Akhirnya, grand tour pembuka 2019 segera diselenggarakan. Giro d’Italia 2019 akan berlangsung 11 Mei hingga 2 Juni mendatang. Menyuguhkan balapan sejauh 3.579 km, terbagi dalam 21 etape.
Dalam membagi rute, RCS sebagai penyelenggara layak diacungi jempol. Banyak yang bilang, mereka lebih jago daripada ASO, penyelenggara Tour de France. Giro d’Italia tidak pernah membosankan, bahkan sering lebih menegangkan daripada lomba yang di Prancis itu.
Rute tahun ini misalnya, edisi ke-102 Giro d’Italia. Benar-benar layak ditunggu sejak pembukaan sampai penutupan. Bagaimana tidak, baik etape pembuka maupun penutup sama-sama time trial (TT). Sama-sama memiliki tanjakan. Kita mungkin harus menunggu juara sampai pembalap terakhir menyelesaikan etape TT terakhir! Benar-benar sampai sentimeter terakhir!
Etape pembuka misalnya. Walau panjangnya hanya 8,2 km, rute di Kota Bologna ini sangat mendebarkan. Setelah sekitar 6 km datar, rute lantas mendangak ke atas. Ditutup dengan tanjakan 2,1 km yang cukup curam, dengan kemiringan rata-rata di atas 9 persen! Bahkan ada yang mencapai 16 persen!
Para pembalap harus mengambil keputusan, memakai sepeda TT penuh atau ganti sepeda. Maksudnya, saat datar pakai sepeda TT, lalu ganti sepeda climbing di kaki tanjakan.
Setelah etape pembuka ini, memang tidak ada etape menanjak yang mengerikan. Bahkan Etape 2 hingga 8 cenderung memberi kesempatan bagi para sprinter dan breakaway.
Masalahnya, bukan berarti etape-etape itu bakal berlangsung mudah. Karena RCS merancangnya menjadi etape-etape panjang yang bisa menjebak.
Etape 2 dari Bologna ke Fucecchio panjangnya 205 km. Lalu Etape 3 panjangnya 220 km. Etape 4 lebih panjang lagi, 235 km. Setelah Etape 5 “istirahat” sebentar 140 km, Etape 6 dan 8 panjangnya 238 dan 239 km!
Ngeriiii!
Setelah dihajar kilometer begitu banyak, ada satu lagi etape menentukan bagi pemburu juara. Etape 9 adalah TT lagi. Kali ini sejauh 35 km dan kebanyakan menanjak!
Kemungkinan besar, para kandidat juara sudah akan terseleksi di akhir Etape 9 ini, tepat sebelum hari istirahat pertama.
Dan para pembalap harus benar-benar memaksimalkan hari istirahat itu. Karena dua pekan terakhir akan berlangsung makin kejam dan makin kejam. Paling tidak dalam hal menanjak.
Summit finish, alias finis di tanjakan, sudah dimulai pada Etape 13. Tanjakan penutupnya pun panjang, 20,3 km, dengan kemiringan rata-rata 5,9 persen.
Etape 14 tidak lebih kendur, berisikan lima tanjakan.
Etape 16 mungkin paling kejam. Menanjak total lebih dari 5.000 meter, termasuk melalui dua tanjakan legendaris dan mengerikan: Gavia dan Mortirolo.
Giro d'Italia 2019 Etape 16.
Lantas, tiga hari terakhir semuanya bakal mendebarkan. Etape 19 dan 20 adalah etape menanjak seram lagi. Kemudian, para calon juara masih harus berebut waktu di etape penutup. Etape 21 ini time trial berisikan tanjakan sepanjang 4,5 km!
Dengan pembagian rute seperti ini, seorang pembalap harus benar-benar punya skill lengkap untuk merebut jersey pink dan trofi juara. Harus kuat time trial, harus sangat kuat menanjak, serta harus betah dan kuat di etape-etape datar yang panjang-panjang.
Di atas kertas, climber dengan time trial kuat seperti Primoz Roglic (Jumbo-Visma) layak jadi unggulan utama. Sebaliknya, time trialist dengan kemampuan menanjak hebat seperti Tom Dumoulin (Team Sunweb) juga punya kans merebut gelar Giro keduanya.
Tapi, unggulan lain yang lebih condong climber masih punya banyak kesempatan untuk mencuri waktu. (mainsepeda/bersambung)
Chris Froome (Team SKY) juara Giro d'Italia 2018.