Tidak mau bingung mencari nama sebuah klub sepeda, Rajin Gowees Cycling Club (RGCC) mengambil nama dari tempat nongkrongnya. “Tiap ada acara gowes pasti ngumpulnya di kedai kopi RG Coffee milik Rioe Gu. Jadi kita putuskan pakai nama RG Cycling Club untuk klub kita ini,” tutur William Lolong, salah satu founder RGCC.
Dicocokkan dengan tema sepeda, “CC” adalah singkatan Cycling Club. “G” adalah singkatan Gowes. “Tinggal mencari singkatan dari ‘R’. Akhirnya ditemukan ‘R’ adalah Rajin karena memang manfaat bersepeda ini akan terasa apabila cyclistnya rajin,” tutur William.
William bersama empat orang teman yakni Rioe Gu, Frey Paul, Frits Zhu, dan Bambang Gyver kerap gowes bersama. Lalu, mereka rajin menggandeng anggota baru sehingga RGCC yang berawal dari lima cyclist berkembang menjadi 29 cyclist.
“Usia RGCC masih tiga bulan tapi kami sangat aktif merekrut anggota. Karena kami ingin mengajak orang menjadi sehat. Sekaligus mencari teman sehobi,” bilang Rioe.
Sebagai komunitas sepeda yang baru terbentuk, RGCC tidak cerewet membatasi anggota. Siapapun boleh bergabung, dengan sepeda apapun juga. Mau mountain bike, mau road bike semuanya welcome.
RGCC biasanya mengadakan ride bersama menuju ke Kabupaten Gorontalo, Isimu dan finis di bandara Jalaluddin. Cukup 60 km pergi pulang. Atau ada juga rute ke Gorontalo Utara dan finis di kantor Gubernur. Rute ini 100 km pergi pulang.
“Mencari tantangan menanjak? Bisa mencoba tanjakan Olele yang panjangnya sekitar 2 kilometer dengan gradien 7-12 persen. Di beberapa titik bisa mencapai 25 persen,” bilang William yang juga kerap gowes menanjak ke Desa Dulamayo tempat wisata hutan pinus dengan elevasi 700 meter.
Sadar sebagai klub sepeda baru, RGCC tidak sombong. Mereka sering gowes bareng dengan klub lain seperti bersama Gorontalo Road Bike Community (GRBC).
“Biasanya kita gowes bersama atau bertemu di arah bandara Jalaludin (Isimu) lantas finis bersama di rumah kopi Amal,” jelas Rioe. RGCC sangat kompak dalam merekrut anggota baru.
Dan apabila sudah ada yang masuk RGCC maka mereka mengadakan acara “pelantikan” di tanjakan Biapong. “Sebenarnya tidak berat. Gradiennya hanya 1-2 persen dan sejauh 4 km saja. Tapi teman-teman ‘menarik’ anggota baru ini dengan kecepatan 18-20 kmh konstan. Saat finis, pasti ekspresi anggota baru ini sangat beragam. Ada yang melongo, ada yang terengah-engah dan ada yang mau muntah. Dan itu jadi tantangan mereka untuk latihan agar lebih kuat,” jelas William panjang lebar.
Andri Inyong dan Bambang Coy selalu jadi bahan bully setelah melewati tanjakan Biapong ini. “Inyong punya trik selalu ajak foto padahal dia udah capek,” bisik William.
Hingga hari ini, RGCC masih berusaha merekrut anggota baru. Agar klub ini makin besar dan bisa ikut menyehatkan bangsa. “Setiap ada yang datang ke kedai kopiku ini, pasti diajak ngomong soal sepeda. Terus diajak ngomong soal sepeda sampai dia keracunan dan beli lalu jadi anggota kami,” tutup Rioe lalu tertawa. (mainsepeda)