Movistar benar-benar berambisi menjadi juara di Tour de France (TdF) 2018, yang berlangsung 7-29 Juli mendatang. Saking penginnya, tim asal Spanyol itu langsung menurunkan tiga kapten/kandidat juara. Bisa dibilang, mereka membawa Plan A, B, sekaligus C!

 Movistar sangat berambisi untuk jadi juara Tour de France 2018.

Nairo Quintana, Alejandro Valverde, dan Mikel Landa sama-sama punya kemampuan dan kans untuk jadi juara TdF. Dan mereka bertiga akan mendapat perlindungan dari lima pembalap pendukung.

Strategi “all in” ini merupakan hasil dari kekecewaan bertahun-tahun. Quintana sudah dua kali jadi runner-up di belakang Chris Froome. Dia juga sudah pernah didukung oleh Valverde, tapi tetap gagal meraih yellow jersey di penutupan lomba di Paris.

Sekarang, mereka pun menurunkan tiga bintang langsung.

Minimal, dengan sembilan etape pertama yang bersifat lotere (rute bervariasi), Movistar punya opsi lebih banyak dari tim lain.

Bukan hanya menurunkan tiga kapten, Movistar juga memastikan tiga kaptennya dalam kondisi optimal menjelang TdF. Tidak lagi memaksakan mereka ikut banyak lomba di awal tahun, supaya benar-benar fresh dan kuat saat menuju Prancis.

Persiapan lebih “rileks” ini disukai oleh Quintana, 28, yang mengeluh kelelahan di awal 2017 lalu.

“Awal tahun ini agak beda buat saya. Lebih tenang. Kami tampil baik di empat lomba yang telah saya ikuti. Saya finis kedua di Colombia (Oro y Paz) dan Volta a Catalunya, yang dimenangkan oleh Alejandro (Valverde). Saya finis kelima di Pais Vasco, di mana Mikel (Landa) naik podium. Dan saya finis ketiga di Tour de Suisse, sambil merebut satu etape,” tutur Quintana, asal Kolombia.

Bahwa harus berbagi status kapten, Quintana merasa tidak masalah. “Sangat penting untuk memiliki tim yang kuat. Kami punya pembalap yang bisa hebat di semua jenis medan. Mungkin, inilah tim terbaik saya dalam sebuah grand tour,” ucapnya, lantas menegaskan bahwa dirinya bisa bekerja baik dengan kapten yang lain.

Baik Quintana, Valverde, maupun Landa menyampaikan bahwa siapa “kapten terakhir” akan ditentukan seiring berlangsungnya 21 etape TdF 2018. Siapa pun yang paling punya kans akan didukung sepenuh hati.

Dan kalau ketiganya masih dalam posisi baik, misalnya semua masuk top ten general classification (GC) di babak-babak akhir, maka tim ini akan sangat sulit dibendung oleh para pesaing. Karena Movistar akan punya tiga opsi attack, sementara tim-tim lain harus fokus melindungi satu orang.

Berikut analisis masing-masing kapten Movistar tersebut:

NAIRO QUINTANA

Kini memasuki usia matang, 28 tahun, Quintana punya ambisi melengkapi koleksi grand tour-nya. Setelah jadi juara Giro d’Italia (2014) dan Vuelta a Espana (2016), dia harus jadi juara TdF kalau ingin mengukuhkan diri sebagai legenda.

Dari ketiga kapten Movistar, Quintana mungkin adalah climber terbaik. Bahkan terbaik di seluruh peserta lomba. Khususnya di tanjakan-tanjakan panjang, yang mendominasi pekan terakhir TdF 2018. Masalahnya, dia juga paling mungil. Terancam kehilangan banyak waktu saat etape-etape berat di awal, khususnya etape jalanan berbatu (Etape 9 ke Roubaix). Juga belum tentu kuat di time trial, yang jadi penentu juara tahun ini (Etape 20).

ALEJANDRO VALVERDE

“Pangeran Spanyol” yang satu ini makin tua makin jadi. Sekarang sudah 38 tahun, dia masih mampu memenangi begitu banyak lomba. Dia juga pernah menjuarai grand tour, yaitu Vuelta a Espana pada 2009.

Valverde merupakan seorang all-rounder. Climbing-nya luar biasa, walau mungkin tidak se-elite Quintana (atau Froome, atau Richie Porte). Di etape tanjakan pendek tapi curam, dia mungkin punya power paling top dari semua unggulan. Dan badannya cukup besar dan tangguh untuk mencuri kemenangan di Etape 9 yang berbatu.

Dengan skill dan bakat unik ini, Valverde bisa menjadi semacam “kartu Joker” bagi Movistar di TdF 2018.

MIKEL LANDA

Dari segi potensi, Mikel Landa merupakan calon juara grand tour masa depan. Usianya juga 28 tahun, sedang memasuki masa matang. Kemampuan climbing-nya tidak perlu diragukan. Terbukti dia pernah masuk lima besar di Giro d’Italia dan Tour de France.

Tapi dia belum pernah juara grand tour, dan itu merupakan tembok besar yang harus diruntuhkan sebelum benar-benar masuk barisan elite.

Kemungkinan besar, Landa adalah Plan C sejati. Hanya jadi andalan bila Quintana dan Valverde menghadapi masalah. Kalau Quintana mampu bertahan di barisan terdepan memasuki etape-etape gunung, maka Mikel Landa akan menjadi seorang super domestique yang bakal ditakuti.

Tahun lalu, Landa sudah menjalankan fungsi itu dengan baik di Team Sky. Chris Froome mungkin tidak bisa jadi juara kalau tidak dilindungi oleh Landa! (bersambung)

 

Foto : Cyclingnews, TDW, Movistar

Populer

Wilier Zero SLR, Senjata Baru untuk Para Kambing Gunung
Penyelenggara Baru, Rute Senangkan Sprinter
Cyclist Tak Suka Istri Perhatian
Cavendish Belum Habis, Mantap Tatap Tour de France
Ada Timing Chip untuk Peserta Bromo KOM
Lebih Ringan, Mulus, dan Universal
reTyre, Semenit Ganti Tapak Ban Sepeda
Main MTB di Bogor, ke Mana Aja?
Ted King dan Keough Juara Dirty Kanza, Acker dan Rusch Menang Edisi 563 Km
Selalu Ada Cerita Lucu dan "Dusta" di Setiap Gowesnya