Mainsepeda.com mendapat kehormatan besar. Menjadi satu-satunya perwakilan media Indonesia yang menghadiri langsung global launch Cannondale SuperSix Evo generasi ketiga. Lokasinya di Freiburg, Jerman, di markas Cannondale Eropa.

Cannondale SuperSix Evo merupakan salah satu sepeda paling populer di dunia. Sekaligus paling allround. SuperSix Evo generasi pertama merupakan sepeda yang melonjakkan nama Peter Sagan ke mata dunia. Satu sepeda yang bisa menang di tanjakan sekaligus di ajang adu sprint.

Kemudian, hadir generasi kedua. Secara geometri dan tampilan masih serupa, tapi dibuat lebih ramping. SuperSix Evo generasi kedua ini menjadi idola banyak orang untuk merakit sepeda weight weenie (adu ringan).

Dan sekarang, hadir generasi ketiga. Sebelumnya banyak pertanyaan muncul. Apakah Cannondale berani mengutak-atik geometrinya, mengingat betapa suksesnya dua generasi sebelumnya. Bahkan, geometri itu sudah teruji kesuksesannya sejak masih era SuperSix, sebelum era “Evo.”

Saat terbang ke Eropa, SuperSix Evo terbaru ini terus bikin penasaran. Apalagi, Mainsepeda.com adalah satu-satunya wakil media Indonesia yang diundang. Orang Indonesia pertama yang menyaksikan peluncurannya di dunia.

 

Yudy Hananta (kanan) bersama David Devine, product director Cannondale (kiri).

Mendarat di Zurich, Swiss, perlu perjalanan darat dua jam menuju Freiburg, di selatan Jerman. Kota berpenduduk 220 ribu jiwa ini adalah “kota sepeda,” dikelilingi perbukitan dan pegunungan.

Pada Rabu, 22 Mei, bersama 15 jurnalis dari negara lain, kami berkumpul di kantor Cannondale Eropa, yang terletak di dalam sebuah kompleks pabrik bir! Tidak ada acara besar. Launching SuperSix Evo terbaru ini khusus untuk media terpilih. “Semua diundang ke sini agar bisa melihat dan mencoba langsung sepeda ini,” kata David Devine, product director Cannondale.

Saking eksklusifnya, semua perwakilan media harus meneken perjanjian khusus. Bahwa semua tulisan dan foto baru boleh ditayangkan pada 28 Juni. Lebih dari sebulan kemudian! “Kami ingin serentak tampil di media seluruh dunia pada hari yang sama. Sekaligus memberi waktu untuk mendistribusikan All-new SuperSix Evo ke seluruh dunia,” jelasnya.

Seperti apa sepeda baru ini? Pada akhirnya, secara tampilan, ada perubahan signifikan pada SuperSix Evo generasi ketiga. Cannondale mengaku sudah melakukan riset selama 2,5 tahun untuk produk terbaru ini.

Desain frame terlihat sangat beda. Bila dua generasi sebelumnya (juga SuperSix orisinal) terlihat tradisional, maka Evo generasi ketiga ini terlihat mengikuti tren termutakhir. Yaitu menggunakan dropped seat stay pada bagian belakang. Itu yang paling mencolok secara kasat mata.

Menurut Jonathan Schottler, senior design engineer Cannondale, pihaknya sebenarnya tidak mengubah geometri yang sudah terbukti sukses. Itu untuk mempertahankan karakter dan feel Evo yang begitu dicintai di seluruh dunia. Perubahan bentuk terjadi untuk menambah kemampuan aerodinamika sekaligus kenyamanan.

Untuk aerodinamika, Evo terbaru ini diuji di terowongan angin di San Diego, California, Amerika Serikat. Bentuk frame yang cenderung aerofoil (agak berbentuk “D”) memang bisa membelah angin lebih baik dari yang bundar.

Ada fitur-fitur aero kecil tapi signifikan, seperti pada atas crown fork. “Kami telah belajar banyak dari seri SystemSix (sepeda aero, Red). Dan kami ingin menerapkannya di All-new SuperSix Evo. Jadi, sepeda ini akan lebih kencang di tanjakan karena lebih ringan dari SystemSix, juga akan cepat di turunan karena aerodinamika yang bagus,” jelas Dr. Nathan Berry, design engineer Cannondale bidang aerodinamika.

Untuk membuat sepeda semakin “bersih” dan membelah angin makin rapi, semua kabel rem tersembunyi. Masuk ke dalam handlebar, stem, dan headtube.

