Bagi yang berminat ikut Herbana Bromo KOM Challenge 2019, tampaknya harus segera mendaftarkan diri. Sebab, walau belum pergantian tahun dan even masih berlangsung empat bulan lagi, hanya sepertiga slot peserta yang tersisa!

“Kami mengalokasikan tempat untuk 1.000 peserta di semua kategori. Hingga pertengahan Desember ini, sudah lebih dari 650 peserta mendaftarkan diri. Berarti hanya sepertiga tempat yang tersisa,” kata Azrul Ananda, penggagas even menanjak tahunan ke Wonokitri, Bromo, tersebut.

Sejak 1 November 2018 lalu, pendaftaran memang sudah dibuka secara online di Mainsepeda.com. Harga khusus early bird diberlakukan hingga 31 Desember 2018. Ternyata, responnya luar biasa. Termasuk dari kategori baru, sepeda lipat dan Brompton.

Charli Manopo, cyclist asal Banjarmasin sangat antusias mengajak teman-teman gowesnya mendaftar Herbana Bromo KOM Challenge 2019.

“Sudah empat kali saya ikut even menanjak ke Wonokitri, Bromo ini. Tapi dengan road bike. Begitu tahun ini dibuka kelas sepeda lipat, saya langsung daftar secepatnya. Takut kehabisan kuota. Ingin merasakan sensasi menanjak bersepeda lipat,” tutur pria yang akan menggunakan Bike Friday.

Cyclist dari berbagai penjuru Indonesia telah mendaftarkan diri, juga dari sejumlah negara lain. “Dengan sambutan seperti ini, sangat mungkin slot peserta sudah habis sebelum tutup tahun,” tegas Azrul.

Andry Setio, dari Manado juga tak menyia-nyiakan kesempatan mendapatkan harga khusus early bird. “Ada dua keuntungan daftar di awal. Bisa mendapatkan harga diskon, juga mendorong saya untuk berlatih lebih serius karena udah mendaftarkan diri,” ujar pengguna Trek Emonda ini.

Andry juga penasaran dengan dirinya sendiri. Dua kali mengikuti even menanjak ke ketinggian 2.000 meter ini, performanya tidak bisa maksimal. Selalu loyo sebelum finis.

Andry Setio dari Manado.

“Target tahun depan ini, saya harus bisa menyelesaikan jarak KOM sejauh 25 km itu dalam waktu maksimal dua jam,” tekad pria yang mencatat waktu 2 jam 21 menit di Antangin Bromo KOM Challenge 2018.

Bila Charli dan Andry sudah berulang kali mengikuti even tahunan ini, beda dengan Valentinus Herman. Cyclist asal Pontianak ini “buta” soal gunung Bromo.

Pengguna Pinarello Dogma F10 ini hanya mendengarkan kabar bahwa pemandangan dan tanjakannya mantap. Lalu bermodalkan Youtube, Herman mempelajari profil tanjakannya.

“Di Pontianak hampir tidak ada medan tanjakan. Jadi ingin sekali merasakan gowes menanjak setinggi 2.000 meter itu seperti apa,” tukas pria yang biasa gowes ke arah Tayan.

Herman (kiri) dari Pontianak.

Herbana Bromo KOM Challenge 2019 diselenggarakan oleh Azrul Ananda School of Suffering (AA SoS), Strive Nutrition Products, didukung oleh SUB Jersey, OtakOtak Event Organizer, dan Mainsepeda.com.

Even ini juga diselenggarakan bersama Kodam V Brawijaya. Para pemenang kompetisi King dan Queen of the Mountain (KOM dan QOM) akan mendapatkan trofi Pangdam V Brawijaya.

Para peserta kategori road bike, baik kompetitif maupun non-kompetitif, akan start dari Surabaya. Berhenti dulu di Pasuruan, baru kemudian memulai menu utama menanjak ke ketinggian 2.000 meter di Wonokitri, Bromo. Total jarak yang ditempuh adalah 100 km.

Sementara itu, peserta kategori sepeda lipat dan Brompton akan start langsung dari Pasuruan. Menempuh jarak total sekitar 40 km ke puncak Wonokitri, Bromo. (mainsepeda)

        

 

Populer

Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
AG2R La Mondiale Ganti Pakai Sepeda Eddy Merckx
Adidas dan Colnago: Pernikahan Sneaker dan Cycling
Wilier Zero SLR, Senjata Baru untuk Para Kambing Gunung
Siap Minggat dengan Brompton Explore (Unboxing dan First Ride)
Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal
Swap Meet Pertama di 2020, Berhasil Jual Brompton Explore
Zipp 303 Firecrest Terbaru Tantang Kita Ubah Pola Pikir
Tao Geoghegan Hart Juara Overall, Filippo Ganna Sapu Time Trial
Podcast Main Sepeda Eps 37: Etika E-Bike, untuk Transportasi atau Sport?