Budi Suyanto memang suka bersepeda. Selama satu dekade terakhir ia acap kali gowes menggunakan sepeda gunung (MTB). Dalam jangka waktu itu pula ia memendam ketertarikan ke jenis sepeda lain, yakni road bike. Hingga pada awal tahun ini ia membuat keputusan bulat untuk hijrah ke road bike.
Budi pun mulai berburu road bike yang cocok untuknya. Ia bertanya kanan-kiri, ke kawan dan kolega. Oleh seorang cyclist dari Banyumas yang akrab Oom Go Liem, Budi dianjurkan memilih Wdnsdy. Alasannya simpel. Wdnsdy adalah brand sepeda lokal, berkualitas, dan harga yang ramah kantong.
"Banyak merek yang wah saja, tapi kualitasnya belum tentu lebih baik. Oom Go Liem juga bilang kalau banyak temannya yang pakai Wdnsdy dan semuanya memiliki kesan positif. Selain itu saya juga baca beberapa artikel tentang Wdnsdy. Menurut saya ini sepeda ini bagus," cerita Budi.
Budi Suyanto, cyclist asal Purwokerto, Banyumas
Budi lantas menghubungi Yan Adi Christanto dari Wdnsdy Bike. Semula ia menginginkan Wdnsdy AJ1 AASoS Black Gold Special Edition Azrul Ananda. Tapi ketika tahu bisa custom, maka Budi memutuskan membikin Wdnsdy AJ1 versinya sendiri.
"Saya ingin custom yang beda, tidak cuma cap saja. Kalau bisa ada nilai dan kesan seninya," bilang bapak dua anak itu.
Budi pun diarahkan untuk menghubungi Nurmi Pandit, seorang cyclist sekaligus seniman sepeda. Pandit adalah pengelola Paint Killer yang tersohor itu. Setelah beberapa kali berkomunikasi dengan Pandit, Budi menemukan ide untuk mengangkat cerita Azrul Ananda dalam membangun Wdnsdy.
"Saya tidak pernah ketemu Mas Azrul. Tapi saya banyak baca tentangnya dan saya juga salut dengan ayahnya, Pak Dahlan Iskan. Dari situ minta dibikinkan frame yang mengangkat perjalanan Mas Azrul hingga bikin Wdnsdy AJ1," ungkap cyclist kelahiran Purwokerto, Banyumas itu.
Budi Suyanto mengaku mengagumi Azrul Ananda
"Terus terang saya kagum dengan perjalanan Mas Azrul. Dari seorang yang senang sepeda, keliling dunia, mencoba berbagai sepeda, sampai bisa bikin satu sepeda dengan kualitas bagus tapi tidak terlalu mahal. Dari situ saya mulai merasa bangga kepada beliau," aku Budi.
Soal desain, Budi memberikan kebebasan ke Pandit. Budi menginginkan Pandit menyalurkan kreativitasnya di frame Wdnsdy AJ1 miliknya. Hasilnya sungguh luar biasa. Sebuah frame elegan berwarna cokelat gold dengan gradasi hitam kecokelatan. Aksen gold leaf di pattern dan logo menambah kesan wah di frame ini.
"Waktu saya lihat hasil akhirnya, saya merasa cocok dan puas. Ada kenangan yang diceritakan di sepeda ini," bilang cyclist 48 tahun tersebut.
Budi Suyanto minta frame sepedanya ditandatangani langsung oleh Azrul Ananda
Prosesnya tak berhenti di sini. Budi ingin frame sepedanya ditandatangani langsung oleh Azrul Ananda. Tanda tangan asli, bukan hasil scan. "Nanti Mas Pandit sendiri yang akan ke Surabaya untuk memintakan tanda tangan. Saya juga ingin ke Surabaya, tapi waktunya yang belum pas," terangnya.
Menurut Nurmi Pandit, proses pengerjaan frame milik Budi memakan waktu sebulan. Sebelum digarap, Pandit melakukan wawancara terlebih dulu dengan Budi. Ia bertanya banyak hal dan sangat mendetail. Mulai dari keluarga, latar belakang pendidikan, hingga pekerjaan.
"Semua ini dikarenakan kami ingin tahu betul seperti apa karakter dari pemilik frame. Ini akan mempermudah kami untuk memilih warna, pattern, dan hal-hal lainnya," ungkap pria lulusan Swinburne National School of Design Melbourne itu.
Kemudian ia menyodorkan sejumlah referensi sebagai bahan diskusi. Tujuannya untuk menyatukan persepsi dengan klien. Bila hal-hal ini sudah terpenuhi, selanjutnya adalah proses desain layout. Di sini Pandit membikin beberapa desain untuk dipilih oleh Budi.
Karena Budi ingin menampilkan perjalanan Azrul Ananda di Wdnsdy, maka Pandit menghubungi menejemen agar bisa mendapatkan materi-materi yang bisa ditampilkan di layout sepeda. "Cukup rumit karena banyak layer dan pattern yang harus kami buat. Oleh karena itu memakan waktu sebulan penuh," terangnya.
Desain awal frame custom milik Budi berwarna hitam dan putih
Pandit mengungkapkan, semula frame sepeda milik Budi dibikin dengan warna hitam putih. Dalam pengerjaan ia mencoba menyampurnya dengan cokelat gold. Pandit mengaku terinspirasi oleh mobil Porsche 911 dengan corak serupa. Keputusan yang tepat karena cokelat gold membuat frame milik Budi kian menawan.
"Kami coba campur dengan cokelat gold karena sepertinya matching dengan gold leaf-nya di pattern dan logo," ungkap pria kelahiran 1976 ini. "Proses pengecatannya menggunakan multiteknik. Tapi biarin itu menjadi dapur Paint Killer," imbuhnya seraya tertawa.
Sementara itu, founder Wdnsdy Bike Azrul Ananda mengungkapkan, desain custom milik Budi yang digarap oleh Pandit ini membuat pihaknya terharu sekaligus malu.
"Ada pihak yang begitu mengapresiasi kami dalam mengembangkan sepeda performance Indonesia, sehingga mengabadikannya dalam desain frame yang begitu spektakuler. Kami malu, karena kami sendiri tidak membuat yang seperti ini. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pak Budi dan Mas Pandit. Ini terus memotivasi kami untuk terus mengembangkan Wdnsdy dan menghadirkan produk-produk lebih baik lagi," terang Azrul. (mainsepeda)
Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 18
Audionya bisa didengarkan di sini
Foto: Paintkiller, Dokumentasi Budi Suyanto