Demi aerodinamika, Cannondale meninggalkan pula seatpost kecil ukuran 25,4 mm, yang mereka gunakan dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai ganti, hadir seatpost KNOT27 berbentuk “D” yang lebih aero, yang juga bisa menjadi “rumah” baterai grupset elektronik.

Melanjutkan apa yang diterapkan pada SystemSix, Cannondale memasangkan HollowGram SAVE SystemBar, yaitu handlebar dan stem yang terintegrasi. Namun, dua komponen ini tidak jadi satu seperti kebanyakan sistem serupa. Masih bisa dilepas terpisah untuk kebutuhan ukuran yang beragam dari pemakai, sekaligus memudahkan mekanik untuk bekerja.

Untuk varian sepeda yang lebih murah, Cannondale masih akan menggunakan handlebar dan stem standar.

SuperSix Evo generasi ketiga ini dinyatakan bisa dipasangi ban hingga 30 mm. Tapi itu dengan clearance masih cukup longgar (6 mm). Sehingga secara praktis, dipasangi ban 32 mm pun sepeda ini sanggup!

Bagi yang berminat, ada dua level frame ditawarkan. Yaitu yang memakai BallisTec Carbon dan BallisTec Hi-Mod Carbon.

Cannondale akan menonjolkan versi disc brake, karena ini yang sedang tren di dunia. Khususnya di Amerika, tempat Cannondale berasal. Namun, mereka masih menyediakan versi rim brake, karena permintaan pasar untuk versi ini juga masih besar.

FITUR EKSTRA

Cannondale terus mengembangkan sistem/aksesori penunjang performa sepedanya. Mereka memiliki aplikasi baru, yang sudah diperkenalkan saat meluncurkan sepeda gravel Topstone Carbon baru-baru ini. Ada aksesori yang akan berinteraksi via aplikasi tersebut.

Pada SuperSix Evo terbaru, ada sensor bikinan Garmin yang dipasang di roda depan, dekat hub. Kecil, hanya 3x4 cm. Cannondale menamainya The Integrated Wheel Sensor (TIWS).

TIWS menggunakan baterai kancing dan dapat beroperasi 30 hari atau 900 jam. Setelah diaktifkan, TIWS akan mengirimkan semua data seperti kecepatan, jarak tempuh, kalori yang terbakar, dan lainnya ke smartphone. Dan semua data itu akan otomatis direkam meskipun tidak membawa smartphone.    

Jadi aplikasi itu semacam log book (buku perekam) aktifitas sepeda. Aplikasi ini akan mengingatkan sudah saatnya sepeda diservis setelah mencapai kilometer atau jam tempuh tertentu.

“Di dalam aplikasi Cannondale itu ada manual book dan video tutorial agar bisa memperbaiki sepeda sendiri. Mulai dari trouble shooting sepeda, grupset hingga wheelset,” bilang David Devine, product director Cannondale.

Bila sedang gowes keluar kota, dan memerlukan bantuan toko sepeda untuk memperbaiki Cannondale, tidak perlu bingung. TIWS akan mencari diler Cannondale terdekat.

UKURAN YANG TERSEDIA

Untuk cyclist laki-laki, All-new SuperSix Evo menyediakan enam model versi disc-brake dan dua model versi rim brake. Tersedia ukuran 48, 51, 54, 56, 58, 60, dan 62. Sedangkan untuk perempuan tersedia ukuran 44, 48, 51, dan 54 dengan pilihan tiga model untuk disc brake dan satu model rim brake.

“Secara geometri sama untuk laki-laki dan perempuan, perbedaan hanya di komponen dan warna. Serta ada size kecil, 44, yang cocok untuk perempuan,” pungkas Jonathan. (mainsepeda)

 

Jonathan Schottler, senior product engineer Cannondale (kiri). 

Baca juga :

Test ride All-new Supersix Evo

Wawancara David Devine

 

 

 

Populer

Pesona Selo “Ring of The Fire”, Sensasi Menanjak Membelah Merapi dan Merbabu
Bananabotcage , Bawa Pisang Semudah Bidon  
WX-R Vorteq Tokyo Edition: Pinarello Jadi Terkesan Murah
Sebentar Lagi, Era Ban Airless dan Anti Bocor?
Bosan Gowes di Jalan? Ke Laut Aja…
FSA dan Ritchie Sembunyikan Kabel di Semua Sepeda
Liv EnviLiv Disc Brake, Sepeda Aero Khusus Perempuan
Sentuhan Baru Cannondale di EF Education First Pro Cycling
Meriah Menanjak dengan 15 Warna Jersey
De Rosa SK Pininfarina: Logo Baru, Frame Aero Baru