Berharap Beat The Sun, tapi Yang Penting Finish!

| Penulis : 

Trio cyclist Indonesia telah tiba di Emporia, Kansas, Rabu siang (2 Juni). Begitu tiba, Azrul Ananda, John Boemihardjo, dan Johnny Ray langsung menuju tengah kota untuk mempelajari situasi. Kemudian, menjelang petang, mereka menyempatkan diri menjajal sepeda dan mengelilingi lagi kota yang berpenduduk hanya 24 ribu jiwa tersebut.

Walau Unbound Gravel (Dirty Kanza) 2021 baru diselenggarakan Sabtu, 5 Juni, mereka memang memutuskan datang sedini mungkin. Dengan harapan bisa benar-benar nyaman di kota tersebut sebelum harus menaklukkan rute gravel sejauh 200 mil (Azrul dan John) dan 100 mil (Johnny Ray).

Siang itu, banyak partisipan event terlihat mulai berdatangan. Bukan hanya peserta, tapi juga para pelaku industri sepeda yang akan mengikuti All Things Gravel Expo. Setiap tahun, event ini memang juga menampilkan pameran industri sepeda gravel termutakhir. Bahkan mungkin paling bergengsi di dunia!

Pameran itu, berikut jadwal pengambilan race pack untuk peserta, dimulai pada Kamis, 3 Juni. Pameran lantas berlangsung seharian penuh pada Jumat, 4 Juni. Dan pada 5 Juni, semua akan fokus pada perlombaan yang dimulai pukul 06.00 pagi.

Ketika di tengah kota, Azrul, John, dan Ray menuju ke toko sepeda utama di Emporia. Yaitu Gravel City. Membeli kebutuhan-kebutuhan lomba, seperti minyak rantai dan beberapa perkakas. Juga membeli suvenir resmi lomba.

"Keputusan benar beli sekarang. Karena sudah mulai banyak yang habis. Saat pameran dimulai dan peserta banyak datang, kita bisa tidak kebagian suvenir," kata John Boemihardjo.

Walau belum ramai, beberapa brand sudah terlihat membuka pop up shop di jalan utama Emporia. Ucapan selamat berlomba juga dipajang oleh toko-toko di sana. Semua tiang lampu dipasangi banner Unbound Gravel, berikut foto-foto para juara event yang dimulai pada 2006 tersebut.

Sorenya, trio Indonesia ini menyempatkan gowes sebentar keliling kota. "Selain mengecek kondisi sepeda, juga mengukur dan menghafalkan jalan dari hotel menuju pusat acara di tengah kota. Jaraknya sekitar 5 km," jelas John.

Ketiga cyclist Indonesia ini mengaku "ngeri-ngeri sedap" menghadapi event hari Sabtu. Masing-masing sudah punya target, tapi tetap akan realistis mengingat minimnya pengalaman gowes di jalanan berkerikil dan berbatu sepanjang ratusan kilometer.

"John di atas kertas bisa menuntaskan 200 mil sebelum matahari terbenam. Sedangkan saya tanggung, tapi tetap berharap bisa finis sebelum 15 jam dan saat kondisi masih terang. Di luar itu semua, yang paling utama adalah mampu menyelesaikan lomba ini. Kami berharap tidak mengalami masalah teknis yang berarti. Karena itu bisa berarti lomba kami berakhir. Sepanjang rute, kami tidak boleh mendapatkan bantuan dari kru atau mekanik," ungkap Azrul Ananda.

Secara resmi, panjang rute event utama adalah 206 mil atau lebih dari 230 km. Total menanjaknya lebih dari 3.000 meter! Lebih dari 95 persennya di atas permukaan gravel!

Memang ada kebanggaan khusus bila bisa finis sebelum matahari terbenam. Panitia dari Life Time menyiapkan penghargaan khusus, berupa penanda finisher "Beat The Sun." Di awal musim panas ini, matahari baru terbenam hampir pukul 21.00. Jadi, memang harus finis di bawah 15 jam untuk bisa mendapatkan status tersebut.

Kalau finis antara pukul 21.00 hingga tengah malam, maka kategori finisher-nya adalah "Midnight." Sedangkan yang finis antara tengah malam hingga cutoff time pukul 03.00 Minggu paginya, kategorinya adalah "Breakfast."

Sedangkan Johnny Ray mengaku lebih tidak punya beban. Yang penting bisa finis rute 100 mil alias 160 km tersebut. "Keputusan saya tepat tidak memilih event 200 mil," ucapnya lantas tersenyum.

Menurut data terakhir dari panitia, ada 2.864 peserta akan hadir di Unbound Gravel 2021. Mereka datang dari 28 negara. Sebanyak 1.067-nya mengikuti event 200 mil, lalu 913 mengikuti kelas 100 mil. Sisanya ada yang ikut kelas XL (350 mil), atau kelas Junior, 25 mil, dan 50 mil.

Unbound Gravel, yang baru tahun ini ganti nama dari "Dirty Kanza," merupakan event gravel terbesar di dunia. Lomba inilah yang membuat kategori "gravel" menjadi kategori paling berkembang pesat di dunia. Bahkan, di Amerika, penjualan sepeda terbanyak adalah untuk kategori ini. Di mana sepeda balap dengan drop handlebar bisa dipasangi ban lebar untuk melewati rute-rute kasar. (mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 44

Audionya bisa didengarkan di sini

Populer

Wilier Zero SLR, Senjata Baru untuk Para Kambing Gunung
Tao Geoghegan Hart Juara Overall, Filippo Ganna Sapu Time Trial
Cavendish Belum Habis, Mantap Tatap Tour de France
Kristoff Menang, Cavendish Out
Ada Timing Chip untuk Peserta Bromo KOM
Lebih Ringan, Mulus, dan Universal
Bagi Froome, Giro d’Italia adalah Latihan untuk Tour de France
reTyre, Semenit Ganti Tapak Ban Sepeda
Main MTB di Bogor, ke Mana Aja?
Ted King dan Keough Juara Dirty Kanza, Acker dan Rusch Menang Edisi 563 Km