 2021. Kediri Dholo KOM Challenge bakal berlangsung 10-11 Juli mendatang, dengan pendaftaran sudah dibuka secara online di Mainsepeda.com pada 27 Mei ini.
Sebelum membahas Kediri Dholo KOM, saya ingin menjawab dulu pertanyaan begitu banyak teman cyclist. Baik kepada saya langsung maupun kepada semua orang di sekitar saya. Kapan Bromo KOM 2021 digelar?
Terus terang, itu bukan jawaban mudah untuk dijawab.
Secara resmi, seharusnya kami sudah bisa menyelenggarakan event yang sudah ada sejak 2014 tersebut. Tapi, mengingat betapa dahsyatnya minat untuk Bromo KOM, kami merasa tidak bisa menyelenggarakan event yang "adil" untuk para peminat.
Di tengah pandemi yang belum berujung jelas ini, ada tantangan khusus untuk membuat event yang benar-benar resmi. Protokol harus extraordinary. Tidak harus ekstrem, tapi harus optimal. Salah satunya adalah pembatasan peserta. Mengingat Bromo KOM dengan mudah diikuti oleh 1.500 peserta, maka saya membuat keputusan ini: Kalau tidak bisa minimal 1.000 peserta, lebih baik menunda dulu Bromo KOM.
Dalam beberapa bulan terakhir, saya bertemu dengan begitu banyak petinggi membahas protokol olahraga ini. Baik dalam kapasitas saya sebagai pengelola liga basket pelajar DBL maupun klub sepak bola Persebaya. Juga untuk penyelenggaraan event-event mass participation, seperti acara sepeda.
Kepada Bapak Menpora Zainudin Amali, saya menyampaikan concern saya soal belum adanya panduan konkret penyelenggaraan event olahraga. Karena yang terjadi, izin tentu sangat sulit, dan itu membuat banyak pihak justru mengambil langkah untuk menyiasatinya. Misalnya, kalau tidak boleh bikin event resmi, maka jadinya bikin "latihan bersama."
Tentu saja sebagai cylist, saya senang ada banyak acara walau dikemas "latihan bersama." Tapi jangan sampai kita semua terlena. Karena "latihan bersama" yang dikemas tanpa protokol, atau minim protokol, atau malah pura-pura protokol, justru bisa berujung kurang ideal. Misalnya, tidak memberikan impact ekonomi riil terhadap industri olahraga dan yang lain (ini penjabarannya panjang), atau malah membahayakan dari sisi kesehatan.
Kediri Dholo KOM Challenge 2021, kami harapkan, menjadi event yang seperti itu. Menjadi pionir protokol yang bisa diaplikasikan semua penyelenggara di tanah air.
Tentu saja, event ini akan jadi lebih ribet dari biasanya. Peserta masih akan dibatasi, tidak bisa seperti Bromo KOM. Protokol akan lebih ribet, karena semua peserta harus di-swab dulu sebelum bisa ambil racepack dan langsung masuk bubble di dalam satu gedung hotel. Yang tinggal di Surabaya pun harus ikut masuk hotel.
Saya minta tolong, jangan jadi peserta "mama" alias manja dan malas. Pendaftaran harus sendiri secara online, tidak ada kolektif atau titip-titipan. Racepack harus diambil sendiri, tidak ada pengambilan kolektif atau titip-titipan. Supaya semua lebih clear, lebih safe.
Pada Sabtu, 10 Juli, kita akan gowes bersama, berpeloton dari Surabaya menuju Kediri. Tidak ada race. Sedikit detour dulu ke Pos 1 Kelud. Mirip dengan rute event yang pernah kami selenggarakan pada 2016.
Serangkaian program sudah disiapkan di Kediri, dijamu dengan istimewa oleh Pemerintah Kota maupun Kabupaten.
Minggunya, baru menu utama "Dholo KOM" diselenggarakan. Jarak total hanya sekitar 40 km. Dari Kediri ke arah Mojo, lalu menanjak ke Besuki dan finis di puncak kawasan wisata Dholo. Lombanya di sini. Kesempatan jadi pemenang pertama dalam sejarah Kediri Dholo KOM Challenge.
Total menanjak pada hari kedua itu lebih dari 1.500 meter. Tidak jauh beda dari Bromo KOM Challenge. Tapi karakter tanjakannya beda, tidak konstan megerang seperti Bromo arah Wonokitri. Walau mungkin 5 km terakhirnya dari Besuki ke Dholo lebih terjal dan berat. Panjang rute resmi dan total elevasi akan kami update, terkait dengan hasil survei lanjutan penyelenggara.
Saya kenalan dengan rute ini kali pertama sekitar lima tahun lalu. Masih belum ada apa-apa di jalan "baru" ke atas itu. Diajak sahabat gowes saya, Ferry Martalatta, yang selama bertahun-tahun selalu ikut saya cycling di berbagai negara. Sejak kali pertama itu, saya sudah membayangkan ini bakal jadi tempat seru untuk bikin event.
Saya pernah mengajak teman komunitas di Surabaya gowes ke sana beberapa tahun lalu. Saya tahu sejumlah komunitas dari luar Kediri juga pernah ke sana mencicipi tantangannya. Sekarang, kesempatan itu tiba. Ada event resmi seru menuju puncak Dholo.
Cerita khusus: Saat membahas opsi-opsi tempat untuk bikin event resmi berprotokol, saya menyampaikan beberapa pilihan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mas Sandiaga Uno. Yang pertama dia tunjuk adalah Kediri Dholo! Mempermudah keputusan kami untuk fokus bikin event di situ.
Saya harus berterima kasih khusus kepada Provinsi Jawa Timur, khususnya Ibu Gubernur Khofifah dan Bapak Sekda Heru Tjahjono, yang terus ingin membuat Jawa Timur ini seru dengan kegiatan-kegiatan seru.
Lalu terima kasih luar biasa untuk dua pemimpin Kediri yang masih muda. Mas Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar dan Mas Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana. Kebetulan keduanya penggila olahraga, memudahkan lagi penyelenggaraan event ini.
Juga terima kasih kepada Gugus Tugas Covid-19, yang membantu kami dengan panduan, sehingga kami bisa menyiapkan protokol sebaik mungkin.
Kepada teman-teman cyclist yang berminat ikutan, terima kasih atas dukungan dan antusiasmenya. Saya, mewakili seluruh teman-teman penyelenggara, sebelumnya akan minta maaf dulu apabila ada begitu banyak keribetan, syarat-syarat khusus, dan batasan penyelenggaraan.
Tapi, menurut saya ini event yang sangat penting untuk kita semua. Kalau event yang ini berjalan lancar (tidak harus sukses besar), maka event ini akan membuka jalan bagi event-event resmi lain untuk berlangsung di Indonesia. Dengan protokol yang jelas, bukan sekadar "latihan bersama" untuk menyiasati izin dan regulasi.
Sekali lagi, terima kasih kepada semuanya. Bagi teman-teman cyclist, semoga terus semangat gowes. Semoga pandemi ini segera berakhir dan kita semua jadi lebih mudah untuk bertemu dan bersepeda bersama, menjadikan hobi luar biasa ini menjadi benar-benar besar dan luas! (azrul ananda)
*Penulis adalah "Kepala Sekolah" Azrul Ananda School of Suffering (AA SoS), founder Mainsepeda.com, penggagas Bromo dan Kediri Dholo KOM Challenge.
Foto: Vicky Romario