Buat Peddy, Sepeda Bagaikan Kanvas

| Penulis : 

Bawaannya kalem, badannya kurus khas cyclist, tinggi badannya ideal, sukanya pakai topi. Pekerjaannya berbau seni yaitu fotografer profesional untuk produk dan lifestyle. Pilihan sepeda-pun tidak jauh-jauh dari kesan seni.

Buatnya, sepeda bukan sekedar alat transportasi paduan frame, ban, dan gir. “Sepeda itu kanvas. Bagaikan pelukis, hasil gambar di kanvas itu adalah karya seni. Buat saya, merakit sebuah sepeda itu karya seni,” buka Suryadinata, cyclist asal Jakarta.

Anggota komunitas SkippyCC dan PCC Jakarta ini mempertahankan “hanya” 7 buah sepeda. “Banyak banget sepeda saya yang come and go. Tapi hanya tujuh unit ini yang stay forever. Karena ada cerita dan derita untuk mendapatkannya,” kekeh pria kelahiran 1 September ini.

Bastion, salah satu frame kesukaan Peddy, panggilan akrabnya harus ditunggu setahun. Sebetulnya, pesan frame custom size ke Benjamin Schultz, founder Bastion, hanya memerlukan waktu dua hingga tiga bulan.

Frame custom Bastion dengan warna spesial chrome rose gold yang memakan waktu pengerjaan hingga satu tahun.

Tapi, Benjamin ingin memberikan pelayanan lebih pada kliennya. “Klien adalah raja. Sepedamu adalah karyamu, kami mewujudkannya” itu motto dari custom bike builder asal Melbourne, Australia.

Alhasil, Peddy meminta logo Bastion menggunakan warna rose gold sistem chrome paint. “Sengaja pilih warna pink karena biar ada kesan “lembut” di Bastion yang terlihat gagah, kaku dan kokoh itu,” kekeh Peddy.

Frame yang berteknologi tinggi, paduan 3D printing titanium dengan karbon ini harus ngendon di Melbourne setahun lamanya. Urusan cat saja, menurut Peddy, harus sampai lima kali approval ke dirinya dan makan waktu enam bulan.

“Tiap kali approval via foto yang diemail, Ben selalu mengatakan, saya rasa ini belum maksimal tapi Peddy lihat dulu saja. Saya mikir, kamu bilang belum maksimal tapi kok ditunjukin ke saya. Tapi positifnya adalah Ben ingin menunjukkan bahwa dirinya bekerja maksimal untuk keinginan klien,” cerita Peddy sambil tertawa.

Setelah proses lima kali akhirnya logo Bastion yang dicat chrome rose gold mendapatkan approval dari Peddy. 

Agar maksimal dan perfect to details, bagian penutup hub wheelset dan stem dikirim ke Melbourne untuk dicat chrome rose gold. “Gini inilah yang saya suka, proses detailingnya bisa bikin hati deg-deg ser. Nunggunya lama, tapi begitu lihat hasilnya, plong banget rasanya,” tukas Peddy.

Di saat menunggu frame Bastion sampai ke Jakarta, Peddy browsing untuk mencari parts. Utamanya adalah wheelset. “Pas banget, waktu itu lagi ada Eurobike 2016, dan produsen wheelset namanya Bike Ahead keluarin tipe baru model monoblok namanya Biturbo Road. Langsung jatuh cinta dan cari info ke website mereka. Sampai-sampai mereka bilang, sayalah orang pertama dari Asia yang menghubungi mereka secara langsung,” kekeh pria kelahiran 1976 ini.

Peddy sengaja pilih wheelset Bike Ahead Biturbo Road itu karena menurutnya secara model sangat cocok dengan frame Bastion yang berteknologi tinggi. “Sama-sama bau teknologi gitu jadi matching secara penampilan,” alasannya. Apalagi tahun 2016 kan frame dan wheelset disc brake masih jarang. 

Tak lama, wheelset sudah tiba di rumah Peddy, sayang frame Bastion belum tiba. “Jadi penghuni garasi tujuh bulan tuh wheelset. Saya nggak mau pakaikan di sepeda saya yang lain. Biar feel saya tidak kacau, biar feel saya “dapat” ketika dipasangkan ke Bastion,” tukasnya.

Parts lainnya, Peddy memasang grupset Sram eTap disc brake, dengan crank THM Clavicula. “Karena disc brake jadi lebih berat sepedanya, kompensasi saya pake crank ringan. Lagi-lagi juga karena modelnya keren,” kekeh Peddy.

