Pada Rabu, 3 Juni lalu, kita memperingati hari sepeda dunia. Karena peran sepeda dinilai cukup besar pengaruhnya di dunia, maka PBB pada 2018 menetapkan 3 Juni sebagai hari sepeda dunia.

Bermula dari tahun 1999. Saat itu, Chaidir Akbar masih tercatat sebagai mahasiswa Institute Teknologi Bandung (ITB). Chaidir membangun sebuah sepeda merek Federal. Sejak mengenal triathlon sekitar tahun 2010, Chaidir aktif mengikuti lebih dari 70 perlombaan balap sepeda mulai dari MTB, sepeda lipat, uphill, criterium, dan duathlon.

Bermula dari hobi sepeda, Toto Sugito ingin berkontribusi terhadap masyarakat luas. Mulailah dirinya membentuk organisasi Bike 2 Work (B2W). Berbagai perjuangan dilaluinya untuk membawa masyarakat jadi lebih sehat. Dengan bersepeda, bisa bertemu presiden menjadi pengalaman paling berharganya.

Inilah yang dinamakan “kapok lombok”. Bilangnya kapok tidak mau ikutan lagi (hanya emosi sesaat, karena rute yang berat atau jarak yang terlalu panjang), tapi nyatanya mendaftar lagi. Seperti yang dialami oleh Meylina Kandoy. Sudah ketiga kalinya, wanita asal Indonesia yang tinggal di Canada mengikuti even Haute Route di belahan Eropa.

Dokter tidak selalu berkutat dengan buku, makalah, pasien dan sakit penyakit. Tapi dokter juga punya hobi. Uniknya, di kala melakukan kongres tahunan, dokter specialist kandungan berkumpul untuk ride bersama. Dibuatlah even Tour de KOGI. Agar menantang, ada perebutan gelar KOM juga di antara rute 115 km ini.

Jangan coret dulu nama Christopher Froome dari kandidat juara Giro d’Italia 2018. Di Etape 14 Sabtu, 19 Mei, bintang Team Sky itu menunjukkan statusnya sebagai salah satu climber terbaik dunia.

Di dunia ini ada banyak hal yang dianggap paling menyakitkan. Ada sakitnya putus dengan pasangan. Tapi lantas ada yang bilang, ke dokter gigi itu lebih sakit daripada sakit hati. Nah, bagi cyclist sedunia, ada yang lebih sakit dari pada sakit hati dan sakit ke dokter gigi. Yaitu sakit mencoba menaklukkan tanjakan bernama Monte Zoncolan!