Lebih Suka Foto Bersama Sepeda daripada Mobil

| Penulis : 

Hanya bisa duduk termenung sendirian. Itulah dr. Catarina Budyono, Sp.PD kala melihat kolega-koleganya yang tergabung dalam komunitas Lombok Medyc Goweser (LMG) berpetualang dengan sepedanya. Ingin tapi tidak bisa. Belum punya sepeda.

“Saya ingin sekali bisa sepedaan seperti teman-teman itu. Tapi saya bingung bagaimana memulainya,” tukas dokter cantik ini. Tak tertahankan, saat di suatu acara bulan puasa 2018, Cathy, panggilan akrabnya mencoba bertanya soal gowes ke dr. Amanukarti Resi Oetomo, Sp.PD yang akrab dipanggil dr. Nunuk.

“Tanggapannya sangat antusias. Malah dia lebih heboh daripada saya. hehehe… dokter Nunuk malah meminjamkan sepeda miliknya, Pinarello Paris, lengkap dengan jersey, helm dan lainnya agar saya bisa segera gowes,” cerita Cathy.

Awalnya, Cathy berharap bisa latihan dulu sebelum gabung dengan komunitas LMG. “Tapi saat datang ke meeting point, banyak anggota LMG yang ikutan gowes,” ceritanya.

Cathy (kanan) bersama dr. Amanukarti Resi Oetomo, Sp.PD (kiri) di Narmada Botanical Garden.

“Jadi malu soalnya saya baru pertama kali gowes dan masih cupu banget. Tapi ya sudahlah, cuek saja. Akhirnya kita bersepeda bersama,” tuturnya. Hhhmmm… sepulang bersepeda, saya merasakan sesuatu. Rasanya seperti jatuh cinta. Ada perasaan klik-nya. Ada kangennya. Ada rasa senangnya. Ada ingin mengulangi secepat mungkin.

“Benar-benar membuat saya jatuh cinta. Memang dasarnya saya suka berpetualang. Nah, dengan sepeda ini membuat bisa datang ke tempat eksotis. Sensasinya beda dibandingkan bila kita datang ke sana dengan mobil,” bilang dokter lulusan S1 Universitas Airlangga angkatan 2009.

Didukung dengan infrastruktur jalanan Lombok yang sangat mulus dan lebar. Bagaikan surga buat cyclist. “Gowes sepanjang pantai Senggigi ke Malimbu lalu putar ke Pusuk. Atau bisa juga memutar ke Sekotong loop. Itu semua bisa jadi pilihan rute,” tukas Cathy.

Ada satu rute favorit dan tiap lewat situ pasti merasakan jatuh cinta. “Bypass menuju bandara dari bundaran Jempong menuju patung sapi itu jalannya mulus. Di depan kita langsung melihat pemandangan sunrise. Tiap kali lewat sana sunrise-nya selalu berbeda. Jadi rasanya pingin lewat tiap hari!” tutur Cathy.

Dirasa cukup berpetualang dengan Pinarello Paris pinjaman, saatnya beli sepeda sendiri. “Ditemani oleh Widi, salah satu pentolan Velogirls Lombok, saya beli Trek Emonda SL6,” bilangnya.

Setelah Trek Emonda datang, tidak sabar, jam 14.00 siang bolong Cathy langsung naik sepeda baru menyusuri jalur Malimbu dari pantai barat menuju utara Lombok. Jadi gowes dengan view pantai dan baliknya menanjak ke Pusuk ditemani monyet di kiri kanan.

Begitu sampai di puncak Pusuk, turun hujan deras jadi seharusnya tinggal turun untuk pulang rumah, tapi Cathy takut gelap dan jalanan licin. “Telpon mama untuk jemput. Dan diomeli oleh mama sepanjang jalan pulang,” ceritanya sambil tertawa.

Saking senangnya bersepeda, belum sebulan memiliki Trek Emonda, dokter yang meraih gelar S2-nya dari Universitas Indonesia ini langsung turing sejauh 120 km dan menanjak setinggi 1.000 meter!

“Seru banget… tidak pernah bersepeda, tapi bisa lulus 120 km ke Tanjung Aan lalu naik ke bukit Marese lalu ke Kuta lalu pulang. Sampai rumah tepat jam 12 siang jadi gosong banget kulitku, tapi senang!” cerita Cathy.

Seperti wanita pada umumnya, Cathy juga gila foto. “Saya gemar foto dan difoto. Nah, dengan sepeda saya bisa eksplor tempat-tempat indah yang fotogenik. Tentunya tidak bisa didapatkan ketika menggunakan mobil. Selain itu, lebih keren kalo fotonya bareng sepeda,” tuturnya tertawa.

Sebut saja, Narmada Botanical Garden, air terjun Batu Santek di daerah Sesaot. “Penuh perjuangan ke air terjun itu karena harus nenteng sepeda. Saya takut bersepeda lewat pematang sawah,” kekeh dosen pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.

Jangan dikira Cathy adalah cewek manja. Pernah dirinya mengalami kecelakaan lumayan fatal di daerah pantai Mentigi. “Di sana banyak jalanan turunan. Ada turunan membelok ke kanan tajam, ketika saya mengerem ternyata banyak pasir dan kerikil, jadilah ban belakang selip dan saya jatuh,” kisah pengguna wheelset Campagnolo Shamal Mille ini.

So pasti, jersey sobek, lecet dan memar di mana-mana. Tapi beruntung, karena Cathy dan Nunuk adalah dokter jadi mereka tahu apa yang harus dilakukan. “Minum paracetamol biar tidak berasa sakit. Dan saya gowes lagi naik ke Pusuk,” kekehnya.

     

Selain untuk berpetualang, Cathy punya tujuan khusus dengan bersepeda ini. Memberi contoh pada pasien untuk hidup sehat. “Nggak lucu, kan, saya bilang ke pasien untuk hidup sehat dengan berolahraga, tapi saya sendiri tidak pernah olahraga. Jadi malu, donk!” tutur dokter yang praktek di RSUD Propinsi NTB.

Meskipun Cathy belum pernah mengikuti even, tapi latihan rutin jadi menu wajibnya. “Target saya harus bisa lulus di even GFNY Bali bulan Februar 2019 nanti!” tutup cewek kelahiran 1985. (mainsepeda)       

 

Populer

Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
AG2R La Mondiale Ganti Pakai Sepeda Eddy Merckx
Adidas dan Colnago: Pernikahan Sneaker dan Cycling
Wilier Zero SLR, Senjata Baru untuk Para Kambing Gunung
Siap Minggat dengan Brompton Explore (Unboxing dan First Ride)
Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal
Swap Meet Pertama di 2020, Berhasil Jual Brompton Explore
Zipp 303 Firecrest Terbaru Tantang Kita Ubah Pola Pikir
Trek Emonda SLR 2021: Perfect untuk Pasar Asia
Tao Geoghegan Hart Juara Overall, Filippo Ganna Sapu Time Trial