Masa sekolah memang menyenangkan. Tak salah, jika tujuh orang cyclist alumni SMU 1 Boyolali (Smuboy) dan SMU 1 Kedungwaru (Smuked) bernostalgia dan bersatu lagi disatukan oleh gowes dengan mountain bike.
Lalu, setiap anggota menggandeng alumni lain sehingga terkumpul sekitar 25 cyclist. “Kira-kira di pertengahan 2018, kita mulai aktif mengumpulkan alumni untuk diajak sehat bersama dengan gowes,” tutur Erwien Himawan, salah satu founder URCC.
Erwien Himawan bersama Fahriza Habib, Aan Vha Mayzunaidi, dan Rahardian Baehaqi menggandeng Mohammad Nur Socheh, bos BRP Cell yang diangkat menjadi penasihat URCC karena berpengalaman di komunitas Harley Davidson. Sejak itu, tak lagi menggunakan mountain bike, tapi beralih ke sepeda balap road bike.
Uniknya, mereka membuat nama dalam bahasa Inggris. URCC artinya adalah Ultimate Rescue Cycling Club. “Jangan bingung. Ultimate Rescue itu adalah Tulungagung. Tulung itu Rescue, Agung itu tinggi jadi Ultimate. Cycling Club adalah klub sepeda. jadi digabung menjadi Ultimate Rescue Cycling Club,” jelas Erwien.
Mereka mempunyai agenda gowes rutin tiap hari Sabtu dan Rabu. Hari Rabu untuk mengakomodasi anggota URCC yang ingin “gila-gilaan” bisa speednya atau nanjaknya.
Biasanya mereka mengadakan Wednesday ride ini di sore hari, agar bisa banyak anggota yang ikut. “Mayoritas anggota URCC masih bekerja jadi harus pintar-pintar atur waktu di sore hari. Kadang ada yang nakal, cabut duluan dari tempat kerja demi gowes Wednesday ride,” ujar Erwien sambil tertawa.
BRP Cellular Tulungagung dan Sultan Guest House kerap jadi titik kumpul start gowes mereka. Kekompakan mereka tidak hanya pada saat gowes, tapi juga antar anggota saling mengingatkan apabila ada yang ulang tahun.
“Perayaan ulang tahun secara sederhana untuk merekatkan hubungan persaudaraan kita agar jadi lebih dekat dan hangat,” bilang Socheh. URCC mempunyai cara yang unik untuk menyenangkan semua anggotanya sekaligus menggandeng semua goweser Tulungagung. “Kita ada divisi fotografer dan videografer namanya Pixel Sunday,” bilang Erwien yang diangguki oleh Alexander Hakim.
Jadi URCC tidak selalu mengejar speed dan tanjakan. Biarkan itu menjadi “menu wajib dan fun” anggota yang kuat dan mampu. Buat anggota yang belum mampu dibuat “fun” dengan foto-foto.
“Sesuai dengan motto URCC yaitu ‘Dipancal Ora Kuat Ditinggal Selfie’. Biar semua anggota hepi. Yang kuat bisa bangga atas prestasinya. Yang tidak kuat bisa bangga dengan foto-fotonya,” jelas Alex.
Tidak perlu peralatan canggih. Erwien dan Alex biasa mengambil foto atau video dengan smartphone seperti Iphone-X yang sudah dilengkapi dengan gimbal. Banyak cerita unik saat proses “syuting” ini.
Kadang kamera belum siap atau take-nya jelek maka harus diulang. Nah, cyclist ngomel karena harus turun lalu nanjak lagi. “Mereka ngomel kan capek itu. Tapi kameraman tetap memaksa. Jadi ribut tapi seru dan tidak ada yang sakit hati,” bilang Alex lantas tertawa.
Terbukti, win-win solution yang ditawarkan oleh Fahriza sebagai ketua dan Erwien serta Alex untuk membuat senang semua anggota URCC ini sangat ampuh membuat tiap anggota jadi akrab dan menyatu. Dan terpenting, anggota yang terkewer-kewerpun tidak malas gowes karena bisa dapat foto keren.
“Malah kadang gowes hari Sabtu itu diikuti oleh klub lain karena mereka ingin difoto juga. Kita welcome aja yang penting gowes jadi makin semarak dan ramai!” tutur Erwien yang kerap menerima order pembuatan video teaser, rieview product atau desain dari teman-teman gowes lalu sebagain pemasukannya didonasikan ke kas URCC.
Meski baru seumur jagung dan baru memiliki official jersey, tapi URCC sangat ingin menumbuhkan minat sepeda balap untuk menjadikan lebih sehat sekaligus meramaikan cycling photography dan videography.
“Kita ingin menjadi klub road bike yang mampu secara mandiri membuat even tahunan nasional. Tidak hanya kompetisi tapi juga lifestyle. Tentunya menggandeng semua komunitas di Tulungagung dan sekitarnya,” tutup Fahriza. (mainsepeda)