Etape pertama Tour de Borobudur (TdB) XIX 2019 berjalan mulus. Menempuh jarak 163 kilometer dengan total elevasi 1245 meter, para cyclist dihadapkan pada cuaca yang unpredictable. Mulai panas terik hingga hujan yang cukup lebat.
TdB 2019 dimulai dari Kota Lama Semarang, Sabtu (2/11) pagi. Sekitar 500 cyclist dari berbagai daerah di Indonesia, serta luar negeri, start di depan Gereja Blenduk. Gereja yang didirikan pada 1753 ini merupakan salah satu ikon di Semarang.
Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo berada di barisan terdepan. Selain Ganjar, tampak pula Kapolda Maluku, Irjen Pol. Royke Lumowa, dan CEO PT DBL Indonesia, Azrul Ananda.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berada di barisan depan (empat dari kiri) bersama Kapolda Maluku, Irjen Pol. Royke Lumowa (lima dari kiri), dan CEO PT DBL Indonesia, Azrul Ananda (tiga dari kiri)
“Ini adalah kota lama yang sangat indah. Saya sebenarnya sengaja (memilih) start di sini agar kelak kemudian bapak, dan ibu tidak hanya bersepeda, tetapi juga piknik ke sini,” bilang Ganjar kepada para cyclist.
Dari Semarang, peserta TdB bergerak menuju pit stop pertama di alun-alun Masjid Demak. Jaraknya 34 kilometer. Pada 10 kilometer akhir, adu sprint yang dimulai di depan Varia Usaha Beton di Kecamatan Sayung, hingga alun-alun Masjid Demak.
Tetiba di pit stop pertama, para cyclist disambut oleh Wakil Bupati Demak, Joko Sutanto. Mereka disuguhi aneka jajanan pasar dan polo pendem. Peserta juga dipersilahkan untuk mengisi air di puluhan galon yang disediakan oleh panitia.
Sebagaimana diketahui, kali ini TdB mengusung tema go green. Oleh sebab itu, Semarang Bicycle Association (Samba) sebagai penyelenggara tidak menyediakan air mineral dalam kemasan botol plastik. Sebagai gantinya, peserta mengisi ulang wadah minumannya dari galon yang disediakan panitia.
Setelah beristirahat sejenak, perjalanan dilanjutkan menuju pit stop kedua di Api Abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan. Bupati Sri Sumarni beserta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Grobogan ikut menyambut di sana.
Api Abadi Mrapen memiliki sumber api yang tak pernah padam. Api ini juga yang digunakan untuk Asian Games 2018 lalu. Para peserta memanfaatkan kesempatan ini untuk berfoto di depan sumber api itu.
Setelah melemaskan otot, para cyclist harus menaklukkan medan rolling sepanjang 11 kilometer. Dari Kedung Jati di Grobogan, hingga Bringin di Kabupaten Semarang. Tingkat kemiringan mencapai 14 persen.
Medan naik-turun ini rupanya membuat Gubernur Ganjar Pranowo memeras keringat. Apalagi cuacanya cukup panas. Meski demikian, ia berhasil mencapai puncak King of Mountain (KOM) dengan mulus.
Ganjar ketika berhasil sampai puncak King of Mountain (KOM).
“Tanjakan ini bukan sekadar berat sekali, tapi berat dua kali,” bilang Ganjar saat beristirahat di pit stop ketiga di RM Nusa Sembilan, Kabupaten Semarang.
Setelah rute melelahkan dari Grobogan ke Kabupaten Semarang, peserta disuguhi rute ringan hingga pit stop keempat di Balai Kota Salatiga. Selain medan yang minim tanjakan, hujan deras yang mengguyur Salatiga membuat suasana lebih sejuk.
Wali Kota Salatiga, Yulianto menyambut para peserta di balai kota. Sajian asem-asem sandung lamur yang hangat, serta tim ayam, dan bakmi goreng, sangat pas disantap saat hujan. Lezat.
