Sedari kecil sekolah, kuliah dan bekerja di negeri Belanda membuat Misty Diansharira kangen akan gowes. Maklum, 10 tahun tinggal di kota Heemskerk dan 8 tahun di Amsterdam, Misty selalu menggunakan city bike kemana-mana
Begitu balik ke Jakarta, rasa rindu bersepeda menyergapnya. Apalagi dilihatnya banyak sekali cyclist di Jakarta. Sohibnya, Amanda Cininta berjasa besar mengantar beli sepeda dan menemani Misty gowes.
Misty (kanan) bersama Amanda Cininta (kiri).
“Di Belanda, saya menggunakan sepeda city bike. Pertama kali di Indonesia, saya pakai sepeda hybrid merek Specialized. Lalu ketika gowes bersama Mandy yang pakai road bike, membuat saya makin penasaran dan ingin ganti road bike,” tutur ibu dari Liron dan Yael ini.
Ada perbedaan fungsi sepeda itu yang membuat Misty agak bingung. Di sana, sepeda digunakan untuk transportasi. Benar-benar berfungsi sebagai kendaraan ke kantor, sekolah, supermarket bahkan hangout. Tapi di sini, sepeda sebagai sarana olahraga bahkan mejeng,” ujar Misty lantas tertawa.
Sejak 2016, istri Richard Lasut jatuh cinta bersepeda di Indonesia. Menurutnya, dengan sepeda dirinya bisa pergi ke tempat-tempat yang unik, bagus, sekaligus fotogenik. Beruntung, sang suami yang tidak suka gowes tapi mendukung hobi Misty bahkan ikut menemani Misty lomba atau turing apabila ada waktu senggang.
“Berbeda dengan gowes di Belanda. Gowes di Indonesia banyak teman karena banyak komunitas yang bisa saya ikuti. Jadi kita tidak merasa sendiri dan lebih nyaman,” bangganya.
Selain itu, Misty memang doyan dengan olahraga endurance dan sepeda paling cocok. “Lebih enak daripada lari. Lari seperti disiksa. Bersepeda ada relaksasinya jadi lebih enjoy,” alasannya.
Menggunakan Cervelo R3, Misty ikut gowes bersama teman-temannya seminggu bisa dua hingga tiga kali. Biasanya looping ke Sudirman atau tarkam. Kadang juga Misty ikut grup ride yang long ride hingga Pluit dan Alam Sutera.
“Pernah saya gowes rute Citos Bogor Citos beberapa kali dan nanjak ke KM0. Yang keren gowes ke Pura. Jadi kita loading dulu ke Bogor lalu gowes nanjak ke Pura,” ujar perempuan kelahiran 16 November ini.
Misty mengaku bersyukur bisa merasakan gowes dari sisi berbeda dari yang dirasakannya selama 18 tahun terakhir di negeri Belanda. Semua rute di Indonesia sangat menakjubkan mata. “Juga mengagetkan kaki karena kadang tanjakannya nyiksa banget, tapi ngangenin!” tuturnya lantas tertawa.
Tapi, kadang Misty merasa kangen dengan fungsi sepeda yang sebenarnya yakni sebagai alat transportasi. “Di Belanda, saya biasa jemput dan boncengin anak teman, saya belanja, dan lainnya. Di sana, sepeda adalah kendaraan terbaik dibanding jalan kaki atau naik kendaraan umum. Saya merasa kangen bersepeda untuk kebutuhan sehari-hari seperti itu. Tapi tidak bisa dilakukan di Jakarta dengan Cervelo saya,” ujarnya sedih.
Apalagi yang membuat warga kawasan Cilandak Timur, Jakarta ini menyukai cycling? Makanannya! Misty sangat gemar makan. Meskipun bertubuh ideal dan langsing, tapi makan selalu jadi keharusan ketika gowes.
Waktu gowes di Girona, Spanyol, Misty rela gowes menanjak sejauh 50 km lalu ditutup dengan makan dulce de leche dan kopi. “Itu seperti kue tart khas café Pikika. Dan ini terkenal di antara cyclist!” tukas perempuan yang memimpikan seped Cervelo S5 dan Cinelli Superstar ini.
Misty (dua dari kiri).
Beda lagi saat gowes di Amsterdam. Saya gowes di pedalaman desa nelayan dekat Volendam. Di sana banyak terdapat kafe yang menyediakan es krim, cakes, dan kopi. “Paling terkenal adalah appletart-nya,” cerita Misty.
Nah, di Jakarta, penggemar bakmi ini selalu gowes yang ujung-ujungnya makan bakmi. “Kita hunting bakmi yang enak atau mencoba depot bakmi yang baru buka meskipun agak jauh tidak masalah,” tuturnya tertawa.
Misty punya impian gowes di Labuan Bajo dan Manado. “Saya dengar dari teman bahwa pemandangan dan tanjakan di Manado aduhai indahnya. Kulinernya pasti enak-enak juga, tuh!” tutupnya sambil berharap suatu hari bisa gowes di sana. (mainsepeda)