Masa penantian berakhir, datang juga Bastion dan segeralah Peddy merakitnya. “Kayak mau lahiran baby, excited, senang, deg-deg an banget. Semua rasa jadi satu!” ceritanya sambil tertawa.

Taaadaaaa….. jadilah sang Bastion setelah setahun menunggu. “Nggak kedip mata saya melihatnya pertama kali. Perfect bike for me! This bike is so me!” cerita Peddy yang bangga dengan sadel custom Bastion berwarna rose gold di bagian dalam.

Sebetulnya, proyek custom berbasis Bastion ini adalah proyek kedua Peddy. Sebelumnya, Passoni Top Evolution jadi proyek pertama. Sepeda titan paling nyaman dan pengerjaannya paling halus, menurut Peddy.

“Biar beda,saya request frame titan itu diwarna dan mereka menyanggupinya. Paduan titan, pink, gold dan bronze,” tukasnya. Tapi karena titan tidak bisa dicat, maka fork, stem, handlebar, bottlecage, dan crank yang jadi korban jiwa seni Peddy.

Passoni Top Evolution yang mendapatkan sentuhan cat custom di beberapa bagian.

“Saya beli crank THM Clavicula dari Italia dan langsung dikirim ke Passoni untuk dicat,” ucapnya. Tidak semua kaki crank dicat, hanya sebagian ujungnya saja yang diwarna gold, pink dan bronze. “Pink cukup jadi aksen striping saja pemisah antara gold dan bronze,” tuturnya.

Sengaja dipilih dua warna itu karena paling mendekati warna titan. Jadi tidak berebut atensi tapi tetap ada attention to detailsnya. Begitu harapan Peddy.

Wheelset Lightweight Meilenstein dengan grupset Campagnolo 80th menyelesaikan proyek Passoni ini.

“Waktu tunggu sama menggemaskannya dengan Bastion, setahun saya harus sabar menanti Passoni datang,” kekeh Peddy yang juga memiliki Pinarello Dogma F8 Paul Smith Edition.

Terdapat cat custom gold, bronze dan pink di stem, handlebar dan fork.

Ada satu lagi sepeda unik, yakni De Rosa Settanta. “Itu steel bike. Beli di Jepang waktu liburan keluarga. Karena langka dan sizenya pas jadi saya beli. Sekarang masih pakai grupset Campagnolo. Saya kurang sreg karena terlalu modern jadi soulnya kurang pas. Nanti ajalah pelan-pelan proyek De Rosa ini,” celoteh Peddy.

Memiliki banyak road bike custom dan keren membuat Peddy kesulitan kala harus travelling atau turing. Akhirnya, Trek Emonda Contador Edition, dipilih Peddy sebagai sepeda harian.

“Kebetulan saya suka dengan Contador jadi ya ambil ini. Hunting parts ringan untuk climbing. Total beratnya 5,8 kilogram. Cukuplah untuk saya,” tutur pemilik sepeda Peugeot edisi tahun ‘70an.

Trek New Emonda SLR Segafredo Grande Contador Edition menjadi andalan harian dan saat travelling Peddy.

Untuk saat ini, Peddy sudah cukup puas dengan “karya seni” yang menghiasi rumahnya. Tapi, di waktu yang akan datang, Peddy sudah punya incaran.

“Selama ini sepeda custom saya adalah titan atau besi. Pingin punya sepeda custom berbahan karbon. Udah ada pandangan tapi nanti aja dulu. Addduuuhh….. main sepeda nggak ada habisnya,” tutup Peddy sambil tertawa. (mainsepeda)

Pinarello Dogma F8 Paul Smith Edition dengan wheelset Corima 24.

 

Populer

Celilo High Climber: Luar Kayu Dalam Karbon
Tim-Tim WorldTour Mana yang Ganti Sepeda untuk 2020?
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Usia Lebih Tua 20 Tahun, Finis Lebih Cepat 15 Menit
AG2R La Mondiale Ganti Pakai Sepeda Eddy Merckx
Adidas dan Colnago: Pernikahan Sneaker dan Cycling
Ada Campagnolo Super Record 12-Speed EPS di Tour Down Under
Shimano Rilis Sepatu dan Kacamata S-Phyre Edisi Aurora
Chris Froome Cedera Parah, Para Rival Yakin Bakal Kembali Strong
Wilier Zero SLR, Senjata Baru untuk Para Kambing Gunung