Christopher Froome (Team Sky) benar-benar bikin takjub di Etape 19 Giro d’Italia 2018, Jumat 25 Mei. Dia melarikan diri sendirian sejauh 80 km, tancap gas tak terkejar di tiga tanjakan tinggi yang menutup etape sepanjang 184 km tersebut.
Dari posisi empat general classification (GC), tertinggal 3 menit dan 50 detik, Froome mengakhiri Etape 19 sebagai pemimpin, unggul 40 detik atas Tom Dumoulin (Team Sunweb).
Performa ini akan tercatat sebagai salah satu yang paling spektakuler dalam sejarah balap sepeda. Mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pembalap grand tour dalam sejarah.
Dengan hanya dua etape tersisa, praktis Froome hanya perlu bertahan bersama Dumoulin di Etape 20, Sabtu 26 Mei. Setelah itu dia bisa merayakan gelar Giro d’Italia pertamanya usai Etape 21 di Roma, 27 Mei, sebuah etape datar yang lebih berfungsi sebagai parade juara dan atraksi sprinter.
Usai performa menakjubkan ini, orang pun bertanya-tanya, apa yang dilakukan Froome dan Team Sky untuk menyiapkan dan mengeksekusinya?
Ternyata, tim ini benar-benar sudah menyiapkan segalanya secara detail. Usai Etape 18, saat Froome attack di km terakhir, tim Inggris itu sudah mengendus peluang besar di Etape 19. Dan mereka benar-benar melingkari Colle delle Finestre, tanjakan 19 km di tengah Etape 19, sebagai lokasi untuk eksekusinya.
Seluruh elemen tim terlibat. Mereka memutuskan untuk tampil do or die, menang atau hancur sekalian, dan menyiapkan segalanya. “Itu risiko besar untuk attack sejauh itu dari finis, tapi itu risiko yang sudah kami perhitungkan. Kami telah melihat semua skenario,” ungkap Froome.
“Ada begitu banyak perencanaan yang kami lakukan untuk hari seperti ini. Begitu banyak detail. Kebutuhan nutrisi, strategi asupan makanan, strategi tim (di jalan), dan siapa akan melakukan apa. Kami telah mengeksekusi segala hal yang kami rencanakan sebelumnya,” jelas juara Tour de France empat kali itu.
Dave Brailsford, bos Team Sky, menegaskan bahwa seluruh elemen tim memang dilibatkan. Mereka sadar Froome akan sendirian begitu lama, sehingga harus bisa selalu makan di tempat yang tepat, dengan porsi yang tepat. “Servis” normal dari mobil tim atau dari rekan setim tidak mungkin dilakukan. Jadi, Team Sky pun menempatkan semua stafnya di titik-titik tertentu, memberi Froome suplai makanan atau gel dengan porsi dan waktu yang pas.
Bahkan Brailsford pun ikut dapat jatah lokasi di pinggir jalan, ikut berperan memberi suplai untuk Froome!
“Hari ini menunjukkan pentingnya staf dan strategi asupan, memastikan bisa selalu ‘isi bensin’ hingga finis. Ini sangat fundamental. Jadi setiap anggota tim, termasuk saya sendiri, berdiri di sisi jalan dan mengeksekusi strategi asupan untuk (Froome), memastikan dia tidak kendur sama sekali,” terang Brailsford.
“Kami mencoba membagi dalam beberapa segmen. Kita tahu berapa banyak orang akan membakar energi, dan kita tahu berapa banyak dia harus mengisi bahan bakar. Kita tahu di mana dia harus makan. Kemudian kita harus mengeksekusinya,” tandasnya.
Brailsfod memuji seluruh barisan Team Sky, yang sukses menerapkan strategi detail ini.
Tentu saja juga kepada seluruh pembalap, yang memainkan peran penting sebelum Froome melakukan serangan mautnya. Para rekan setim itu telah melaju sedemikian rupa, begitu cepat di kaki Finestre, sehingga Froome tak punya banyak pesaing sebelum attack. Itu bukanlah hal mudah!
Dan kemudian, Froome menunjukkan kelasnya, meraih kemenangan etape keduanya di Giro ini, bersiap menuju juara overall!
Kuncinya sekarang adalah bagaimana membantu recovery Froome sehingga dia bisa bertahan di Etape 20, lalu mengamankan gelar di Etape 21. “Yang terpenting adalah recovery, dan siapa bisa pulih terbaik sebelum (Etape 20). Terus terang, itu akan jadi faktor penentu lomba ini,” pungkas Brailsford.
Melihat betapa detailnya Team Sky menyiapkan Etape 19, semua yakin tim itu juga sudah menyiapkan segalanya agar Froome bisa perform baik di Etape 20 dan 21! (mainsepeda)
Foto-foto: Cyclingnews.