Dalam hal penonton balap sepeda, mungkin tidak ada yang bisa mengalahkan fanatisme orang Belgia. Khususnya saat Tour of Flanders, balapan terbesar di negara tersebut, yang tahun ini berlangsung pada Minggu, 1 April. Sorakan penonton semakin membuat seru tantangan rutenya, yang dibumbui begitu banyak “hellingen,” alias tanjakan-tanjakan curam berbatu.
Tour of Flanders (nama aslinya Ronde van Vlaanderen) merupakan salah satu balapan one-day terbesar di dunia, termasuk satu dari lima balapan “Monument.” Jalanan yang sempit berliku, tanjakan-tanjakan curam berbatu, menjadi ciri utama rutenya. Untuk menang di sana sang pembalap harus benar-benar jadi strong man.
Nama-nama besar telah menorehkan sejarah di “De Ronde.” Sebut saja Tom Boonen, Fabian Cancellara, Peter Sagan, dan pemenang tahun lalu Philippe Gilbert. Semua adalah strong man di arena cycling.
Untuk bisa menang di Flanders, kuncinya adalah mampu bertahan di depan atau bahkan melarikan diri di beberapa hellingen utama.
Ada beberapa nama tanjakan berbatu yang harus selalu diingat. Antara lain Muur van Geraardsbergen alias Kapelmuur, Oude Kwaremont, dan Paterberg.
Yang disebut pertama itu, Kapelmuur, merupakan salah satu lokasi paling fotogenik dalam sejarah cycling. Para pembalap harus melewati tanjakan curam berbatu dan berkelok, dan di puncaknya menghadap sebuah gereja sebelum kembali turun ke bawah. Panjang tanjakan hanya sekitar 1,1 km, tapi kemiringan rata-ratanya 9,3 persen, dengan titik tercuram 19,3 persen.
John Boemihardjo menaklukkan tanjakan Paterberg
Penulis dan sejumlah teman pernah “berwisata sepeda” ke rute Flanders ini pada 2015 lalu. Dan Kapelmuur merupakan yang paling mengasyikkan. Saking serunya, kami bergantian naik turun tanjakan ini. Seperti naik roller coaster!
Dulu, Kapelmuur merupakan salah satu tanjakan penentu Flanders. Setelah sempat absen beberapa tahun, pada 2018 ini Kapelmuur kembali digunakan. Walau tidak lagi menjadi tanjakan kunci karena ditempatkan di tengah-tengah rute 262 km lomba. Meski demikian, pemandangan pembalap bersaing menanjakinya tetap menjadi salah satu tontonan terindah di cycling.
Dua tanjakan berikutnya, Oude Kwaremont dan Paterberg, jelas akan menjadi tanjakan yang bisa menentukan kemenangan. Keduanya akan dilewati dua kali di sepanjang lomba, dan Paterberg bisa menjadi tanjakan penentu juara karena dilewati kali kedua menjelang finis.
Oude Kwaremont tidaklah menyeramkan. Walau berbatu dan panjang di kisaran 2 km, kemiringannya masih “jinak.” Justru Paterberg yang superseru. Panjang hanya 400 meter, tapi kemiringan rata-ratanya 12 persen, dengan kemiringan maksimal 20 persen!
Sejumlah cyclist asal Indonesia menanjak Kapelmuur
Biasanya, ketika sudah mencapai Paterberg untuk kali kedua, peloton sudah terpecah-pecah. Kelompok terdepan lantas “berantakan” lagi di sini. Dia yang mampu melarikan diri di Paterberg, lalu bertahan di depan, seringkali jadi pemenang. Seperti yang dilakukan Fabian Cancellara, Peter Sagan, dan lain-lain.
Jadi, kalau sempat menonton Tour of Flanders tahun ini, jangan lewatkan 100 km terakhir. Di mana para pembalap mulai saling menyerang, saling mencoba meninggalkan pesaing.
Seperti biasa, Peter Sagan (Bora-Hansgrohe) akan jadi unggulan utama, apalagi setelah memenangi lomba pemanasan Gent-Wevelgem Minggu, 25 Maret, lalu. Pesaing utamanya adalah Greg Van Avermaet (BMC), yang selalu tampil konsisten di lomba-lomba berat seperti ini. Jangan lupakan juga pemenang tahun lalu, Gilbert (Quick-Step Floors).
Kuda hitam? Siapa saja bisa mencuri kemenangan, apalagi kalau terjadi kecelakaan-kecelakaan mengejutkan.
Tapi, satu nama bakal mendapat sorotan khusus di Flanders 2018. Yaitu Wout Van Aert, sang juara dunia tiga kali cyclocross. Pembalap tuan rumah ini telah tampil mengejutkan di beberapa lomba sebelumnya, termasuk finis ketiga di Strade Bianche.
Wout Van Aert yang digadang-gadang bisa jadi calon juara di Tour of Flanders
Tampil bersama Verandas Willems-Crelan, Van Aert berharap bisa kembali meraih hasil baik di Flanders, walau rutenya disebut sangat-sangat berat bagi pembalap dengan background cyclocross seperti dirinya.
“Saya telah tampil baik di beberapa pekan terakhir, dan saya merasa nyaman. Mungkin saya harus punya ambisi finis di urutan sepuluh besar,” ucap pembalap yang baru berusia 23 tahun itu. (azrul ananda)