Pesona keindahan gunung Bromo berhasil membius cyclist. Terutama cyclist perempuan peserta Herbana Bromo KOM Challenge 2019. Buat mereka, menanjak ke Wonokitri, Bromo itu berat. Namun dengan berbagai motivasi, mereka yakin sanggup menyelesaikan tantangan menanjak sejauh 40 km dan setinggi 2.000 mdpl itu.

Agnes Nora, cyclist asal Semarang mempunyai tiga alasan mengikuti even yang diselenggarakan oleh Azrul Ananda School of Suffering (AA SoS) dan Strive Nutrition Products.

“Pertama, saya ingin merasakan suasana baru gowes keluar dari Jawa Tengah. Dan even paling dekat adalah Herbana Bromo KOM Challenge. Jadi saya langsung mendaftarkan diri tanpa pikir panjang,” bilang Agnes yang ikut di kategori Non-Competitive.

Agnes Nora.

Kedua, perempuan kelahiran 15 Oktober 1982 ini suka dengan gowes menanjak dan tertantang menaklukkan tanjakan ke Wonokitri, Bromo. “Nanjak itu menyiksa banget. Tapi anehnya bikin kecanduan!” bilang Agnes yang sudah menaklukkan tanjakan Selo di Boyolali.

“Gowes menanjak rute Kreo - Gunung Pati – Gonoharjo atau pemandian air panas Nglimut. Bisa juga ke arah Plantera dan Limbangan – Sumowono jadi menu latihan di Semarang. Modal survive di even Herbana Bromo KOM Challenge nanti,” tutur perempuan yang baru gowes setahun.

Pengguna sepeda Specialized Amira SL4 ini merencanakan bulan Januari 2019 akan mulai latihan menanjak secara intensif. Meski begitu, Agnes tidak tinggal diam. Anggota komunitas Samba Semarang terus mencari info perihal karakter dan profil tanjakan sejauh 40 km dari Pasuruan menuju Wonokitri, Bromo itu.

Agnes Nora saat gowes menanjak ke Selo, Boyolali.

“Teman-teman yang sudah pengalaman bilang harus latihan endurance climbing. Selain itu siapkan mental jangan mudah menyerah dan jangan manja karena ini panjang!” tutur pengusaha klinik kecantikan.

“Alasan ketiga, suami udah kasih restu. Aku biasanya modal nekat. Jadi hadapin semua tantangan yang penting all out. Jangan jadi beban biar enjoy cyclingnya,” tutur Agnes.

Berbeda dengan Thya Girindra, kalimat provokatif seperti “tanjakannya mantap memuaskan, viewnya keren apalagi kalau berkabut, dan acaranya bagus dan rapi” itu yang selalu masuk ke telinga Thya.

Tak ayal, cyclist anggota komunitas Bintaro Loop Jakarta ini langsung daftar. Menurutnya, pemandangan gunung Bromo itu indah dan akan lebih indah apabila dinikmati dari atas sepeda walaupun penuh tantangan menyiksa.

Thya Girindra.

Perempuan kelahiran 23 Maret 1976 ini sebenarnya sudah mendaftar di even Antangin Bromo KOM Challenge 2018, tetapi karena ada urusan mendadak jadi batal ikut.

“Tahun depan harus ikut Herbana Bromo KOM Challenge. Membayar rasa penasaran saya yang tertunda setahun!” cerita Thya yang mendaftarkan diri di kategori Non–Competitive.

Didasari rasa penasaran, Agnes dan Thya mengikuti even ini. Tapi Leviny Zachreina malah galau. Hati ingin mendaftar Herbana Bromo KOM Challenge, tapi ada rasa takut. Apalagi belum pernah menanjak ke Wonokitri, Bromo.

“Perlu dua kali gowes menanjak ke Wonokitri, Bromo untuk menyakinkan diri bahwa saya mampu menaklukkannya. Setelah itu, saya memberanikan diri daftar via online. Takut kehabisan slot jadi mesti cepat daftar,” tutur cyclist anggota Women Cycling Community (WCC) Surabaya.

Leviny Zachreina.

Pengguna sepeda Trek Emonda SLR ini sanggup menempuh jarak 40 km dari Pasuruan hingga puncak Wonokitri, Bromo dalam waktu 4 jam 31 menit.

Sekarang, perempuan kelahiran 6 Maret 1996 malah ketagihan menanjak ke Wonokitri. “Makin ke atas, hawanya makin sejuk. Suara angin yang merdu. Bau khas pegunungan. Semua itu membuat makin semangat gowesnya,” tutur Viny.

Memang, di even yang akan digelar 16 Maret 2019 ini, panitia membuka kelas khusus perempuan. “Untuk kategori Competitive ada kelas Women Elite, Women usia 30-34, usia 35-39, usia 40+. Apabila tidak ingin berlomba memperebutkan gelar QOM, bisa masuk di kategori Non-Competitive,” tutur Azrul Ananda, penggagas even menanjak paling bergengsi ini.     

Bersama dengan cyclist pria, peserta perempuan juga akan start dari Surabaya menuju GOR Untung Suropati Pasuruan sejauh 60 km yang full flat. Tidak perlu khawatir, akan ada marshal dan road captain yang akan mengawal rombongan termasuk cyclist perempuan.

Beberapa cyclist perempuan kategori Competitive di Antangin Bromo KOM Challenge 2018.

Nah, bagi peserta lomba QOM (Queen of Mountain), pemenangnya akan mendapatkan piala bergengsi, piala Pangdam V Brawijaya serta hadiah uang tunai.

“Bagi yang tidak ikut lomba, semuanya akan mendapatkan medali dan piagam apabila tidak melewati cut off time,” imbuh Azrul.

Masih terbuka kesempatan untuk cyclist yang ingin merasakan suasana dan keindahan gunung Bromo dari dekat dengan bersepeda. Segera klik www.mainsepeda.com dan bergabung dengan lebih dari 650 cyclist yang sudah mendaftarkan diri.

Herbana Bromo KOM Challenge 2019 didukung juga oleh OtakOtak Event Organizer, SUB Jersey, dan Mainsepeda.com (mainsepeda)

Populer

Grupset 13-Speed Rotor sekarang Ada untuk MTB
Bromangge Usung Misi Bangkitkan Pariwisata Palu
Pestanya Cyclist Cewek Thailand
Polygon Luncurkan Divine R5 dan R7, Untuk Wanita Indonesia
Bianchi Merilis Sprint, Road Bike dengan Harga Terjangkau
Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal
Jangan Pinjam Sadel Punya Istri
Pengawalan Komplet untuk Peloton Penghobi
Hadiah Rp 10 Juta untuk Juara KOM Elite
Membangun Endurance untuk Cyclist Perempuan