Perjalanan dilanjutkan ketika hujan mulai reda. Para cyclist menempuh perjalanan sejauh 46 kilometer. Dari Salatiga menuju garis finis di De Tjolomadoe, Karanganyar. Kapolda Maluku, Irjen Pol. Royke Lumowa tampak finis di rombongan terdepan.
“Ini kali ketiga saya mengikuti Tour de Borobudur. Rutenya selalu berubah. Medannya cukup menarik. Saya tadi sempat menyentuh speed 47 kilometer per jam saat sprint di Demak,” ucap mantan Kakorlantas Polri itu.
Ernest Fardiyan Syarif, gitaris grup musik Cokelat juga tampak dalam rombongan yang finis di De Tjolomadoe. Ernest mengaku baru kali pertama mengikuti Tour de Borobudur. Ia menilai balapan ini adalah event yang menyenangkan dengan rute menantang.
“Kebetulan saya pernah gowes Jakarta-Bali 1.200 kilometer. Ini adalah jalur yang saya lewati pada saat itu,” ucapnya. “Mudah-mudahan saya bisa ikut lagi tahun depan,” harap suami Nirina Zubir ini.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dioles sunblock oleh sang istri, Siti Atikoh
TdB 2019 akan berlanjut, Minggu (2/11) pagi. Etape kedua menempuh jarak 100 kilometer. Start dilakukan di De Tjolomadoe, dan finis di Candi Borobudur, Magelang. Ada dua pit stop di Candi Sewu, dan Sub Terminal Agribisnis di Sleman.
Selain itu, penyelenggara juga menyediakan dua water station di Balai Desa Wukirsari di Sleman, dan di Kecamatan Ngluwar, Magelang. Para etape kedua ini, jumlah peserta meningkat menjadi 1.700 cyclist.
Hendra Dharmanto, Wakil Ketua TdB 2019 menjelaskan, etape kedua ini memang lebih ringan jika dibandingkan dengan hari pertama. Selain itu, jaraknya juga lebih pendek. Tingkat kemiringan maksimalnya ‘hanya’ 9.3 persen.
“Besok itu lebih ke pesta rakyat. Kami sudah mempunyai beberapa taktikal yang harus dijalankan. Sebab kami akan melintasi car free day di Klaten,” jelas Hendra. (mainsepeda)
Hasil Intermediate Sprint
1. Dani Chika Daya (Semarang)
2. Hariyadi (BRCC)
3. Bagus Hermawan (CBC)
Hasil King of Mountain (KOM) Under 34 tahun
1. Zein Fiqri Habibie (BRCC)
2. Naufal Faris (Jamboel)
3. Bague Hermawan (CBC)
Hasil King of Mountain (KOM) 35-39 tahun
1. Edy Susanto (MCC Kudus)
2. Subhan (CJPC)
3. Yohanes Viktor Hadi (Ratjoen CC)
Hasil King of Mountain (KOM) 40-44 tahun
1. Gunawan Indro Prasetyo (SCC-Happy Monday)
2. Dwi Ratsongko (Samba)
3. Eka Mohamad Hadi (BRCC)
Hasil King of Mountain (KOM) 45-49 tahun
1. Tarmin Hadiwiyono (Jokindo Sragen)
2. Rudy S. Rustanto (Ratjoen CC)
3. Hendro Gunadi (SCC)
Hasil King of Mountain (KOM) 50-54 tahun
1. Suyatno (LACC)
2. Guntur Priambodo (BRCC)
3. Slamet Andrian (SKK)
Hasil King of Mountain (KOM) 55 tahun - Up
1. Antonius Haryono (JRCC)
2. Hartadi (Polybar)
3. Goh Gam Seng (Singapura)
4. Irjen Pol. Royke Lumowa (Polda Maluku)
Hasil Queen of Mountain (QOM) Under 36 tahun
1. Catarina Budyono (Mataram)
2. Maria Dea (Jogjakarta)
3. Maudy Margareth Angelic (Khepo CC)
Hasil Queen of Mountain (QOM) 37 tahun Up
1. Christin Wijaya (KGB)
2. Susilawati (Milagro)
3. Dewita (Jakarta)
FOTO: Dewo Pratomo dan tim mainsepeda.com