Alasan bersepeda? “Saya mau makan enak tanpa rasa bersalah!” cetus Stevanus Andre spontan. Sejak muda, memang Andre sudah gemar berolahraga. Basket jadi pilihan pertama.
Tapi dirasa kurang memberikan efek olahraga kardio, Andre beralih ke renang dan sepeda. “Juga aman untuk lutut,” bilangnya. Untuk itu, sejak 2007, Andre konsisten dan serius bersepeda.
Awalnya menggunakan mountain bike merek Mosso dan Kona tipe hardtail. “Ikut-ikutan teman yang saat itu bersepeda menggunakan mountain bike. Saya mikirnya, asal bisa berolahraga dan buang kalori jadi bisa makan enak lagi,” ujar Andre sambil terbahak.
Lambat laun, tren bersepeda beralih ke road bike. Andrepun tidak mau ketinggalan. Sekitar tahun 2009, Andre meminang road bike pertamanya. Giant TCS Advanced SL berbahan karbon.
“Ternyata lebih enak pakai road bike. Lebih ringan jadi enteng dibawa ngebut. Beda banget dengan gowes dengan MTB yang berat. Selain itu juga seru bisa kebut-kebutan,” tutur pengusaha muda ini.
Kegilaannya bersepeda menjadi-jadi sejak 2016. Dirinya seolah menemukan “pacar” baru yakni road bike berbahan besi. Buatnya, road bike berbahan besi itu seperti mempunyai nyawa.
“Sepeda besi itu nyaman, tidak kaku, dan bisa ngikutin cyclistnya. Selain itu juga lebih artisan, lebih artistik bentuknya. Kuat nuansa seni,” puji Andre.
Menurutnya, setiap sepeda pasti memiliki karakter berbeda. Tapi satu yang menyamakan. Sepeda besi itu nyaman bisa meredam getaran jalan dengan baik!
Perburuannya atas steel bike terus berlanjut. Saat ini, Andre memiliki banyak sepeda berbahan besi. Andre juga memiliki sepeda Pegoretti Responsorium Ciavete yang sangat disayanginya. Sepeda karya maestro dunia, Dario Pegoretti itu.
Andre “tidak berani” rewel saat beli Pegoretti itu. Saat ada koneksi menginfokan ada Pegoretti dijual, pertanyaan pertama Andre adalah size.
“Begitu saya tahu sizenya cocok dengan saya, tanpa berpikir saya iyakan untuk membelinya. Tidak tahu warna maupun coraknya! Pasrah aja. Pokok itu Pegoretti! Maklum sudah menginginkannya lama,” cerita Andre yang mempercayakan perakitan dan perawatan ditangani tim sendiri ini.
Beruntung, Pegorettinya sangat indah. Bewarna dasar merah dengan beberapa aksen garis-garis khas Dario. “Semakin cinta dengan Pegoretti karena sesuai dengan warna kesukaan saya,” bangga ayah lima orang anak ini.
Saking sayangnya, Andre memperlakukan khusus Pegorettinya. “Tidak pernah dibawa gowes jauh karena sayang banget. Lalu setiap selesai gowes pasti dilap hingga bersih. Bagian dalam diberi cairan anti karat,” tukasnya.
Saat ini di garasi rumah maupun kantor berjajar sepeda Pegoretti Responsorium Ciavete, Pinarello Banesto Team, Pinarello Banesto Tig, Tommasini x Fire, Concore Jubileum, Fausto Coppi, Eddy Merckx MX Leader dan Gazelle.
Menurutnya karakter sepeda Pegoretti itu reponsif cocok buat ‘balapan’ sedangkan Tommasini x Fire cocok untuk turing.
Andre tidak sembarangan memilih komponen terutama untuk sepeda-sepeda besinya. Menurut pria berusia 37 tahun ini, sepeda besi cocok dipadukan dengan grupset Campagnolo.
“Bentuk frame sepeda besi biasanya tidak aneh-aneh. Cenderung biasa dan berbau klasik. Jadi cocoknya dengan Campagnolo,” alasan warga Surabaya timur ini.
Meski mencintai sepeda besi, tapi Andre juga mengikuti jaman now. Sepeda karbonpun dimilikinya. “Cukup dua saja yang karbon. Cipollini NK1K dan Wdnsdy AJ1,” ujar Andre.
Selain itu, Andre juga memiliki sepeda Colnago CT2 yang berbahan karbon titan dan Nevi Spinas yang berbahan titanium. “Tetap aja ada unsur steel-nya,” tukas Andre.
Meskipun saat ini Andre fokus pada keluarga dan pekerjaan, tetapi hati kecilnya dan jari-jemarinya tidak pernah lepas dari steel bike. “Browsing sepeda besi masih berlanjut. Pingin banget punya Passoni, Legend by Bertoletti, Speedvagen dan sepeda-sepeda artisan lain,” tutupnya. (mainsepeda)