Usai sudah pestanya cyclist Indonesia bahkan luar Indonesia yang mengikuti Herbana Bromo KOM Challenge 2019. Sebanyak 1.148 cyclist dari 13 negara sangat puas dengan even yang digelar Sabtu, 16 Maret ini.

Berangkat dari lapangan Kodam V/Brawijaya jam 06.15 pagi, rombongan dilepas oleh Mayor Jenderal TNI R. Wisnoe Prasetja Boedi langsung berpeloton besar konvoi menuju GOR Untung Suropati Pasuruan. “Even yang keren, jalanan bisa steril sehingga cyclist bisa saling jaga jarak dan tidak membahayakan,” bilang Kamarul Irwan Rusli, asal Malaysia.

Setiba di GOR Untung Suropati, rombongan bertemu dengan peserta kelas sepeda lipat dan Brompton. Tepat jam 9 pagi, seluruh rombongan berangkat menuju titik 2.000 meter di atas permukaan laut di Wonokitri, Bromo.

Terdepan, konvoi dari kelas men elite lalu disusul dengan kategori usia lainnya. Hingga paling belakang adalah konvoi dari peserta kelas sepeda lipat dan Brompton.

Sepanjang perjalanan, cuaca sangat panas. “Penunjuk suhu di komputer Garmin saya tertulis 38 derajat,” keluh Hendy Christian, cyclist asal Bangil. Tak heran, ketika mencapai titik finis di ketinggian 2.000 meter itu banyak peserta yang mengalami kaki kram sehingga susah turun dari sepeda.

Panitia telah sigap dengan menyediakan tenaga medis dan fisioterapi dari Phisiopreneur di lokasi finis Pendopo Wonokitri ini. “Ini adalah even Bromo paling panas sepanjang enam tahun penyelenggaraannya,” tutur Azrul Ananda, penggagas even menanjak paling bergengsi ini. Azrul sendiri juga sempat berhenti karena kram sekitar 1 km sebelum finis.

Di Pendopo Wonokitri telah tersedia berbagai macam makanan. Mulai soto daging, sate ayam, mie rebus Bola Mas, tauwa, dan cilok siap disantap oleh cyclist.

“Makanannya sip, seperti pesta kawinan jadi bisa coba ke sana kemari sampai puas,” tutur Sukadi, anggota Jayapura Cycling Club ini lantas tertawa. Meski berbalut kegembiraan, tetapi buat sebagian cyclist khususnya yang dari Surabaya ada sedikit kesedihan.

“Belum seminggu sahabat baik kami di atas sadel maupun di luar sadel, Lucky berpulang karena kecelakaan. Jadi kami sepakat menggunakan ban hitam bertuliskan ‘For Lucky’ di lengan sebagai penghargaan,” bilang Yohan Hoki, anggota FratzCC Surabaya.

Bahkan Isna Iskan berusaha sekuat tenaga untuk bisa finis walaupun sudah sempat ingin menyerah karena cuaca yang terlalu panas itu.

“Tapi saya ingat suntikan semangat dari beliau saat kita gowes bersama dan itu yang membuat saya terus mengayuh pedah hingga finis. Dan saya berhasil! Saya dedikasikan finis ini untuk Lucky,” bilang Isna sesaat setelah dikalungi medali yang berbentuk kepala sabuk itu. 

Hingga acara berakhir jam 14.30, seluruh peserta tidak langsung pulang. “Sengaja kita menunggu hasil juaranya. Sekaligus silahturahmi dengan cyclist lain,” tutur Hartono, asal Jakarta. Diselingi hujan abu tipis dari gunung Bromo tetap tidak membuat peserta pergi meninggalkan lokasi finis.

Even menanjak ini diselenggarakan oleh Azrul Ananda School of Suffering (AA SoS), Strive nutrition products, OtakOtak even organiser, SUB Jersey. Didukung juga oleh Kodam V/Brawijaya, Pemkot Pasuruan, dan mainsepeda.com. (mainsepeda)

Azrul Ananda bersama tim Harimau Malaka, cyclist asal Malaysia.           

 

           

Populer

Celilo High Climber: Luar Kayu Dalam Karbon
Tim-Tim WorldTour Mana yang Ganti Sepeda untuk 2020?
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Usia Lebih Tua 20 Tahun, Finis Lebih Cepat 15 Menit
AG2R La Mondiale Ganti Pakai Sepeda Eddy Merckx
Adidas dan Colnago: Pernikahan Sneaker dan Cycling
Ada Campagnolo Super Record 12-Speed EPS di Tour Down Under
Shimano Rilis Sepatu dan Kacamata S-Phyre Edisi Aurora
Chris Froome Cedera Parah, Para Rival Yakin Bakal Kembali Strong
Wilier Zero SLR, Senjata Baru untuk Para Kambing Gunung