Kesempatan Indonesia mengirim pembalap BMX untuk Olimpiade Tokyo 2020 makin berat. Hal ini terjadi setelah Union Cycliste Internationale (UCI) menambahkan dua kejuaraan dalam kalender kualifikasi.

Wajar apabila Van Aert menjadikan Kejuaraan Dunia Road sebagai target besarnya. Sebab ia gagal melakukannya tahun lalu. Setelah menjuarai dua event prestise di Italia, yakni Strade Bianche dan Milan-San Remo, Van Aert gagal menaklukkan Imola.

Sebagai gantinya, mereka harus terbebas Covid-19 dalam tes swab PCR pada 72 jam, atau tiga hari, sebelum ke Tokyo. Selain itu, atlet juga dibekali aplikasi dan harus melaporkan kondisi kesehatan mereka selama 14 hari sebelum datang ke Jepang.

Dari Jepang, muncul wacana karantina untuk atlet peserta Olimpiade. Durasinya dua pekan.

Tampil di Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang pada tahun depan, menjadi salah satu target juara dunia Individual Time Trial (ITT) Filippo Ganna (Ineos Grenadiers). Pembalap asal Italia tersebut dipersiakan untuk membalap di beberapa nomor. Mulai dari disiplin road hingga track.

Peter Sagan (Bora-Hansgrohe) sudah pernah menjadi juara dunia. Tiga kali, berturut-turut pula. Namun, ada satu gelar prestisius yang belum ia peroleh, yakni medali emas Olimpiade.

Van Aert sendiri baru saja dinobatkan sebagai olahragawan terbaik Belgia tahun ini. Ia menjadi pembalap kesebelas yang memperoleh penghargaan ini.

ASO mencoba mengurai masalah ini dengan berkomunikasi dengan Wali Kota Kopenhagen Frank Jensen. Dalam wawancara dengan Danish Broadcasting Corporation, Jensen mengungkapkan bahwa ASO ingin berdiskusi tentang kemungkinan perubahan jadwal Grand Depart Tour de France 2021.

International Olympic Committee (IOC) dan Pemerintah Jepang akhirnya mengumumkan jadwal baru Olimpiade 2020 di Tokyo. Multi-event terbesar di dunia ini bakal berlangsung mulai 23 Juli hingga 8 Agustus 2021. Masalahnya, jadwal ini berbenturan dengan agenda Tour de France 2021.

Berbagai respon bermunculan seiring penundaan Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang. Sejumlah pembalap profesional setuju dengan keputusan yang diambil oleh Pemerintah Jepang dan International Olympic Committee (IOC) itu. Menurut mereka, keselamatan dan kesehatan orang banyak harus didahulukan.