Laksmarion Moll mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk BMX. Ia masih aktif membalap meski usianya sudah menginjak 42 tahun. Rion-sapaan akrabnya juga menjadi pembina di sebuah akademi BMX di Banyuwangi.
Kecintaan Rion terhadap BMX bermula saat usia 9 tahun. Kala itu ia sering melihat ajang motocross di Banyuwangi. Kebetulan orang tuanya adalah promotor event tersebut. Lambat laun Rion pun tertarik untuk menggeluti olahraga ektrem itu.
Namun, Rion tidak mendapat restu dari orang tua untuk terjun di motocross. Terlalu berisiko, katanya. Sebagai gantinya, ia dibelikan BMX. “Kata orang tua saya, kedua olahraga ini mirip. Cuman yang satu pakai sepeda, yang satu motor,” ucap Rion.
Berbekal sepeda hadiah orang tuanya itu, Rion kecil mulai aktif berlatih. Ia beruntung karena kala itu Banyuwangi memiliki tujuh sirkuit BMX yang tersebar di berbagai titik. Sehingga ia bisa merasakan berbagai macam variasi lintasan.
Setelah berlatih selama kurang lebih tiga tahun, Rion akhirnya mengikuti kejuaraan BMX pertamanya di Banyuwangi pada 1992 silam. Saat itu ia duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Rion berhasil menjadi juara pertama di ajang perdananya.
“Setelah itu saya direkomendasikan untuk di dunia sepeda saja. Ternyata keterusan sampai sekarang. Saya sebetulnya pernah mencoba hobi yang lain. Akan tetapi, Saya baru menemukan kepuasa ya di BMX ini,” ungkapnya.
Rion mengaku mendapatkan banyak pelajaran dari BMX. Ilmu terbesar tentu saja masalah sportivitas. Rion belajar untuk tidak menyombongkan diri ketika menang. Serta belajar untuk mengapresiasi lawan ketika kalah.
“Nilai itu pula yang saya ajarkan ke anak didik saya. Kebetulan saya juga turun di dunia pendidikan,” aku pria yang menjabat sebagai kepala sekolah di SD Katolik Bhakti Rogojampi itu.
Walaupun sudah memasuki usia di atas 40 tahun, Rion tidak menghentikan aktivitasnya di lintasan BMX. Ia masih aktif membalap hingga ke luar negeri. Tahun depan Rion berencana mengikuti sebuah kejuaraan di Australia.
“Semakin ke sini semakin tidak bisa berhenti. Saya cinta BMX karena olahraga inilah yang menantang adrenalin saya. Begitu di garis start, bersama dengan tujuh pembalap lainnya, saya tertantang untuk jadi yang tercepat. Yang terbaik,” bilangnya.
Ia tak peduli meski kerap mendapatkan cibiran dari rekan-rekannya. Maklum, tubuhnya memang bongsor. Sementara ukuran sepeda BMX relatif kecil. “Katanya sudah tua masih bermain sepeda kecil,” kata Rion.
“Sebetulnya risih. Tapi saya nggak mau mendengarkan omongan orang. Bagi saya, inilah kehidupan saya. Saya menemukan sebuah kenikmatan di sini,” tegas Rion,” imbuhnya.
Selain aktif membalap, Rion juga menjadi pembina di sebuah akademi BMX di Banyuwangi. Kehadiran Sirkuit BMX Muncar yang berstandar internasional, membuat Rion semakin semangat untuk menularkan ilmu ke anak-anak Banyuwangi.
“Tugas saya adalah melakukan pembibitan di sini. Sebab, sangat disayangkan kalau sudah memiliki sirkuit bagus, standar internasional, tetapi tidak dimanfaatkan dengan maksimal,” ujarnya.(mainsepeda)
Foto: Dokumentasi Pribadi Laksmarion Moll