Sepeda lipat merek Brompton asal Inggris ini menarik perhatian penyuka sepeda Indonesia. Selain fungsinya, bentuknya juga trendy. Selain itu, pemilik Brompton sering membuat acara yang heboh sehingga rasa kekeluargaan mereka sangat kuat.
Pramadi Wardhana, dari Velomix Bike Shop Surabaya berkesempatan mengunjungi pabrik Brompton di London, Inggris. Ternyata tidak susah karena pabrik Brompton tidak jauh dari pusat kota London.
Pramadi Wardhana bersama Will Butler-Adams, CEO Brompton.
Dari Hotel Holiday Inn Ealing London, Pram hanya memerlukan dua kali naik bus menuju pabrik yang berada di kawasan Greenford. “Naik bus dari halte di depan hotel. Perjalanan cukup 30 menit sudah sampai,” tutur pria ramah ini. Ini adalah pabrik baru, sebelumnya, pabrik Brompton berada di kawasan Brentford.
Sebelum ke pabrik, Pram sudah membeli tiket museum anda factory tour seharga £25 yang bisa dibeli via online. Istimewa lagi, pengunjung tour ditemani langsung oleh Will Butler-Adams, CEO Brompton.
Will mengawal keliling museum Brompton sambil menceritakan tentang awal pembuatan sepeda Brompton. Mulai dari sepeda lipat Brompton pertama yang didesain oleh Andrew Ritchie tahun 1975.
“Brompton pertama ini masih menggunakan lipatan di tengah. Tapi kami terus berinovasi agar lebih simpel, efektif, dan efisien sehingga ditemukan lipatan paling sempurna tahun 1981. Digunakan hingga hari ini,” tutur Will. Dia juga membanggakan sepeda Brompton elektrik yang merupakan proyek kebanggaan karena mengikuti perkembangan jaman.
Selanjutnya, selepas dari museum Brompton, giliran Tommy, salah satu staff Brompton memimpin factory tour. “Mayoritas pembuatan dan perakitan Brompton ini dikerjakan oleh tangan manusia. Bukan mesin,” tutur Pram kagum.
Factory tour dimulai dari melihat pipa besi yang digunakan sebagai rangka utama Brompton. Lalu dilanjutkan dengan bagian pemotongan dan pengelasan. “Semua bagian sambungan Brompton itu dilas dengan tangan. Setiap pekerja bertanggung jawab dengan frame sepeda yg dikerjakannya. Ditandai dengan adanya kode dua huruf besar di setiap frame,” tutur Pram.
Selanjutnya, tour ke bagian pengecatan. Di sini, bagian frame dan hinge yang sudah dilas itu lalu dicat berdasarkan pemesanan dari diler ataupun pemesan pribadi yang masuk pada web brompton.com.
“Nah, disinilah baru nampak peran mesin. Mulai dari pencampuran cat hingga proses pengecatannya menggunakan robot,” tutur Pram. Setelah dicat, memasuki bagian akhir yakni perakitan.
Pada bagian ini, ada 17 mekanik yang merakit Brompton berdasarkan pesanan yang masuk pada form order berdasarkan macam speed dan warna. Bagian pertama yang dirakit adalah main frame dan head tube yg dijadikan satu dengan memasang bagian hinge-nya.
Lantas bottom bracket dan seterusnya hingga selesai menjadi sepeda lipat yang siap dikendarai. Setiap mekanik diberi waktu 3 menit dari awal hingga pengepakan dan siap dikirim ke berbagai negara.
Di bagian akhir perakitan terdapat layar yang menunjukkan jumlah Brompton. Di situ terlihat target dan sudah berapa Brompton yang diselesaikan. Setidaknya mereka harus merakit 14 Brompton per jam.
Factory tour ini berakhir di balkon yang bisa melihat semua bagian pabrik dari atas. Di sini bisa ngobrol lebih santai tentang Brompton dan berfoto bersama staff Brompton. Menurut Will, saat ini pabrik Brompton di Greenfort ini memproduksi 40.000 sepeda per tahun. Dan sejak 2013, karyawannya meningkat dari 24 orang menjadi 190 orang. (mainsepeda)