Ubah Rute dan Tambah Etape pada 2020

| Penulis : 

PERHELATAN Tour de Indonesia 2019 resmi berakhir kemarin. Panitia penyelenggara merasa kesuksesan tahun ini perlu ditingkatkan lagi. Mereka berencana menambah etape dan mengubah rute TdI 2020. Tujuannya, panitia ingin lebih mengundang masyarakat untuk terlibat aktif menyambut kedatangan para pembalap di daeranya masing-masing.

Hal tersebut diungkapkan langsung Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Sports Sepeda Indonesia (PB ISSI) sekaligus Chairman Tour de Indonesia 2019, Raja Sapta Oktohari. Berikut petikan wawancaranya:

Catatan apa yang didapat dari TdI 2019?
Banyak catatan yang kami buat untuk evaluasi tahun depan. Yang pasti tahun depan polanya tidak sama dengan tahun ini. Jumlah etape akan bertambah. Dari lima menjadi enam atau tujuh. Kalau sekarang point to point, dari satu kota ke kota lain dalam satu hari. Tapi nanti kami akan buat di satu kota akan ada circuit race-nya. Setelah itu baru pindah kota lagi. Konsep seperti itu nanti kami kombinasikan.

Apakah akan ada perubahan kota atau daerah yang dilewati TdI 2020?
Soal lokasi, persiapannya masih panjang. Kami kan pakai nama Tour de Indonesia. Jadi tidak mungkin hanya di Jawa-Bali. Apakah nanti akan Jawa-Bali-Lombok, atau Sumatera, atau mungkin Kalimantan atau Sulawesi. Itu yang masih kami pikirkan. Yang pasti penambahan kota juga harus berkaitan dengan animo masyarakat. Respon positif dari masyarakat di tiap daerah yang disampaikan ke kami itu berbeda-beda. Kami berusaha mengakomodir tahun depan. Rute juga harus berbeda supaya tidak bosan.

Adakah masukan dari tim peserta terkait penyelenggaraan tahun ini?
Banyak, tapi yang bersifat konsumtif. Tapi, mereka menganggap wajar karena ini tahun kedua jadi pasti masih ada lintasan-ilntasan yang kurang. Secara prinsip, UCI (Union Cycliste Internationale) memberi apresiasi. Soal trek yang bocor, itu lebih ke soal koordinasi. Sebab masing-masing daerah beda penanganannya.

Apakah misi meningkatkan level TdI dari 2.1 ke 2.HC?
Ini juga akan jadi bahan evaluasi kami setelah event selesai. Dari evaluasi itu nanti bisa ketahuan apakah bisa naik jadi 2.HC atau tidak. Belum tentu juga level 2.HC cocok dengan kita. Kalau 2.1 tim dari Indonesia kan bisa ikut. Tim level continental juga bisa ikut.

Untuk naik level bolanya ada di kita, bukan di UCI.  Parameter untuk naik level itu bisa dari fasilitas dan keikutsertaan. Kalau naik jadi 2.HC yang ikut minimal level pro continental. Kita ini kan punya banyak tour yang levelnya 2.2. Misalnya, Tour de Siak, Tour de Singkarak, Tour de Ijen. Tour-tour inilah yang nanti bisa kita upgrade. Kalau ini sudah naik level, baru nanti kita bisa buat TdI ke level yang lebih tinggi.

Berapa budget untuk menggelar Tour de Indonesia 2019?
Tahun ini kami mengeluarkan dana sekitar Rp 15 miliar. Jumlah ini lebih besar dari tahun lalu, sekitar Rp 11 miliar - Rp 12 miliar. Kebutuhan paling besar ada di logistik. Sebetulnya kami ada potensial sponsor, tapi mereka mau diyakinkan lebih dulu soal event ke depannya. Saya kira mulai 2020 akan ada kontrak panjang dengan sponsor, ya mungkin sampai 3-5 tahun.() 

Populer

Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal
Anda Layak Dapat ‘Star’
Ayo Bikin Bromo Warna-Warni!
Saling Respect, Tidak Peduli Sudah Kenal atau Belum
Alaphilippe Gagalkan Rekor Valverde
Wilier Turbine: Bikin Traveling Tidak Menegangkan
Giro d’Italia 2018: Time Trial Pembuka Penuh Perhitungan
Giro d’Italia 2018: Debut Sepeda dan Aksesori Baru
Jersey tanpa Ritsluiting di Tour de France
Dan Martin Pimpin Para Climber di Mur-de-Bretagne