Sepeda dan religi, dua hal dari dunia yang berbeda. Tapi tidak membuat mereka bertentangan. Melainkan dapat berdampingan. Dan sudah dibuktikan oleh CFM (Catholic Family Ministry) dan delapan cyclist asal Yogyakarta yang bernama grup Relly-G (baca : religi). Mereka mengadakan ziarah ke tempat ibadah umat Katolik, Goa Maria dengan bersepeda.

Tepat tanggal 1-2 Juni silam, delapan cyclist berangkat dari Yogyakarta gowes turing ziarah ke Goa Maria Pohsarang, Kediri. “Ini merupakan agenda turing tahun ketiga kami. Di kala teman-teman muslim sedang menjalankan beribadah puasa sehingga tidak bisa gowes, maka teman-teman Kristiani melaksanakan turing religi ini,” tukas Dionisius Anas Rachmad Alexander, salah satu kordinator acara turing religi ini.

Komunitas Relly-G dari Yogyakarta berfoto di depan Goa Maria Pohsarang, Kediri.

Hari pertama, Anas bersama kawan-kawan berangkat dari Sambilegi Ring Road Barat menuju Ponorogo sejauh 140 km. “Etape pertama stop di Wonogiri. Setelah istirahat, lanjut ke Ponorogo dan masuk hotel Amaris Ponorogo tepat jam satu siang,” tuturnya.

Hari kedua, delapan cyclist yang disupport oleh Ziplong ini melanjutkan turing. Jarak sejauh 110 km dari Ponorogo ke Kediri ini memakan waktu 6,5 jam. “Nggak terasa, kita grup kecil jadi bisa guyub. Apalagi stop sarapan dulu di Trenggalek,” tukas Anas.

Komunitas Relly-G Yogyakarta guyub menjalani turing dari Yogyakarta ke Kediri selama dua hari.

Keguyuban itu terlihat dari canda tawa dan saling bully tapi tidak masuk ke hati. “Ada yang tertinggal agak jauh, ada yang kesasar, ada yang baru masuk pitstop tapi sudah diajak jalan lagi. Seru deh pokoknya perjalanan ini,” cerita Dr. Ign. Hariyanta.

Tepat pukul 12 siang, mereka finis di Goa Maria Pohsarang. Langsung istirahat, makan siang, mandi dan tentunya berdoa. “Pukul tiga sore kami pulang balik ke Yogyakarta dengan mobil,” bilang Heru Sutanto.

Grup asal Yogyakarta ini sudah tiga tahun menjalani turing ziarah ke Goa Maria. “Pohsarang ini merupakan Goa Maria ke-delapan yang kami datangi dengan bersepeda. Tahun 2016 kami ke Goa Maria Kereb Ambarawa, Goa Maria Mawar Boyolali dan Goa Maria Wonogiri. Lalu tahun 2017 kami ke Goa Maria Sendang Sono, Goa Maria Lawang Sih dan Taman Goa Ngrawoh Sragen,” cerita Anas.

Dan tahun 2018 ini, sebelum ke Pohsarang, Anas dan kawan-kawan ziarah ke Goa Maria Jatiningsih Godean.

Ziarah bersepeda perdana CFM

Catholic Family Ministry (CFM) adalah perkumpulan pelayanan rohani keluarga Katolik. Banyak anggota CFM yang anak muda pecinta cycling dan run sehingga dijadikan satu wadah, CFM Sport.

Nah, tanggal 2 Juni silam anggota CFM yang tersebar di seluruh Indonesia berkumpul di Yogyakarta dan mengadakan turing religi pertama. Start dan finish dari Westlake Resort, Yogyakarta.          

“Agar makin kenal dekat, hobi bersepeda disalurkan bersama. Agenda pertama kami adalah turing ke Goa Maria Sendangsono,” tutur Very Suryadharma Wirawan, salah satu anggota CFM Sport.

Anggota CFM Sport berfoto di area Goa Maria Sendangsono Yogyakarta.

Sebanyak 53 orang mendaftarkan diri di even bertajuk “CFM Together We Are Stronger Tour 2018” ini. “Peserta terjauh datang dari Banjarmasin dan Makasar. Ada juga dari kota Jakarta, Yogya, Bandung, Surabaya, Purwokerto dan Purbalingga,” imbuh Very.

Agar tidak memberatkan, Very membagi turing ini menjadi tiga pitstop. Yaitu di Jatiningsih, Sendangsono dan Balerante. Setiba di Goa Maria Sendangsono sebagai pitstop kedua, semua peserta menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk istirahat dan berdoa.

Perjalanan makin seru karena selepas Goa Maria Sendangsono, mampir ke Bungker Balerante dan Turgo serta jembatan gantung Kaliurang. “Turing sepeda religi sekaligus wisata, nih jadinya,” kekeh Candra Taruna Sofyan, peserta dari Banjarmasin.

Panitia membuat dua opsi rute. Jarak 60 km (elevasi 600 m) untuk rute pendek dan 95 km (elevasi 1.200 m) untuk rute jauh.

“Tapi ada tujuh cyclist yang masih kurang puas meskipun sudah menuntaskan rute jauh. Jadi saya temani mereka menanjak di luar jalur resmi yaitu ke Dusun Turgo Jembatan Sukapanggah. Sampai mereka bilang puas baru balik ke teman-teman berkumpul di tempat finis. Jadi total jarak 105 km dengan elevasi 1.400 meter,” cerita Very sambil terbahak.

Hendrik Theodores, Very Wirawan, Ng Martanto, Candra bersama empat teman lain menambah porsi menanjak ke Dusun Turgo Jembatan Surapanggah. 

Meskipun rutenya menanjak dan lumayan berat, tetapi tidak ada kata kapok dari peserta. Justru mayoritas ingin diadakan lagi acara turing religi ala CFM ini.

“Acaranya sangat rapi, ada mekanik, ada fotografer, jalur juga dijaga sehingga peserta aman. Antar peserta meskipun baru kenal tapi saling support dan menguatkan. Terpenting selalu ada marshal yang menemani cyclist paling belakang jadi dijamin tidak keleleran,” tutur Novita Lestari Tjandra, cyclist asal Jakarta.

Novita Lestari Tjandra, anggota CFM dari Jakarta berfoto di depan Goa Maria Sendangsono.

Hery Supangat tak kalah semangatnya menantikan gowes religi lagi. “Ngakak terus sampai mules saya. Seru banget, semua pesertanya guyub guyon bareng dan seneng bisa gowes bareng angota CFM dari berbagai penjuru,” bilang cyclist asal Yogyakarta.

Mayoritas peserta gowes religi ala CFM pertama ini sangat puas dan menantikan acara berikutnya. 

Keesokan harinya, hari Minggu, 3 Juni, beberapa cyclist yang masih berada di Yogyakarta gowes lagi. “Coffee ride aja di Minggu pagi ini ke Kopi Klotok Pakem,” tutup Very. (mainsepeda)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Populer

Bromangge Usung Misi Bangkitkan Pariwisata Palu
Produsen Ban Mobil Serbu Pasar Sepeda
Pestanya Cyclist Cewek Thailand
Bersepeda Membuat Jantung Makin Sehat
Grupset 13-Speed Rotor sekarang Ada untuk MTB
Truebike, MTB Monster dengan Roda 36 Inchi
Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal
Ford Rancang Jaket Khusus untuk Pesepeda
Flite Boost, Sadel 'Hidung Pendek' Anyar dari Selle Italia
Nge-MiL Sunday: Belajar Jadi Ayah lewat Bersepeda