Khusus Anda peserta Tour de Borobudur (TdB) XIX 2019, ada sebuah pesan yang harus Anda perhatikan: Jangan lupa membawa sunblock. Sebab, selain medan yang cukup berat, Anda juga akan melawan panas terik matahari yang menyengat.
Hal itu diungkapkan Siti Atikoh, istri Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo. Dalam akun Instagramnya, Siti Atikoh mengingatkan peserta akan cuaca panas saat event berlangsung.
“Tantangannya adalah, panas dan melawan angin. Panasnya luar biasa. Suhunya mencapai 40 derajat celcius,” sebut Siti Atikoh dalam sebuah video yang diunggah di akun Instagram-nya.
Atikoh bisa mengatakan demikian karena dia memang berkesempatan menjajal rute TdB XIX 2019 bersama Ganjar Pranowo, akhir pekan lalu. Keduanya juga akan menjadi peserta di TdB tahun ini.
TdB XIX 2019 sendiri dilaksanakan 2-3 November. Panjang rutenya 250 kilometer. Dibagi dalam dua etape, TdB XIX 2019 akan start di Kota Semarang, dan finis di Candi Borobudur, Magelang.
Etape pertama akan menempuh jarak 150 kilometer. Start dari Gereja Blenduk Semarang, dan finis di De Tjolomadoe, Karanganyar, Sabtu (2/11). Ada empat titik pit stop di Alun-alun Masjid Demak, Lapangan Gubug di Kabupaten Grobogan, RM Nusa Sembilan di Kabupaten Semarang, dan Balai Kota Salatiga.
Menurut Lo Tik Yong, komandan Samba sebagai penyelenggara TdB, rute cenderung flat pada 70 kilometer pertama.
Medan tanjakan dimulai dari SMK Islam Kedungjati, Grobogan, hingga Bringin, Kabupaten Semarang. Medannya rolling. Panjangnya 11 kilometer dengan tingkat kemiringan mencapai 14 persen.
“Betul yang dikatakan Bu Atikoh, lawannya memang cuaca yang sangat panas. Sampai 40 derajat celcius. Jalannya cor pula, jadi tambah panas,” sebut Ko Chay, sapaan akrab Lo Tik Yong. Nantinya para cyclist akan menyusuri hutan jati yang meranggas. Serta ladang jagung yang kering.
Ko Chay mengungkapkan, ini adalah rute baru yang belum pernah dilewati pada TdB edisi sebelumnya. Ia mengimbau para peserta berhati-hati melewati medan tanjakan ini. Karena jalan baru, pengerjaan di kanan dan kiri jalannya masih belum sempurna.
Setelah dibikin ngos-ngosan akibat menanjak mulai Grobogan hingga Kabupaten Semarang, cyclist akan disuguhi rute mendatar hingga garis akhir di De Tjolomadoe. “Rute merdeka itu. Karena medannya menurun sampai finis,” bilangnya.
Etape kedua dilangsungkan Minggu (3/11). Total panjangnya adalah 100 kilometer. Peserta akan start dari De Tjolomadoe, dan finis di Candi Borobudur. Ada dua pit stop di Candi Sewu, dan Sub Terminal Agribisnis di Kabupaten Sleman.
Selain itu, terdapat pula dua titik water station di Balai Desa Wukirsari di Sleman, dan Balai Desa Sriwerdari di Magelang. Medannya cenderung flat hingga 42.5 kilometer pertama.
Setelah itu, para cyclist akan dibawa menanjak mulai dari Candi Sewu hingga Cangkringan. Panjangnya sekitar 14 kilometer, dengan tingkat kemiringan maksimal mencapai 7,5 persen.
Etape kedua memang lebih ringan jika dibandingkan dengan hari pertama. Jaraknya pun lebih pendek. “Tantangannya masih sama, yaitu cuaca. Sebab panasnya mencapai 39 derajat,” ujar Ko Chay.
Karena rutenya yang panjang, serta panas yang menyengat, pihak penyelenggara mengimbau peserta untuk mempersiapkan diri dengan baik. “Jangan sampai dehidrasi. Yang tak kalah penting, jangan lupa bawa sunblock,” pesannya.(mainsepeda)
Foto: Dokumentasi Samba