Penggemar sepeda serius mungkin sudah merasakannya. Berita-berita perkembangan sepeda sekarang didominasi oleh kategori “gravel.” Hampir semua merek sekarang merilis sepeda kategori ini.

Tampilan seperti road bike, tapi mampu menggunakan ban lebar. Bahkan hingga 45 mm. Tidak jarang, sepeda gravel juga bisa dipasangi wheelset MTB, tepatnya ukuran 650b.

Mungkin, masih banyak yang bingung, apa itu gravel bike.

Istilah ini muncul dari Amerika. Di negeri Paman Sam, orang memang suka bersepeda keluar dari jalan “normal” beraspal. Di sana, jalan berkerikil/gravel/makadam ada di mana-mana. Sepi, aman dari kendaraan. Walau berkerikil, sebenarnya cukup “mulus.” Sehingga tetap sangat asyik untuk melaju kencang naik road bike.

Supaya lebih asyik dan nyaman lagi, muncullah sepeda yang dirancang untuk jalanan itu. Ban makin lama makin lebar. Dari 28 mm, ke 30 mm, kemudian terus berevolusi hingga sekarang (mencapai 45 mm).

Even-even gravel pun menjamur. Lebih gampang dan murah diselenggarakan. Karena tidak perlu menutup jalan umum (yang biayanya mahal sekali).

Yang terbesar adalah Dirty Kanza 200, lomba 300 km di negara bagian Kansas. Rutenya memang tidak melewati gunung, tapi jalan kerikilnya “jahat” karena batunya tajam-tajam. Mungkin, karena even inilah ban 45 mm atau wheelset MTB menjadi kebutuhan. Tapi sepedanya tetap harus model road bike supaya tetap bisa melaju kencang.

Dirty Kanza 2018.

Semakin besar dunia gravel, semakin banyak produsen sepeda terjun. Mulanya agak “malu-malu,” merilis sepeda yang disebut “all-road.” Kemampuan bannya belum sampai 40 mm. Sekarang, praktis semua terjun ke arena ini. Merilis sepeda gravel “beneran” yang bisa dipasangi ban 40 mm atau lebih lebar.

Tidak sedikit merek, khususnya yang artisan, sudah menjadikan kategori gravel sebagai pemasukan utama. Breadwinner, merek custom kondang asal Portland, mengaku 60 persen penjualannya adalah sepeda gravel. Sisanya dibagi untuk yang lain.

Tren pemakaian disc brake pada road bike, kurang lebih, juga merupakan tuntutan dari berkembangnya kategori gravel.

Breadwinner G-Road.

Perhatikan saja, yang mem-push pemakaiannya di dunia road bike adalah merek-merek Amerika. Seperti Specialized, Trek, dan Cannondale.

Merek-merek Eropa bisa dibilang terpaksa ikut-ikutan karena mereka butuh jualan di Amerika.

Makin lama, tren gravel ini semakin menggulung bak bola salju. Even-even gravel terus bermunculan. Bukan hanya di Amerika, juga di Eropa dan Australia. Walau kadang rutenya dipaksakan.

Tim-tim profesional, termasuk level WorldTour, sekarang mulai ikutan even balap gravel. EF Education First misalnya, sudah menjadwalkan diri ikut Dirty Kanza 2019. Mereka tidak peduli Dirty Kanza tidak masuk dalam kalender UCI. Bagi mereka yang penting mendekatkan diri kepada penggemar sepeda. Toh ujung-ujungnya, bagi tim-tim kelas dunia, adalah membantu “jualan” para sponsor.

Yang jadi pertanyaan, apakah tren gravel bisa dominan di dunia? Bisa saja demikian.

Perhatikan saja, merek-merek top dunia terus terjun ke arena ini. Bukan hanya produsen sepeda. Merek fashion dan aksesori ikut ramai ke sana.

Rapha, salah satu merek apparel paling bergengsi, baru saja merilis sepatu khusus gravel. Bont, merek Australia yang selama ini fokus ke balapan, sekarang juga punya sepatu gravel.

Sepatu Rapha khusus gravel.

Sepatu Bont khusus gravel.

Dan sepatu gravel seolah sudah jadi kategori sendiri. Walau pada dasarnya ini adalah sepatu road dengan sol MTB.

Merek-merek ban sekarang terus merilis ban gravel. Dulu merek MTB biasanya fokus MTB, merek road di road. Lalu ada merek-merek kecil yang duluan terjun ke gravel. Sekarang, merek-merek umum seperti Vittoria sudah merilis ban gravel.

Biasanya ban gravel adalah ban tubeless.

Ban Vittoria untuk gravel.

Ini seiring dengan evolusi wheelset. Zipp, Enve, dan Bontrager sekarang sudah merilis wheelset karbon khusus gravel. Ukuran sama dengan road, 700c, tapi dengan lebar internal ekstra untuk menampung ban-ban lebar. Biasanya diiringi dengan varian 650b, yang disebut lebih ideal bagi pesepeda gravel berbadan kecil, yang sepedanya kecil.

Wheelset Bontrager untuk gravel.

Merek-merek bartape pun sekarang merilis bartape khusus gravel. Diklaim lebih empuk dan nyaman.

Dalam 1-2 tahun ke depan, perhatikan terus perkembangannya. Bakal makin banyak lagi produk-produk gravel beredar.

Dan bukan tidak mungkin, ini jadi kategori terbesar dunia. Bukan karena orang makin suka balapan gravel, tapi karena sepeda gravel sebenarnya adalah sepeda yang paling fleksibel.

Mau ke off-road, tinggal pasang ban lebar. Mau untuk nge-road biasa, tinggal pasang ban 25 mm atau 28 mm. Mau untuk pergi kerja? Bukan masalah. Mau untuk touring jarak jauh? Juga bisa karena sepeda gravel biasanya punya tempat untuk memasang spakbor/fender, serta tas-tas touring.

Sepeda gravel mudah dipasangi tas.

Karena sepeda gravel sebenarnya adalah sepeda Allroad. Kebetulan, nama “gravel” lebih ngetren. (azrul ananda/bersambung)

 

Populer

Solo Cycling Community, Antara “Gorengan” dan Dua Misi Wali Kota
Modifikasi Yeezy Boost Jadi Clipless  
Mark Cavendish Bertahan di Dimension Data dan Naik Sepeda BMC
Lima Tips agar Baterai Garmin Tahan Lebih Lama
Dicari, Penakluk Gunung Fatuleu Bersama Kupang Road Cycling
Lebih Ringan, Mulus, dan Universal
Mokumono, Frame Dari Plat Monokok Terinspirasi Mobil
Merah-Putih dan Wireless, Sepeda Sang Juara Dunia MTB Tujuh Kali
Pinarello Grevil+, Terjun All-Out di Arena Gravel Bike
Wiji dan Jasmine Kibarkan Merah Putih di Thailand